Salah satu bab penting yang harus ada dalam sebuah proposal penelitian yaitu kerangka teori. Dalam kerangka teori diuraikan wacana teori dan hasil-hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan persoalan penelitian yang telah dirumuskan. Teori dan hasil-hasil penelitian sanggup diperoleh dari banyak sekali contoh menyerupai buku atau jurnal-jurnal ilmiah hasil penelitian. Mengapa keberadaan kerangka teori dalam sebuah proposal penelitian menjadi sangat penting ?
Kerangka teori merupakan sesuatu yang dijadikan landasan untuk melaksanakan penelitian sesuai usulan dan sekaligus dijadikan materi untuk mengemukakan hipotesis tindakan. Selain itu kerangka teori sangat mempunyai kegunaan untuk menyusun konsep yang akan dipakai dalam penelitian .
Karena kerangka teori berafiliasi dengan konsep yang akan dipakai dalam penelitian maka yaitu menjadi sesuatu yang lumrah bila tuntutan akan literatur yang dipakai haruslah pustaka yang berafiliasi dengan persoalan penelitian dan merupakan pustaka-pustaka terbaru. Dalam kerangka teoritis ini perlu dikemukakan deskripsi teori dan kerangka berpikir yang selanjutnya akan dipakai untuk merumuskan hipotesis tindakan.
a. Deskripsi teori
Deskripsi teori dalam suatu penelitian merupakan uraian sistematis wacana teori (bukan sekadar pendapat pakar atau penulis buku) dan hasil-hasil penelitian yang relevan dengan fokus yang diteliti. Berapa jumlah kelompok teori yang perlu dikemukakan atau dideskripsikan, tergantung pada luasnya permasalahan dan secara teknis tergantung pada jumlah sub-fokus yang diteliti. Oleh alasannya yaitu itu, makin banyak sub-fokus yang diteliti, maka akan makin banyak teori yang perlu dikemukakan.
Deskripsi teori paling tidak berisi wacana klarifikasi sub-fokus yang diteliti melalui definisi dan uraian lengkap mendalam aspek-aspeknya yang diambil dari banyak sekali referensi, sehingga ruang lingkup, kedudukan, dan prediksi terhadap hubungan antar sub fokus yang diteliti (apa yang diperbaiki dan melalui/ dengan apa) menjadi lebih terang dan terarah.
Teori-teori yang dideskripsikan dalam proposal maupun laporan penelitain sanggup dipakai sebagai indikator apakah peneliti menguasai teori dan konsep yang diteliti atau tidak. Sub-fokus penelitian yang tidak sanggup dijelaskan dengan baik, baik dari segi pengertian maupun kedudukan dan hubungan antar sub-fokus yang diteliti, menunjukkan bahwa peneliti tidak menguasai teori dan kosep penelitian.
Untuk menguasai teori maupun hasil penelitian yang relevan, peneliti harus rajin membaca semoga sanggup menegakkan landasan yang kokoh bagi langkah-langkah berikutnya. Untuk sanggup membaca dengan baik, peneliti harus mengetahui sumber-sumber bacaan. Sumber-sumber bacaan atau sumber pustaka sanggup berupa buku-buku teks, ensiklopedia, jurnal ilmiah, internet, dan hasil-hasil penelitian terdahulu.
Terdapat sejumlah prinsip dalam menentukan sumber pustaka. Prinsip-prinsip itu dikemukakan berikut ini.
1) Relevansi
Telaah pustaka sering disebut landasan teroritis. Oleh alasannya yaitu itu, sumber pustaka yang dipakai harus benar-benar relevan, berisi pernyataan-pernyataan yang sanggup dipakai sebagai contoh dan kerangka pemikiran dalam memecahkan persoalan penelitian. Relevansi tersebut juga sanggup ditinjau dari kesesuaian antara sumber pustaka itu dengan disiplin ilmu yang dibahas dan kecocokan antara fokus yang diteliti dengan teori yang dikemukakan.
2) Kemutakhiran
Prinsip ini sangat penting untuk dipertimbangkan bahwa ilmu dan teknologi makin berkembang dengan pesat dan kemajuan zaman menghendaki peneliti menentukan teori yang mutakhir. Makin gres sumber yang dipakai peneliti, maka akan semakin mutakhir teorinya.
3) Akurasi dan kualitas
Jika sejumlah data dikemukakan oleh seorang penulis dan data tersebut akan dipakai untuk menyusun sebuah rancangan penelitian, maka peneliti perlu mempertanyakan apakah data tersebut akurat dan sanggup dipertanggungjawabkan validitasnya. Sementara itu sumber data yang berkualitas yaitu sumber data yang memuat uraian wacana suatu teori atau konsep yang teliti menurut pemikiran yang akurat, luas, mendalam, dan disajikan secara sistematis. Di samping itu, perlu juga dipertimbangkan kewenangan atau otoritas penulisnya.
Contoh kajian teori :
Perhatikan kembali contoh judul PTK sebelumnya, kajian teorinya sebagai berkut.
(1) Tulis sub-fokus yang ditingkatkan (Hasil berguru Matematika …..........)
a) Hakekat Matematika
…………………..................................
b) Karakteristik Pembelajaran Matematika
....………………...................................
c) Kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran matematika
(2) Tulis sub-fokus yang untuk meningkatkan (Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik)
a) Pengertian Pendidikan Matematika realistik
........……………................................
b) Prinsip pembelajaran matetika realistik
...……………………...........................
c) Pendekatan Pendidikan matematika realistik dalam Peningkatan Ketrampilan Berpikir Kritis. (Bagaimana tindakannya) dst……
b. Kerangka berpikir
Kerangka berpikir/pemikiran atau bisa diartikan pula sebagai kerangka yang disusun berdasar teori dan budi pikir sanggup dikategorikan baik apabila sanggup menjelaskan secara teoritis pertautan antar sub-fokus yang diteliti. Pertautan antar sub-fokus tersebut selanjutnya dirumuskan ke dalam bentuk paradigma penelitian. Oleh alasannya yaitu itu, pada setiap penyusunan paradigma PTK harus didasarkan pada suatu kerangka berpikir itu.
Untuk sanggup menyusun kerangka berpikir yang baik, maka seorang peneliti harus menguasai teori-teori ilmiah sebagai dasar bagi argumentasi dalam menyusun kerangka pemikiran yang membuahkan hipotesis tindakan. Kerangka pemikiran ini merupakan klarifikasi sementara terhadap gejala-gejala yang menjadi objek permasalahan. Kriteria pertama semoga suatu kerangka pemikiran bisa meyakinkan sesama ilmuwan yaitu alur-alur pikiran yang logis dalam membangun suatu kerangka berpikir yang membuahkan kesimpulan yang berupa hipotesis tindakan.
Kerangka berpikir merupakan sintesis wacana hubungan antar sub-fokus yang disusun dari banyak sekali terori yang telah dideskripsikan. Berdasarkan teori-teori yang telah dideskripsikan itu selanjutnya dianalisis secara kritis dan sistematis sehingga menghasilkan sintesis wacana hubungan antar sub-fokus yang diteliti. Sintesis wacana hubungan antar sub-fokus tersebut selanjutnya dipakai untuk merumuskan hipotesis tindakan.
Contoh kerangka Berpikir:
Contoh lain:
Jika ingin lebih memperkaya wawasan wacana bab ini, silakan d0wnl0ad materinya pada link berikut ini:
Jika ingin lebih memperkaya wawasan wacana bab ini, silakan d0wnl0ad materinya pada link berikut ini:
c. Hipotesis Tindakan
Setelah peneliti mengemukakan landasan teori dan kerangka berpikir secara tepat, kemudian merumuskan hipotesis tindakan. Hipotesis tindakan atau hipotesis kerja merupakan balasan sementara rumusan persoalan PTK. Dikatakan sementara alasannya yaitu balasan yang diberikan gres didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data dikala pelaksanaan PTK di lapangan.
Jadi, hipotesis juga sanggup dikatakan sebagai balasan teroritis terhadap rumusan persoalan penelitian, belum balasan yang empirik. Tidak menyerupai pada penelitian formal, hipotesis tindakan dalam PTK tidak akan diuji kebenarannya. Fungsi hipotesis dipakai sebagai arah penelitian.
Pernyataan hipotesis tindakan mengandung keyakinan yang tinggi, bahwa tindakan (mis; pendekatan matematika realistik) yang dilakukan sanggup mengatasi permasalahan pembelajaran di kelas (mis; keterampilan berpikir kritis yang rendah).
Contoh hipotesis tindakan:
Perhatikan kembali contoh judul PTK yang menjadi contoh semenjak awal pembahasan kita wacana ptk, hipotesis tindakannya sebagai berikut:
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir tersebut di atas diajukan hipotesis tindakan: Melalui penerapan pendekatan matematika realistik sanggup meningkatkan keterampilan berpikir kritis dalam pembelajaran matematika siswa kelas VIa SD Negeri 1 Ende, Kabupaten Ende tahun Pelajaran 2010/2011
Download Buku Panduan Penyusunan Laporan PTK Bidang Studi Matematika
Setelah peneliti mengemukakan landasan teori dan kerangka berpikir secara tepat, kemudian merumuskan hipotesis tindakan. Hipotesis tindakan atau hipotesis kerja merupakan balasan sementara rumusan persoalan PTK. Dikatakan sementara alasannya yaitu balasan yang diberikan gres didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data dikala pelaksanaan PTK di lapangan.
Jadi, hipotesis juga sanggup dikatakan sebagai balasan teroritis terhadap rumusan persoalan penelitian, belum balasan yang empirik. Tidak menyerupai pada penelitian formal, hipotesis tindakan dalam PTK tidak akan diuji kebenarannya. Fungsi hipotesis dipakai sebagai arah penelitian.
Pernyataan hipotesis tindakan mengandung keyakinan yang tinggi, bahwa tindakan (mis; pendekatan matematika realistik) yang dilakukan sanggup mengatasi permasalahan pembelajaran di kelas (mis; keterampilan berpikir kritis yang rendah).
Contoh hipotesis tindakan:
Perhatikan kembali contoh judul PTK yang menjadi contoh semenjak awal pembahasan kita wacana ptk, hipotesis tindakannya sebagai berikut:
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir tersebut di atas diajukan hipotesis tindakan: Melalui penerapan pendekatan matematika realistik sanggup meningkatkan keterampilan berpikir kritis dalam pembelajaran matematika siswa kelas VIa SD Negeri 1 Ende, Kabupaten Ende tahun Pelajaran 2010/2011
Download Buku Panduan Penyusunan Laporan PTK Bidang Studi Matematika
No comments:
Post a Comment