Menempuh Pendidikan di Kampung, Bekerja di Kota Metropolitan - Pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat penting bagi manusia. Pendidikan juga merupakan salah satu jembatan yang menghubungkan kita dengan dunia kerja, dimana pendidikan itu dari kita, oleh kita dan untuk kita. Seseorang ketika masuk pada dunia kampus tentu sudah tahu apa, dan bagaimana yang harus ia lakukan demi masa depanya, supaya menjadi selangkah lebih baik dari apa yg ia alaminya itu. Ketika mengikuti proses perkuliahan jangan hanya mengharapkan nilai saja, tetapi harus meresapi pengetahuan yang diberikan oleh bapak dan ibu dosen dengan baik. Sebagai seorang mahasiswa kita harus tau apa, dan bagaimana yang dilakukan kita dalam menghadapi dunia kerja ketika kita tamat dalam proses perkuliahan.
Baca Juga : Suka Duka Menjadi Guru di Papua
Sedikit saya mengulas wacana pengelaman saya ketika masih duduk di dingklik perkuliahan. Tentu saja banyak hal yang saya dapatkan dari bapak dan ibu dosen, yang sangat luar biasa dalam membentuk dan mendidik saya untuk menjadi insan yang berkhasiat dalam kehidupan di masyarakat yang beragam ini. Saya merupakan salah satu mahasiswa alumni dari Universitas Flores yang diwisudakan pada Desember tahun 2015 lalu. Di kampus saya juga dikenal oleh bapak dan ibu dosen sebagai mahasiswa yang aktif dalam mengikuti acara apa saja yang ada di kampus. Saya juga bergabung dengan organisasi baik intra kampus maupun ekstra kampus. Saya juga pernah menjabat sebagai ketua Himpunan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru SD ( HMPS – PGSD ) pada periode 2013/2014, dan pada organisasi ekstra kampus saya bergabung dengan Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia ( GMNI ) Cabang Ende. Setelah tamat proses perkuliahanku di Universitas Flores saya juga di tuntut untuk harus mencari pekerjaan yang sesuai dengan ijasah yang saya miliki.
Sedikit saya mengulas wacana pengelaman saya ketika masih duduk di dingklik perkuliahan. Tentu saja banyak hal yang saya dapatkan dari bapak dan ibu dosen, yang sangat luar biasa dalam membentuk dan mendidik saya untuk menjadi insan yang berkhasiat dalam kehidupan di masyarakat yang beragam ini. Saya merupakan salah satu mahasiswa alumni dari Universitas Flores yang diwisudakan pada Desember tahun 2015 lalu. Di kampus saya juga dikenal oleh bapak dan ibu dosen sebagai mahasiswa yang aktif dalam mengikuti acara apa saja yang ada di kampus. Saya juga bergabung dengan organisasi baik intra kampus maupun ekstra kampus. Saya juga pernah menjabat sebagai ketua Himpunan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru SD ( HMPS – PGSD ) pada periode 2013/2014, dan pada organisasi ekstra kampus saya bergabung dengan Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia ( GMNI ) Cabang Ende. Setelah tamat proses perkuliahanku di Universitas Flores saya juga di tuntut untuk harus mencari pekerjaan yang sesuai dengan ijasah yang saya miliki.
Baca Juga:
Pengalaman Menjadi Peserta Program Sarjana Mendidik di tempat 3T
Akhirnya pada bulan Februari saya diajak oleh sahabat saya yang ada dijakarta untuk mencari pekerjaan di Jakarta. Saya juga memberanikan diri untuk ke Jakarta hanya sebab dengan modal nekad. Ketika di Jakarta saya juga menciptakan lamaran ke Yayasan Pendidikan Umum St. Lukas untuk menjadi guru. Ternyata tidak simpel untuk masuk menjadi guru dalam sebuah yayasan ternama, dimana harus melalui proses yang begitu ketat. Saya bersama sebelas sahabat saya yang asalnya dari aneka macam tempat mengikuti proses seleksi untuk menjadi tenaga pendidik di yayasan tersebut. Pada tahap awal kami melaksanakan test wawancara, dan pada tahap ini juga yang gagal di test awal ada dua orang sahabat saya dari Jawa yang merupakan lulusan dari salah satu PT Ternama di kota Malang. Pada tahap kedua tinggal sepuluh orang yang mengikuti test microteching, dan tahap ketiga kami melaksanakan test tertulis dengan soal sebanyak 70 butir dengan waktu 30 menit, dan puji Tuhan ternyata soal yang ada itu banyak wacana MBS dimana Manajemen Berbasis Sekolah itu Merupakan Judul dari Skripsi saya.
Akhirnya pada bulan Februari saya diajak oleh sahabat saya yang ada dijakarta untuk mencari pekerjaan di Jakarta. Saya juga memberanikan diri untuk ke Jakarta hanya sebab dengan modal nekad. Ketika di Jakarta saya juga menciptakan lamaran ke Yayasan Pendidikan Umum St. Lukas untuk menjadi guru. Ternyata tidak simpel untuk masuk menjadi guru dalam sebuah yayasan ternama, dimana harus melalui proses yang begitu ketat. Saya bersama sebelas sahabat saya yang asalnya dari aneka macam tempat mengikuti proses seleksi untuk menjadi tenaga pendidik di yayasan tersebut. Pada tahap awal kami melaksanakan test wawancara, dan pada tahap ini juga yang gagal di test awal ada dua orang sahabat saya dari Jawa yang merupakan lulusan dari salah satu PT Ternama di kota Malang. Pada tahap kedua tinggal sepuluh orang yang mengikuti test microteching, dan tahap ketiga kami melaksanakan test tertulis dengan soal sebanyak 70 butir dengan waktu 30 menit, dan puji Tuhan ternyata soal yang ada itu banyak wacana MBS dimana Manajemen Berbasis Sekolah itu Merupakan Judul dari Skripsi saya.
Pada ketika pengumuman ternyata yang diterima hanya kami 4 orang. Pada ketika itu juga saya sangat gembira sebab sanggup bersaing dengan teman-teman dari universitas ternama di Indonesia seperti, teman- sahabat dari Atma Jaya, dari UGM dan juga sahabat – sahabat dari UNY, dan bahkan mereka yang dari kampus ternama juga banyak yang gagal. Lalu pada ketika itu juga saya pribadi meneteskan air mata senang sebab diterima untuk menjadi tenaga pendidik di yayasan Pendidikan Umum Santo Lukas, Jakarta Utara. Akhirnya muncul dalam benak saya ternyata Universitas Flores merupakan salah satu Universitas yang patut diperhitungkan juga. Saya sangat berterima kasih kepada bapak dan ibu dosen yang sudah merelakan waktunya dalam mendidik saya sehingga saya sanggup bersaing dengan teman-teman yang merupakan lulusan dari kampus ternama dan populer di Indonesia. Dengan ini saya merasa sangat gembira sebab kuliahnya di kampung tetapi sanggup kerja di kota yang merupaka ibu kota dari negara kita. Pengalaman ketika pertama menjadi guru sangat berkesan, dimana saya juga setiap hari bertemu dengan rekan-rekan guru dari tempat yang berbeda-beda dan juga fokus pada pekerjaan masing-masing, di tambah lagi dengan hukum yang begitu ketat, dimana setiap hari manajemen guru itu baik RPP, silabus hingga pada persiapan harian lainnya juga diperiksa oleh kepala sekolah.
Dengan ini kepada teman-teman saya yang masih duduk di dingklik kuliah terutama teman-teman saya di Universitas Flores, pengetahuan yang kita dapatkan itu sangat berharga untuk kita, ketika kita sudah berhadapan dengan dunia kerja. Jangan abaikan apa yang diberikan oleh bapak dan ibu dosen, sebab hal itu demi kebaikan kita, demi kemajuan kita dalam bersaing untuk suatu pekerjaan nanti. Kuantitas tidak menjamin untuk suatu pekerjaan sebagai pendidik, tapi kwalitas yang sangat di butuhkan. Sebagai pemegang tongkat estafet bangsa, marilah kita maju bersama. (Yohanes Brekmans Ra’e, S.Pd, Alumni PGSD Universitas Flores Tahun 2015)
No comments:
Post a Comment