Ketrampilan Matematika Abad 21 - Pada era ini, dimana orang menamakannya periode 21, kemampuan dasar membaca, menulis, dan berhitung mutlak tidak cukup lagi untuk sanggup hidup dan bersaing atau berkompetisi di dunia yang banyak tantangan ini. Para siswa mesti dipersiapkan biar sanggup berkompetisi pada masyarakat global. Agar sanggup berkompetisi secara global dan tidak terlindas dalam arus peradaban dunia, kemampuan berbahasa inggris secara otomatis menjadi sangat penting.
Penguasaan bahasa inggris tentu saja penting, namun beberapa kemampuan yang lebih dikenal dengan abreviasi Four Cs yang komponen-komponennya ialah kreativitas (creativity), kemampuan berpikir kritis (critical thinking), berkomunikasi (communication), dan berkolaborasi (collaboration) jauh lebih penting. Para guru harus melengkapi ketrampilan 4C (four Cs) tersebut guna menyiapkan siswanya alasannya ialah sangat dimungkinkan suatu ketika, para siswa akan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi ke luar negeri dan bahkan akan bekerja di luar negeri. Pembelajaran matematika tentu saja diarahkan untuk membentuk kemampuan-kemampuan tersebut.
Pembelajaran matematika di era Abad 21 dituntut harus menekankan aspek-aspek kreativitas dan penemuan (creativity and innovation), berpikir kritis dan pemecahan dilema (critical thinking and problem solving), komunikasi dan kerja sama (communication andcollaboration). Aspek kreativitas dan penemuan dimaksudkan para siswa sanggup memakai banyak sekali teknik untuk menciptakan ide-ide gres yang bermanfaat, merinci, memperbaiki, menganalisis, dan mengevaluasi ide-ide mereka guna membuatkan dan memaksimalkan perjuangan kreatif dan mendemonstrasikan keaslian temuan, baik secara individu maupun kelompok.
Aspek berpikir kritis dan pemecahan dilema dimaksudkan para siswa sanggup bernalar secara efektif. Mereka berpikir sistemik, memahami bahwa antar bab itu berinteraksi satu sama lain. Mereka menciptakan pilihan-pilihan, keputusan, dan menuntaskan masalah, baik secara konvensional maupun inovatif.Aspek komunikasi dan kerja sama dimaksudkan bahwa para siswa mengetahui bagaimana mengartikulasikan pemikiran dan ide-ide secara efektif, melalui komunikasi lisan, tulisan, maupun nonverbal. Mereka juga harus sanggup mendengarkan secara efektif untuk menerjemahkan atau menguraikan makna pengetahuan, nilai-nilai, sikap, dan tujuan. Mereka juga harus bisa berkomunikasi pada lingkup yang luas pada banyak sekali kelompok dan lingkungan yang berbeda.
Upaya untuk menyiapkan siswa biar mempunyai ketrampilan 4C tersebut, para guru dan takeholder pendidikan dalam pembelajaran harus a) fokus pada problem dan proses konteks dunia nyata, b) mendukung pengalaman inquiry-based learning, c) menyediakan kesempatan untuk pendekatan berguru dengan projek kolaborasi, dan d) fokus mengajar siswa untuk “how to learn” Lebih lanjut disebutkan project-based learning,problem-based learning, dan design-based learning merupakan bentuk pembelajaran yang sangat disarankan pada periode 21 ini.
Kreativitas sanggup melahirkan inovasi. Kreativitas siswa sanggup dibantu dengan memfasilitasi pembelajaran yang berpusat pada siswa, meningkatkan partisipasi aktif siswa, interaksi yang tinggi antara guru-siswa dan antar siswa, memakai banyak sekali taktik berguru yang memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannya. Pembelajaran kolaboratif sanggup mendorong kemampuan berpikir kritis siswa melalui diskusi, penjelasan ide, dan mengevaluasi ide-ide yang ada. Kemampuan berpikir kritis sanggup mendorong kemampuan untuk memecahkan masalah. Masalah yang harus dipecahkan tersebut meliputi jangkauan situasi yang luas, non-routine, open-ended, dan konteks dunia nyata. Dalam praktek di kelas, tentu menjadi kiprah guru matematika untuk membantu siswa memahami masalah, menciptakan siswa percaya diri, mengarahkan ke balasan yang masuk akal, dan tidak membutuhkan waktu yang terlalu usang terhadap setiap permasalahan matematika yang diberikan. Ketrampilan berkomunikasi dan berkolaborasi para siswa sanggup ditingkatkan memakai pendekatan kooperatif. Bentuk pembelajaran menyerupai problem based learning atau project based learning dengan permasalahan konteks dunia faktual sangat mendukung untuk meningkatkan ketrampilan ini. Melalui diskusi dalam kelompok, siswa diajak berpikir, berbicara, dan menuliskan pemikiran-pemikirannya.
Di samping taktik pembelajaran, teknologi berperan penting dalam mendukung menawarkan kemampuan 4C bagi siswa. Meskipun berpikir kritis, kolaborasi, komunikasi, dan kreativitas sanggup diajarkan dalam lingkungan yangmenggunakan sedikit teknologi, siswa-siswa periode 21 membutuhkan penggunaan teknologi supaya menjadi problem solver, kolaborator, komunikator, dan kreator yang efektif. Mereka harus memakai teknologi untuk berkolaborasi, berkreasi, dan berkomunikasi dengan yang lain. Para siswa sanggup memakai teknologi digital untuk mengelola, mengintegrasikan, dan membangun informasi/pengetahuan. Mereka harus sanggup memakai teknologi secara efektif untuk investigasi, mengorganisasikan, mengevaluasi, dan mengkomunikasikan pengetahuan. Hal ini sejalan dengan deklarasi Incheon yang menyatakan bahwaInformation and communication technologies (ICTs) must be harnessed to strengthen education systems, knowledge dissemination, information access, quality and effective learning, and more effective service provision.
Dalam konteks pembelajaran matematika,siswa-siswa sanggup memakai alat bantu menyerupai grafik kalkulator, spreadsheet, komputer grafis, perangkat lunak aljabar, perangkat lunak matematika, peralatan global positioning system (GPS), dan sumber-sumber online yang sesuai secara strategis. Di samping itu, para siswa sanggup memakai teknologi untuk mengkomunikasikan pemikiran-pemikiran matematika dengan mengkonstruksikannya melalui grafik yang sesuai dari suatu fungsi atau data.
Sumber:
Budi Murtiyasa. (2016). Isu-Isu Kunci dan Tren Penelitian Pendidikan Matematika. Makalah. Disampaikan pada Konferensi Nasional Penelitian Matematika dan Pembelajarannya (KNPMP I) 6 Universitas Muhammadiyah Surakarta, 12 Maret 2016
Sumber http://www.tipsbelajarmatematika.com
Penguasaan bahasa inggris tentu saja penting, namun beberapa kemampuan yang lebih dikenal dengan abreviasi Four Cs yang komponen-komponennya ialah kreativitas (creativity), kemampuan berpikir kritis (critical thinking), berkomunikasi (communication), dan berkolaborasi (collaboration) jauh lebih penting. Para guru harus melengkapi ketrampilan 4C (four Cs) tersebut guna menyiapkan siswanya alasannya ialah sangat dimungkinkan suatu ketika, para siswa akan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi ke luar negeri dan bahkan akan bekerja di luar negeri. Pembelajaran matematika tentu saja diarahkan untuk membentuk kemampuan-kemampuan tersebut.
Pembelajaran matematika di era Abad 21 dituntut harus menekankan aspek-aspek kreativitas dan penemuan (creativity and innovation), berpikir kritis dan pemecahan dilema (critical thinking and problem solving), komunikasi dan kerja sama (communication andcollaboration). Aspek kreativitas dan penemuan dimaksudkan para siswa sanggup memakai banyak sekali teknik untuk menciptakan ide-ide gres yang bermanfaat, merinci, memperbaiki, menganalisis, dan mengevaluasi ide-ide mereka guna membuatkan dan memaksimalkan perjuangan kreatif dan mendemonstrasikan keaslian temuan, baik secara individu maupun kelompok.
Aspek berpikir kritis dan pemecahan dilema dimaksudkan para siswa sanggup bernalar secara efektif. Mereka berpikir sistemik, memahami bahwa antar bab itu berinteraksi satu sama lain. Mereka menciptakan pilihan-pilihan, keputusan, dan menuntaskan masalah, baik secara konvensional maupun inovatif.Aspek komunikasi dan kerja sama dimaksudkan bahwa para siswa mengetahui bagaimana mengartikulasikan pemikiran dan ide-ide secara efektif, melalui komunikasi lisan, tulisan, maupun nonverbal. Mereka juga harus sanggup mendengarkan secara efektif untuk menerjemahkan atau menguraikan makna pengetahuan, nilai-nilai, sikap, dan tujuan. Mereka juga harus bisa berkomunikasi pada lingkup yang luas pada banyak sekali kelompok dan lingkungan yang berbeda.
Upaya untuk menyiapkan siswa biar mempunyai ketrampilan 4C tersebut, para guru dan takeholder pendidikan dalam pembelajaran harus a) fokus pada problem dan proses konteks dunia nyata, b) mendukung pengalaman inquiry-based learning, c) menyediakan kesempatan untuk pendekatan berguru dengan projek kolaborasi, dan d) fokus mengajar siswa untuk “how to learn” Lebih lanjut disebutkan project-based learning,problem-based learning, dan design-based learning merupakan bentuk pembelajaran yang sangat disarankan pada periode 21 ini.
Kreativitas sanggup melahirkan inovasi. Kreativitas siswa sanggup dibantu dengan memfasilitasi pembelajaran yang berpusat pada siswa, meningkatkan partisipasi aktif siswa, interaksi yang tinggi antara guru-siswa dan antar siswa, memakai banyak sekali taktik berguru yang memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannya. Pembelajaran kolaboratif sanggup mendorong kemampuan berpikir kritis siswa melalui diskusi, penjelasan ide, dan mengevaluasi ide-ide yang ada. Kemampuan berpikir kritis sanggup mendorong kemampuan untuk memecahkan masalah. Masalah yang harus dipecahkan tersebut meliputi jangkauan situasi yang luas, non-routine, open-ended, dan konteks dunia nyata. Dalam praktek di kelas, tentu menjadi kiprah guru matematika untuk membantu siswa memahami masalah, menciptakan siswa percaya diri, mengarahkan ke balasan yang masuk akal, dan tidak membutuhkan waktu yang terlalu usang terhadap setiap permasalahan matematika yang diberikan. Ketrampilan berkomunikasi dan berkolaborasi para siswa sanggup ditingkatkan memakai pendekatan kooperatif. Bentuk pembelajaran menyerupai problem based learning atau project based learning dengan permasalahan konteks dunia faktual sangat mendukung untuk meningkatkan ketrampilan ini. Melalui diskusi dalam kelompok, siswa diajak berpikir, berbicara, dan menuliskan pemikiran-pemikirannya.
Di samping taktik pembelajaran, teknologi berperan penting dalam mendukung menawarkan kemampuan 4C bagi siswa. Meskipun berpikir kritis, kolaborasi, komunikasi, dan kreativitas sanggup diajarkan dalam lingkungan yangmenggunakan sedikit teknologi, siswa-siswa periode 21 membutuhkan penggunaan teknologi supaya menjadi problem solver, kolaborator, komunikator, dan kreator yang efektif. Mereka harus memakai teknologi untuk berkolaborasi, berkreasi, dan berkomunikasi dengan yang lain. Para siswa sanggup memakai teknologi digital untuk mengelola, mengintegrasikan, dan membangun informasi/pengetahuan. Mereka harus sanggup memakai teknologi secara efektif untuk investigasi, mengorganisasikan, mengevaluasi, dan mengkomunikasikan pengetahuan. Hal ini sejalan dengan deklarasi Incheon yang menyatakan bahwaInformation and communication technologies (ICTs) must be harnessed to strengthen education systems, knowledge dissemination, information access, quality and effective learning, and more effective service provision.
Dalam konteks pembelajaran matematika,siswa-siswa sanggup memakai alat bantu menyerupai grafik kalkulator, spreadsheet, komputer grafis, perangkat lunak aljabar, perangkat lunak matematika, peralatan global positioning system (GPS), dan sumber-sumber online yang sesuai secara strategis. Di samping itu, para siswa sanggup memakai teknologi untuk mengkomunikasikan pemikiran-pemikiran matematika dengan mengkonstruksikannya melalui grafik yang sesuai dari suatu fungsi atau data.
Sumber:
Budi Murtiyasa. (2016). Isu-Isu Kunci dan Tren Penelitian Pendidikan Matematika. Makalah. Disampaikan pada Konferensi Nasional Penelitian Matematika dan Pembelajarannya (KNPMP I) 6 Universitas Muhammadiyah Surakarta, 12 Maret 2016
No comments:
Post a Comment