Langkah-langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Ilmiah- Menurut Permendikbud no. 81 A tahun 2013 lampiran IV, Proses pembelajaran terdiri atas lima pengalaman berguru pokok yaitu: mengamati; menanya; mengumpulkan informasi; mengasosiasi; dan mengkomunikasikan.
a. Mengamati
Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu akseptor didik, sehingga proses pembelajaran mempunyai kebermaknaan yang tinggi. Dengan metode observasi akseptor didik menemukan fakta bahwa ada korelasi antara objek yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang dipakai oleh guru.Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan dengan menempuh langkah-langkah ibarat berikut ini.
- Menentukan objek apa yang akan diobservasi
- Membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek yang akan diobservasi
- Menentukan secara terperinci data-data apa yang perlu diobservasi, baik primer maupun sekunder
- Menentukan di mana daerah objek yang akan diobservasi
- Menentukan secara terperinci bagaimana observasi akan dilakukan untuk mengumpulkan data semoga berjalan gampang dan lancar
- Menentukan cara dan melaksanakan pencatatan atas hasil observasi , ibarat memakai buku catatan, kamera, tape recorder, video perekam, dan alat-alat tulis lainnya.
Secara lebih luas, alat atau instrumen yang dipakai dalam melaksanakan observasi, sanggup berupa daftar cek (checklist), skala rentang (rating scale), catatan anekdotal (anecdotal record), catatan berkala, dan alat mekanikal (mechanical device). Daftar cek sanggup berupa suatu daftar yang berisikan nama-nama subjek, objek, atau faktor- faktor yang akan diobservasi. Skala rentang , berupa alat untuk mencatat tanda-tanda atau fenomena berdasarkan tingkatannya.
b. Menanya
Pada kurikulum 2013 kegiatan menanya diperlukan muncul dari siswa.Kegiatan berguru menanya dilakukan dengan cara: mengajukan pertanyaan perihal informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi pelengkap perihal apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual hingga ke pertanyaan yang bersifat hipotetik).Menanya sanggup juga tidak diungkapkan, tetapi sanggup saja ada di dalam pikiran akseptor didik. Untuk memancing akseptor didik mengungkapkannya guru harus member kesempatan mereka untuk mengungkapkan pertanyaan. Kegiatan bertanya oleh guru dalam pembelajaran juga sangat penting, sehingga tetap harus dilakukan.
Fungsi bertanya
1) Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian akseptor didik perihal suatu tema atau topik pembelajaran.
2) Mendorong dan menginspirasi akseptor didik untuk aktif belajar, serta mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri.
3) Mendiagnosis kesulitan berguru akseptor didik sekaligus memberikan ancangan untuk mencari solusinya.
4) Menstrukturkan tugas-tugas dan memperlihatkan kesempatan kepada akseptor didik untuk memperlihatkan sikap, keterampilan, dan pemahamannya atas substansi pembelajaran yang diberikan.
5) Membangkitkan keterampilan akseptor didik dalam berbicara, mengajukan pertanyaan, dan memberi tanggapan secara logis, sistematis, dan memakai bahasa yang baik dan benar.
6) Mendorong partisipasi akseptor didik dalam berdiskusi, berargumen, mengembangkan kemampuan berpikir, dan menarik simpulan.
7) Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan mendapatkan pendapat atau gagasan, memperkaya kosa kata, serta mengembangkan toleransi sosial dalam hidup berkelompok.
8) Membiasakan akseptor didik berpikir impulsif dan cepat, serta sigap dalam merespon masalah yang tiba-tiba muncul.
9) Melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan kemampuan berempati satu sama lain.
Kriteria pertanyaan yang baik
Kriteria pertanyaan yang baik adalah: singkat dan jelas, menginspirasi jawaban, mempunyai fokus, bersifat probing atau divergen, bersifat validatif atau penguatan, memberi kesempatan akseptor didik untuk berpikir ulang, merangsang peningkatan tuntutan kemampuan kognitif, merangsang proses interaksi
Tingkatan Pertanyaan
Pertanyaan guru yang baik dan benar menginspirasi akseptor didik untuk memperlihatkan tanggapan yang baik dan benar pula. Guru harus memahami kualitas pertanyaan, sehingga menggambarkan tingkatan kognitif ibarat apa yang akan disentuh, mulai dari yang lebih rendah hingga yang lebih tinggi
Kriteria pertanyaan yang baik adalah: singkat dan jelas, menginspirasi jawaban, mempunyai fokus, bersifat probing atau divergen, bersifat validatif atau penguatan, memberi kesempatan akseptor didik untuk berpikir ulang, merangsang peningkatan tuntutan kemampuan kognitif, merangsang proses interaksi
Tingkatan Pertanyaan
Pertanyaan guru yang baik dan benar menginspirasi akseptor didik untuk memperlihatkan tanggapan yang baik dan benar pula. Guru harus memahami kualitas pertanyaan, sehingga menggambarkan tingkatan kognitif ibarat apa yang akan disentuh, mulai dari yang lebih rendah hingga yang lebih tinggi
c. Mengumpulkan informasi/ Eksperimen (Mencoba)
Mengumpulkan informasi/ eksperimen kegiatan pembelajarannya antara lain:
- melaksanakan eksperimen;
- membaca sumber lain selain buku teks;
- mengamati objek/ kejadian/aktivitas; dan
- wawancara dengan narasumber.
Untuk memperoleh hasil berguru yang nyata atau autentik, akseptor didik harus mencoba atau melaksanakan percobaan, terutama untuk materi atau substansi yang sesuai. Peserta didik pun harus mempunyai keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan perihal alam sekitar, serta bisa memakai metode ilmiah dan bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari.
Agar pelaksanaan percobaan sanggup berjalan lancar (1) Guru hendaknya merumuskan tujuan eksperimen yanga akan dilaksanakan murid, (2) Guru bersama murid mempersiapkan perlengkapan yang dipergunakan, (3) Perlu memperhitungkan daerah dan waktu, (4) Guru menyediakan kertas kerja untuk pengarahan kegiatan murid, (5) Guru membicarakan masalah yanga akan yang akan dijadikan eksperimen, (6) Membagi kertas kerja kepada murid, (7) Murid melaksanakan eksperimen dengan bimbingan guru, dan (8) Guru mengumpulkan hasil kerja murid dan mengevaluasinya, bila dianggap perlu didiskusikan secara klasikal.
d. Mengasosiasi/ Mengolah informasi
Dalam kegiatan mengasosiasi/ mengolah informasi terdapat kegiatan menalar. Istilah “menalar” dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang dianut dalam Kurikulum 2013 untuk menggambarkan bahwa guru dan akseptor didik merupakan pelaku aktif. Penalaran yaitu proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang sanggup diobservasi untuk memperoleh final berupa pengetahuan.
Penalaran dimaksud merupakan budi sehat ilmiah, meski penakaran nonilmiah tidak selalu tidak bermanfaat.Istilah menalar di sini merupakan padanan dari associating; bukan merupakan terjemanan dari reasonsing, meski istilah ini juga bermakna menalar atau penalaran.Karena itu, istilah acara menalar dalam konteks pembelajaran pada Kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori berguru asosiasi atau pembelajaran asosiatif.Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemamuan mengelompokkan bermacam-macam ide dan mengasosiasikan bermacam-macam kejadian untuk kemudian memasukannya menjadi serpihan memori.
Bagaimana aplikasinya dalam proses pembelajaran? Aplikasi pengembangan acara pembelajaran untuk meningkatkan daya menalar akseptor didik sanggup dilakukan dengan cara berikut ini.
1) Guru menyusun materi pembelajaran dalam bentuk yang sudah siap sesuai dengan tuntutan kurikulum.
2) Guru tidak banyak menerapkan metode ceramah atau metode kuliah. Tugas utama guru yaitu memberi instruksi singkat tapi terperinci dengan disertai contoh-contoh, baik dilakukan sendiri maupun dengan cara simulasi.
3) Bahan pembelajaran disusun secara berjenjang atau hierarkis, dimulai dari yang sederhana (persyaratan rendah) hingga pada yang kompleks (persyaratan tinggi).
4) Kegiatan pembelajaran berorientasi pada hasil yang sanggup diukur dan diamati
5) Seriap kesalahan harus segera dikoreksi atau diperbaiki
6) Perlu dilakukan pengulangan dan latihan semoga sikap yang diinginkan sanggup menjadi kebiasaan atau pelaziman.
7) Evaluasi atau penilaian didasari atas sikap yang nyata atau otentik.
8) Guru mencatat semua kemajuan akseptor didik untuk kemungkinan memperlihatkan tindakan pembelajaran perbaikan.
e. Mengomunikasikan
Dalam kegiatan mengomunikasikan sanggup dilakukan pembelajaran kolaboratif.Pembelajaran kolaboratif merupakan suatu filsafat personal, lebih dari sekadar teknik pembelajaran di kelas-kelas sekolah. Kolaborasi esensinya merupakan filsafat interaksi dan gaya hidup insan yang menempatkan dan memaknai kolaborasi sebagai struktur interaksi yang dirancang secara baik dan disengaja rupa untuk memudahkan perjuangan kolektif untuk mencapai tujuan bersama.
Pada pembelajaran kolaboratif kewenangan guru dan fungsi guru lebih bersifat direktif atau manajer belajar.Sebaliknya, akseptor didiklah yang harus lebih aktif.Peserta didik berinteraksi dengan empati, saling menghormati, dan mendapatkan kekurangan atau kelebihan masing-masing. Dengan cara semacam ini akan tumbuh rasa kondusif sehingga memungkin akseptor didik menghadapi aneka perubahan dan tntutan berguru secara bersama-sama.
Ada empat sifat kelas atau pembelajaran kolaboratif.Dua sifat berkenaan dengan perubahan korelasi antara guru dan akseptor didik. Sifat ketiga berkaitan dengan pendekatan gres dari penyampaian guru selama proses pembelajaran. Sifat keempat menyatakan isi kelas atau pembelajaran kolaboratif.Dengan pembelajaran kolaboratif, akseptor didik mempunyai ruang gerak untuk menilai dan membina ilmu pengetahuan, pengalaman personal, bahasa komunikasi, taktik dan konsep pembelajaran sesuai dengan teori, serta menautkan kondisi sosiobudaya dengan situasi pembelajaran. Di sini, kiprah guru lebih banyak sebagai pembimbing dan manajer berguru ketimbang memberi instruksi dan mengawasi secara rijid.Pada pembelajaran atau kelas kolaboratif, guru membuatkan kiprah dan kewenangan dengan akseptor didik, khususnya untuk hal-hal tertentu. Cara ini memungkinan akseptor didik menimba pengalaman mereka sendiri, membuatkan taktik dan informasi, menghormati antarsesa, mendorong tumbuhnya ide-ide cerdas, terlibat dalam pemikiran kreatif dan kritis serta memupuk dan menggalakkan mereka mengambil kiprah secara terbuka dan bermakna.
Contoh Pembelajaran Kolaboratif
Guru ingin mengajarkan perihal konsep, penggolongan sifat, fakta, atau mengulangi informasi perihal objek. Untuk keperluan pembelajaran ini beliau memakai media sortir kartu (card sort). Prosedurnya sanggup dilakukan ibarat berikut ini.
· Kepada akseptor didik diberikan kartu indeks yang memuat informasi atau pola yang cocok dengan satu atau lebih katagori.
· Peserta didik diminta untuk mencari temannya dan menemukan orang yang mempunyai kartu dengan katagori yang sama.
· Berikan kepada akseptor didik yang kartu katagorinya sama menyajikan sendiri kepada rekannya.
· Selama masing-masing katagori dipresentasikan oleh akseptor didik, buatlah catatan dengan kata kunci (point) dari pembelajaran tersebut yang dirasakan penting.
Pemanfaatan Internet Pada Pembelajaran Kolaboratif
Pemanfaatan internet sangat dianjurkan dalam pembelajaran atau kelas kolaboratif.Karena memang, internet merupakan salah satu jejaring pembelajaran dengan susukan dan ketersediaan informasi yang luas dan mudah.Saat ini internet telah menyediakan diri sebagai tumpuan yang murah dan gampang bagi akseptor didik atau siapa saja yang hendak mengubah wajah dunia.
Penggunaan internet disarakan makin mendesak sejalan denan perkembangan pengetahuan terjadi secara eksponensial. Masa depan yaitu milik akseptor didik yang mempunyai susukan hampir ke seluruh informasi tanpa batas dan mereka yang bisa memanfaatkan informasi diterima secepat mungkin.
No comments:
Post a Comment