Bahasa Indonesia : Dasar-Dasar dalam Memahami Pertanyaan Esai
Mengapa sebuah esai sanggup dikategorikan sebagai esai yang buruk?
Kesalahan yang paling utama dalam menciptakan esai ialah kesalahan dalam menciptakan paragraf (Warburton,hal.25). Kesalahan dalam menciptakan paragraf dimulai dengan kekeliruan dalam menafsirkan atau memahami pertanyaan.
23 Rumusan dalam Memahami Pertanyaan berdasarkan Warburton
“berikan analisis…”: penulis diminta untuk mengurai duduk kasus yang sedang dibicarakan selanjutnya menjelaskan korelasi antara uraian antara bagian-per-bagian dengan keseluruhan
“berikan penilaian tentang…”: penulis diminta untuk tetapkan seberapa kuat atau seberapa lemah sebuah bahan diskusi (subject-matter)–dengan kata lain, penulis harus meletakkannya dalam sebuah hirarki nilai
“golongkan atau klasifikasikan…”: penulis diminta untuk menggolongkan sebuah pokok pembicaraan di dalam kelas atau kategori yang tepat
“berikan komentar atas…” : penulis diminta untuk mengajukan pembedahan kritis atas gagasan, teori, atau sitasi yang diberikan
“sandingkan dan bandingkanlah…” : penulis diminta untuk memperlihatkan hal-hal yang serupa dan berbeda dari sebuah pemaparan atau gagasan
“jelaskan…” : penulis diminta untuk memaparkan wawasannya wacana sebuah topik
“diskusikan secara mendalam tentang…” : penulis diminta untuk menawarkan pemaparan terperinci (komprehensif) untuk mengkaji dan mendukung sebuah gagasan –biasanya dilakukan dengan memakai ragam bahasa akademik spesifik (memuat istilah-istilah yang khusus berlaku dalam sebuah disiplin ilmu)
“definisikan…” : penulis diminta untuk merunut sebuah definisi dan menegaskan batas-batasnya
“deskripsikan…” : penulis diminta untuk menceritakan ulang sebuah hal berdasarkan perspektif atau opini pribadinya
“paparkan dengan rinci…”: penulis diminta untuk mendeskripsikan komponen-komponen sebuah hal secara obyektif
“bahas/diskusikan…” : penulis diminta untuk berbicara secara kritis wacana sebuah topik –baik dari sisi pro maupun kontra
“jelaskan mengapa…tidak…”: penulis diminta untuk secara tegas memperlihatkan dan menjelaskan masalah-masalah yang muncul dari sebuah pendapat atau pernyataan
“evaluasi…”: penulis diminta untuk menjelaskan seberapa besar lengan berkuasa sebuah gagasan atau catatan terhadap tujuan semula
“jelaskan dengan sederhana…” : penulis diminta untuk memaparkan dengan ragam bahasa akademik yang umum kepada pihak-pihak yang belum memahami/awam dengan topik pembahasan
“berikan ilustrasi tentang…”: penulis diminta untuk menyediakan contoh-contoh atau situasi yang membantu menjelaskan topik yang sedang didiskusikan
“interpretasikan…”: penulis diminta untuk menawarkan tafsiran yang memuaskan wacana data, serta menarik kesimpulan dari bukti yang telah diberikan.
“justifikasi/buktikan…”: penulis diminta untuk menyediakan bukti dan argumen yang mendukung kesimpulan yang diberikan
“berikan garis besar dari…”: penulis diminta untuk mencari kalimat-kalimat kunci dari setiap paragraf dan menyatukannya
“rangkumlah…”: penulis diminta untuk menentukan bagian-bagian yang paling penting dan lalu membahasakannya ulang dengan kata-kata sendiri
“telusuri…/tunjukkan bagaimana…”: penulis diminta untuk memperlihatkan bagaimana sebuah wangsit atau insiden dikembangkan dari wangsit atau insiden sebelumnya
“hubungkan…”: penulis diminta untuk memperlihatkan korelasi logis antara dua hal
“berikan penilaian menyeluruh terhadap…”: penulis diminta untuk merangkum dan menelisik apa yang sudah dipaparkan
“buat catatan singkat tentang…”: penulis diminta untuk menawarkan pemandangan umum wacana hal-hal yang paling penting –bukan memaparkan detil
Dua Strategi dalam Menganalisis Paragraf
- Paragraf Deduktif
- Paragraf Induktif
Paragraf Deduktif dan Induktif Adalah Sebuah Pengantar
Patrick J. Hurley, hal.35&36 menyatakan bahwa paragraf deduktif mengambil kesimpulan eksklusif dari pernyataan-pernyataan yang ada di dalamnya, sementara paragraf induktif sanggup mempunyai kesimpulan yang ditarik dari pernyataan-pernyataan yang ditemukan dalam paragraf tersebut.
No comments:
Post a Comment