Friday, May 4, 2018

Al Qur’An Berbicara Wacana “Teleportasi”

Al Qur’an Berbicara perihal “TELEPORTASI”


Teleportasi mempunyai arti pemindahan sesuatu (materi) dari satu titik ke titik lain melalui sebuah proses penguraian dan pengembalian kembali susunan dari sesuatu tersebut. Kalau pernah menonton film Star Trek, Battle Star of Galactica, Time Tunnel, atau Time Machine, atau The One nya Jet Lee,pasti tergambar proses teleportasi, dimana sosok Capt.Kirk dan Spok sanggup berlanglang buana ke banyak sekali daerah di angkasa ini melalui mesin teleportasi. Atau tokoh Triple James yang berpetualang di antar galaksi dalam mencari daerah kehidupan gres bagi ras manusia, dengan memakai kendaraan berkecepatan cahayanya (teknologi warp). Atau Time Tunnel, dimana sekelompok insan melewati lorong waktu berkelana ke dunia lain melalui lubang cacing (wormhole, istilah ilmiah/fisika untuk menjelaskan adanya lorong antar dimensi yang sanggup menembus waktu dan ruang). Dan terakhir Time Machine, dimana sosok Adam (tokoh dalam film) mencari pembalikan takdir untuk menjumpai istrinya kembali sebelum terjadi kecelakaan dan terjebak dalam beberapa zaman melalui mesin waktu ciptaannya. Ya…semua itu yakni sci-fi atau fiksi ilmiah yang akan menerbangkan imajinasi penonton berkenaan dengan waktu. Tetapi jangan lupa, dalam Al Qur’an pun membicarakan sesuatu perihal teleportasi ini…

Dalam Al Qur’an ada ayat yang membicarakan insiden teleportasi ini yaitu berkenaan dengan insiden pemindahan Singgasana Ratu Bilqis dari negeri Saba’. Dalam Qur’an Surat an Naml (27) ayat 38 – 40 yang artinya, “Berkata Sulaiman: “Hai pembesar-pembesar, siapakah di antara kau sekalian yang sanggup membawa singgasananya kepadaku sebelum mereka tiba kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri”, Berkata ‘Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin: “Aku akan tiba kepadamu dengan membawa singgsana itu kepadamu sebelum kau bangun dari daerah dudukmu; bahwasanya saya benar-benar berpengaruh untuk membawanya lagi sanggup dipercaya”, Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari AI Kitab : “Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip”. Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: “Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba saya apakah saya bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka bahwasanya ia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka bahwasanya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia“.

Ada dua anjuran untuk hal pemindahan singgasana Sang Ratu Bilqis, yaitu yang pertama dari bangsa Jin dalam hal ini diwakili Ifrit yang mempunyai kemampuan melalui ilmunya (teknologi mereka) sanggup memindahkan singgasana tersebut dengan hitungan waktu sesaat, yang digambarkan ‘sebelum Nabi Sulaiman as bangun dari daerah duduknya’. Yang kedua yakni anjuran dari seseorang yang mempunyai ilmu dari Al Kitab (apakah itu Kitab terdahulu dalam hal ini Zabur dan Taurat, atau kitab Ilmu pengetahuan dan teknologi yang mereka kuasai ketika itu). Ia bisa memindahkan singgasana dengan hitungan waktu yang lebih cepat dari anjuran Ifrit, yaitu dalam waktu sekejap yang digambarkan sebelum mata Nabi Sulaiman as berkedip. Subhanallah… .

Yang jadi pertanyaan yakni : apakah sang ilmuwan ini hanya mengandalkan doa semata-mata selayaknya kemampuan Tuhan mencipta dengan menyampaikan ‘Kun’, ini mustahil. Atau hanya sekedar mengandalkan kekuatan doa supaya dikabulkan Tuhan SwT untuk memindahkannya, ini pun mustahil. Mengapa?  ini seolah Nabi Sulaiman as tidak mempunyai kekuatan doanya secara eksklusif kepada Tuhan SwT sebagai seorang Nabi yang mempunyai kedudukan khusus di sisi Tuhan yang justru jauh dari apa yang dimiliki oleh hanya seorang pembesarnya (menterinya) yang berilmu. Demikian juga waktu yang dilakukan untuk berdoa dengan mata berkedip, lebih cepat mata berkedip. Apakah hanya menyampaikan kata tertentu? Mustahil juga, layaknya sebuah sihir ‘abrakadabra’. Ilmu (teknologi) apakah ini? Yang terang ini merupakan sebuah ilmu teknologi canggih yang terjadi pada ketika itu dan tidak sanggup dikuasai lagi di kurun berikutnya. Mengapa? Karena Nabi Sulaiman as sendiri yang meminta melalui doanya, sebagaimana tercantum dalam Qur’an Surat Shaad (38) ayat 35 yang artinya,”Ia berkata: “Ya Tuhanku, ampunilah saya dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang juapun sesudahku, bahwasanya Engkaulah Yang Maha Pemberi”.
Bayangkan jika teknologi itu sanggup dikuasai pada ketika ini… niscaya semakin banyak kejahatan yang terjadi yang memanfaatkan teknologi tersebut. Dan untung hanya sebatas pada film-film sci-fi (sciencefiction). Atau akan menjadi kufur sebab tidak percaya dengan apa yang sudah ditetapkan Tuhan (Takdir).

Teleportasi berikutnya dalam bentuk perjalanan atau transfer sesuatu yakni :
1.Peristiwa “al Maidah” seruan Nabi Isa as kepada Tuhan SwT (QS. Al Maidah 5 ayat 114-115),
2.Peristiwa “al Maidah” Maryam binti Imron, ibunda Isa as yang kedapatan masakan di mihrabnya ketika Zakariya as mengetahui keberadaan masakan tersebut (QS.Ali Imron 3 ayat 37),
3.Peristiwa perjalanan Sulaiman as dengan memakai angin (QS.Saba 34 ayat 12),
4.Peristiwa teleportasi Isa as ke suatu daerah yang hanya Tuhan tahu dalam rangka evakuasi Tuhan terhadap dirinya (Nabi Isa as) dari Fitnah. (QS. An Nisa 4 ayat 158 – 159),
5.Peristiwa Isra’ dan Mi’raj nya Rasulullah Muhammad SAW (QS. Isra 17 ayat 1).
Nah, insiden teleportasi ini terang niscaya berafiliasi dengan problem ‘waktu’ dan ‘tempat’, maka banyak sekali dalam Al Qur’an, Tuhan bersumpah dengan nama ciptaanNya supaya supaya insan memperhatikan ada apa dibalik nama ciptaanNya tersebut. Semisal ‘Demi Waktu Ashar’ , ‘Demi Waktu Fajar’, ‘Demi Waktu Dhuha’, ‘Demi Waktu Siang’, ‘Demi Waktu Malam’, dan masih banyak lagi yang berkenaan dengan waktu. Belum lagi berkenaan dengan sebuah insiden atau tempat-tempat tertentu. Tidak lain yakni bagaimana kita sebagai insan memperhatikan hal-hal demikian, ada diam-diam apa dibalik demikian. Paling tidak sebagaimana ujian teleportasi pada nabi Sulaiman as yang ia katakan yakni ““Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba saya apakah saya bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya dan kekuasaan-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka bahwasanya ia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar (akan nikmat-Nya dan kekuasaan-Nya), maka bahwasanya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia“. Atau sebagai tolok ukur insan untuk melihat perkembangan amaliyahnya ketika ia masih berada di dunia ini, sebagaimana apa yang diinginkan Tuhan SwT dalam QS. Al Mulk 67 ayat 2 yaitu “(Dialah Allah) Yang mengakibatkan mati (peristiwa kematian) dan hidup (peristiwa kehidupan), supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kau yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun”.
Wallahu a’lam bish Shawwab.
(GoesPrie, 21 – 5 – 12)
Sumber http://itsejati.blogspot.com

No comments:

Post a Comment

Laptop Graphic Terbaik Untuk Desain Grafis 2014

Mereview Laptop Desain Grafis tahun 2014 OPOSIP - Ketika saya bekerja dari rumah saya mempunyai sebuah PC yang didedikasikan yang sang...