Monday, March 5, 2018

Proses Pembuatan Tempe

Sekilas Tentang Tempe 
Tempe ialah makanan yang dibuat dari fermentasi terhadap biji kedelai atau beberapa materi lain yang memakai beberapa jenis kapang Rhizopus, ibarat Rhizopus oligosporus, Rh. oryzae, Rh. stolonifer (kapang roti), atau Rh. arrhizus. Sediaan fermentasi ini secara umum dikenal sebagai "ragi tempe".
Kapang yang tumbuh pada kedelai menghidrolisis senyawa-senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana yang gampang dicerna oleh manusia. Tempe kaya akan serat pangan, kalsium, vitamin B dan zat besi. Berbagai macam kandungan dalam tempe mempunyai nilai obat, ibarat antibiotika untuk menyembuhkan benjol dan antioksidan pencegah penyakit degeneratif.
Secara umum, tempe berwarna putih alasannya ialah pertumbuhan miselia kapang yang merekatkan biji-biji kedelai sehingga terbentuk tekstur yang memadat. Degradasi komponen-komponen kedelai pada fermentasi menciptakan tempe mempunyai rasa dan aroma khas. Berbeda dengan tahu, tempe terasa agak masam.
Tempe banyak dikonsumsi di Indonesia, tetapi kini telah mendunia. Kaum vegetarian di seluruh dunia banyak yang telah memakai tempe sebagai pengganti daging. Akibatnya kini tempe diproduksi di banyak tempat di dunia, tidak hanya di Indonesia. Berbagai penelitian di sejumlah negara, ibarat Jerman, Jepang, dan Amerika Serikat. Indonesia juga kini berusaha menyebarkan galur (strain) unggul Rhizopus untuk menghasilkan tempe yang lebih cepat, berkualitas, atau memperbaiki kandungan gizi tempe.

Proses Pembuatan Tempe 
Terdapat banyak sekali metode pembuatan tempe. Namun, teknik pembuatan tempe di Indonesia secara umum terdiri dari tahapan perebusan, pengupasan, perendaman dan pengasaman, pencucian, inokulasi dengan ragi, pembungkusan, dan fermentasi.
  • Pada tahap awal pembuatan tempe, biji kedelai direbus. Tahap perebusan ini berfungsi sebagai proses hidrasi, yaitu biar biji kedelai menyerap air sebanyak mungkin. Perebusan juga dimaksudkan untuk melunakkan biji kedelai supaya nantinya sanggup menyerap asam pada tahap perendaman. 
  • Kulit biji kedelai dikupas pada tahap pengupasan biar miselium fungi sanggup menembus biji kedelai selama proses fermentasi. Pengupasan sanggup dilakukan dengan tangan, diinjak-injak dengan kaki, atau dengan alat pengupas kulit biji.
  • Setelah dikupas, biji kedelai direndam. Tujuan tahap perendaman ialah untuk hidrasi biji kedelai dan membiarkan terjadinya fermentasi asam laktat secara alami biar diperoleh keasaman yang diharapkan untuk pertumbuhan fungi. Fermentasi asam laktat terjadi dicirikan oleh munculnya bau asam dan buih pada air rendaman akhir pertumbuhan kuman Lactobacillus. Bila pertumbuhan kuman asam laktat tidak optimum (misalnya di negara-negara subtropis, asam perlu ditambahkan pada air rendaman. Fermentasi asam laktat dan pengasaman ini ternyata juga bermanfaat meningkatkan nilai gizi dan menghilangkan bakteri-bakteri beracun.
  • Proses pembersihan selesai dilakukan untuk menghilangkan kotoran yang mungkin dibuat oleh kuman asam laktat dan biar biji kedelai tidak terlalu asam. Bakteri dan kotorannya sanggup menghambat pertumbuhan fungi.
  • Inokulasi dilakukan dengan penambahan inokulum, yaitu ragi tempe atau laru. Inokulum sanggup berupa kapang yang tumbuh dan dikeringkan pada daun waru atau daun jati (disebut usar; dipakai secara tradisional), spora kapang tempe dalam medium tepung (terigu, beras, atau tapioka; banyak dijual di pasaran), ataupun kultur R. oligosporus murni (umum dipakai oleh pembuat tempe di luar Indonesia).  Inokulasi sanggup dilakukan dengan dua cara, yaitu (1) penebaran inokulum pada permukaan kacang kedelai yang sudah masbodoh dan dikeringkan, kemudian dicampur merata sebelum pembungkusan; atau (2) inokulum sanggup dicampurkan eksklusif pada ketika perendaman, dibiarkan beberapa lama, kemudian dikeringkan.
  • Setelah diinokulasi, biji-biji kedelai dibungkus atau ditempatkan dalam wadah untuk fermentasi. Berbagai materi pembungkus atau wadah sanggup dipakai (misalnya daun pisang, daun waru, daun jati, plastik, gelas, kayu, dan baja), asalkan memungkinkan masuknya udara alasannya ialah kapang tempe membutuhkan oksigen untuk tumbuh. Bahan pembungkus dari daun atau plastik biasanya diberi lubang-lubang dengan cara ditusuk-tusuk.
  • Biji-biji kedelai yang sudah dibungkus dibiarkan untuk mengalami proses fermentasi. Pada proses ini kapang tumbuh pada permukaan dan menembus biji-biji kedelai, menyatukannya menjadi tempe. Fermentasi sanggup dilakukan pada suhu 20 °C–37 °C selama 18–36 jam. Waktu fermentasi yang lebih singkat biasanya untuk tempe yang memakai banyak inokulum dan suhu yang lebih tinggi, sementara proses tradisional memakai laru dari daun biasanya membutuhkan waktu fermentasi hingga 36 jam.
Sekian postingan perihal Proses Pembuatan Tempe, semoga menambah isu bagi kita sehingga bisa mendorong timbulnya inspirasi bisnis gres terutama varian tempe atau yang terkait yang sanggup kita kerjakan biar pengganguran di negeri kita berkurang dan ekonomi keluarga kita meningkat.
Postingan yang saya jabarkan mungkin saja secara detail kurang lengkap, saran saya bagi yang ingin serius berusaha ada baiknya bertanya kepada penyuluh TTG yang ada didaerah saudara atau membeli buku Tatacara atau Proses Membuat Tempe yang dilengkapi gambar sehingga pada prakteknya tidak salah dan merugikan baik untuk pribadi (modal dan waktu) maupun bagi lingkungan

Sumber Artikel : id.wikipedia.org/wiki/Tempe

Sumber http://terapanteknologitepatguna.blogspot.com

No comments:

Post a Comment

Laptop Graphic Terbaik Untuk Desain Grafis 2014

Mereview Laptop Desain Grafis tahun 2014 OPOSIP - Ketika saya bekerja dari rumah saya mempunyai sebuah PC yang didedikasikan yang sang...