Kali ini Blog Terapan TTG akan mencoba memposting salah satu acara yang mengunakan teknologi sederhana dengan materi baku yang ada disekitar kita terutama wilayah pendesaan. Nah malam ini saya jalan-jalan ke blog-blog dan mendapat warta gres perihal Proses Budidaya Jamur Tiram, sebelum saya posting prosesnya yang saya kutip dari salah satu blog mari kita simak Apa itu Jamur Tiram.
Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) ialah jamur pangan dari kelompok Basidiomycota dan termasuk kelas Homobasidiomycetes dengan ciri-ciri umum badan buah berwarna putih hingga krem dan tudungnya berbentuk setengah bundar ibarat cangkang tiram dengan penggalan tengah agak cekung. Jamur tiram masih satu kerabat dengan Pleurotus eryngii dan sering dikenal dengan sebutan King Oyster Mushroom (sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Jamur_tiram)
Jamur tiram putih berwarna putih agak krem dengan diameter badan 3-14 cm. Jamur ini mempunyai miselium. Tubuh buah jamur inilah yang bernilai hemat tinggi dan menjadi tujuan dari budidaya jamur tiram. Teknik budidaya jamur tiram mulai dari persiapan hingga pasca panen sangat perlu diperhatikan biar pelaku perjuangan benar-benar memahami sehingga lebih menguasai dalam pemeliharaan maupun pengendalian hama tanaman.
Persiapan Penanaman Jamur Tiram
Sebelum melaksanakan penanaman, hal-hal yang menunjang budidaya jamur tiram harus sudah tersedia, diantaranya rumah kumbung baglog, rak baglog, bibit jamur tiram, dan peralatan budidaya. (Bisa Anda lihat di artikel Persiapan Usaha Budidaya Jamur Tiram). Usahakan budidaya jamur tiram menggunakan bibit bersertifikat yang sanggup dibeli dari petani lain atau dinas pertanian setempat. Peralatan budidaya jamur tiram cukup sederhana, harga terjangkau, bahkan kita bisa memanfaat peralatan dapur.
Untuk mengoptimalkan hasil dalam perjuangan budidaya jamur tiram di dataran rendah sanggup dilakukan dengan modifikasi terhadap materi media dan takarannya, yakni dengan menambah atau mengurangi dosis tiap-tiap materi dari standar umumnya. Dalam perjuangan skala kecil, eksperimen dalam memilih dosis materi media merupakan hal yang sangat penting guna memperoleh dosis yang pas. Hal ini mengingat jamur yang dibudidayakan di lingkungan tumbuh berbeda tentu membutuhkan nutrisi dan media yang berbeda pula tergantung pada kondisi lingkungan setempat. Hingga ketika ini belum ada standar komposisi media untuk budidaya jamur tiram di dataran rendah, sehingga petani memodifikasi media dan lingkungan menurut pengalaman dan kondisi masing-masing.
Sebagai media tumbuh jamur tiram, serbuk gergaji berfungsi sebagai penyedia nutrisi bagi jamur. Kayu yang dipakai sebaiknya kayu keras lantaran serbuk gergaji kayu jenis tersebut sangat berpotensi dalam meningkatkan hasil panen jamur tiram. Hal ini lantaran kayu keras banyak mengandung selulosa yang diharapkan oleh jamur. Jenis-jenis kayu keras yang bisa dipakai sebagai media tanam jamur tiram antara lain sengon, kayu kampung, dan kayu mahoni. Untuk mendapat serbuk kayu pembudidaya harus memperolehnya ditempat penggergajian kayu. Sebelum dipakai sebagai media biasanya sebuk kayu harus dikompos terlebih dahulu biar bisa terurai menjadi senyawa yang lebih sederhana sehingga gampang dicerna oleh jamur. Proses pengomposan serbuk kayu dilakukan dengan cara menutupnya menggunakan plastik atau terpal selama 1-2 hari. Pengomposan berlangsung dengan baik bila terjadi kenaikan suhu sekitar 50 derajat C.
Alternatif materi yang bisa dipakai untuk mengganti serbuk kayu ialah banyak sekali macam ampas, misal ampas kopi, ampas kertas, ampas tebu, dan ampas teh. Namun, menurut pengalaman petani jamur tiram di dataran rendah, media yang baik untuk dipakai tetap serbuk gergaji kayu.
Media berupa dedak/bekatul dan tepung jagung berfungsi sebagai substrat dan penghasil kalori untuk pertumbuhan jamur. Sebelum membeli dedak dan tepung jagung, sebaiknya pastikan dahulu bahan-bahan tersebut masih baru. Jika menggunakan materi yang sudah usang dikhawatirkan sudah terjadi fermentasi yang sanggup berakibat pada tumbuhnya jenis jamur yang tidak dikehendaki. Berdasarkan hasil penelitian, penggunaan dedak maupun teung jagung menawarkan kualitas hasil jamur yang sama lantaran kandungan nutrisi kedua materi tersebut mirip. Namun, penggunaan dedak dianggap lebih efisien lantaran bisa memangkas biaya dan cenderung gampang dicari lantaran banyak dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Kapur (CaCo3) berfungsi sebagai sumber mineral dan pengatur pH. Kandungan Ca dalam kapur sanggup menetralisir asam yang dikeluarkan meselium jamur yang juga bisa menimbulkan pH media menjadi rendah.
Wadah yang dipakai untuk meletakkan adonan media ialah kantong plastik bening tahan panas (PE 0,002) berukuran 20 cm x 30 cm. Adapun komposisi media semai ialah serbuk gergaji 100 kg; tepung jagung 10 kg; dedak halus atau bekatul 10 kg; kompos 0,5 kg; kapur (CaCo3) 0,5 kg; dan air 50-60%. Ada dua hal yang harus diperhatikan sebelum melaksanakan penanaman bibit jamur, yaitu sterilisasi materi dan sterilisasi baglog.
Sterilisasi Bahan
Sebelum dicampur dengan media lain, serbu kayu dan dedak disterilisasi terlebih dahulu menggunakan panggangan selama 6-8 jam pada suhu 100 derajat C. Dengan sterilisasi tersebut selain mengurangi mikroorganisme penyebab kontaminsasi juga menguranngi kadar air pada serbuk gergaji kayu. Dengan demikian, media menjadi lebih kering. Kedua materi tersebut kemmudian dicampur dan diberi air sekitar 50—60% hingga adonan menjadi kalis dan bisa dikepal. Air berfungsi dalam peresapan nutrisi oleh miselium. Air yang dipakai harus air higienis untuk mengurangi resiko kontaminasi organisme lain dalam media. Dalam memasukkan media ke dalam plastik, media harus benar-benar padar biar jamur yang dihasilkan bisa banyak. Makara pastikan bahwa bahan-bahan telah cukup padat di dalam plastik dengan cara menekan—nekan adonan hingga benar-benar padat, kemudian penggalan atas kantong dipasang cincin paralon dan selanjutnya kantong plastik ditutup dengan sumbat kapas dan diikat dengan karet.
Sterilisasi Baglog
Sterilisasi baglog dilakukan dengan cara memasukkan baglog ke dallam autoclave atau pemanas/steamer dengan suhu 121 derajat C selama 15 menit. Untuk mengganti penggunaan autoclave atau streamer, sanggup menggunakan drum dengan kapasitas besar atau bisa menampung sekitar 50 baglog dan dipanasi di atas kompor minyak atau sanggup juga menggunakan oven. Memang, sterilisasi baglog menggunakan drum memakan waktu lebih lama, yaitu sekitar 8 jam, tetapi dianggap lebih menghemat biaya.
Setelah proses sterilisasi selesai, baglog kemudian didinginkan, yakni dengan mematikan alat sterilisasi dan membiarkan suhunya turun sedikit demi sedikit. Setelah proses pendinginan, gres kemudian dilakukan penanaman bibit jamur.
Penanaman Dan Pemeliharaan Jamur Tiram
Salah satu penentu keberhasilan budidaya jamur tiram ialah kebersihan dalam melaksanakan proses budidayanya, baik kebersihan tempat, alat, maupun pekerjanya. Hal ini lantaran kebersihan ialah hal yang mutlak harus dipenuhi. Untuk itu, tempat untuk penanaman sebaiknya harus dibersihkan dahulu dengan sapu, lantai dan dindingnya dibersihkan menggunakan disinfektan. Alat yang dipakai untuk menanam juga harus disterilisasi menggunakan alkohol dan dipanaskan di atas api lilin. Selain itu, selama melaksanakan penanaman para pekerja juga idealnya menggunakan masker. Hal ini bertujuan untuk memperkecil terjadinya kontaminasi.
Dalam budidaya jamur tiram hal yang juga harus diperhatikan ialah menjaga suhu dan kelembaban ruang biar tetap pada standar yang dibutuhkan. Jika cuaca lebih kering, panas, atau berangin, tentu akan mensugesti suhu dan kelembaban dalam kumbung sehingga air cepat menguap. Bila demikian, sebaiknya frekuensi penyiraman ditingkatkan. Jika suhu terlalu tinggi dan kelembaban kurang, bisa membuat badan jamur sulit tumbuh atau bahkan tidak tumbuh. Oleh lantaran itu, atur juga sirkulasi udara di dalam kumbung biar jamur tidak cepat layu dan mati. Pengaturan sirkulasi sanggup dilakukan dengan cara menutup sebagian lubang sirkulasi ketika angin sedang kencang. Sirkulasi sanggup dibuka semua ketika angin sedang dalam kecepatan normal. Namun, yang terpenting ialah jangan hingga jamur kekurangan udara segar.
Pengendalian Hama Penyakit Pada Budidaya Jamur Tiram
Selain pemeliharaan baglog, dalam budidaya jamur tiram juga perlu dilakukan perawatan untuk mencegah atau mengendalikan hama dan penyakit yang mungkin bisa menyerang jamur tiram. Hama dan penyakit yang menyerang jamur tiram tentu dipengaruhi oleh keadaan lingkungan maupun jamur itu sendiri. Sehingga antara tempat budidaya yang satu dan yang lain, serangan hama penyakit kemungkinan sanggup berbeda-beda.
HAMA PENYAKIT JAMUR TIRAM
Ulat
Ulat merupakan hama yang paling banyak ditemui dalam budidaya jamur tiram. Ada tiga faktor penyebab kemunculan hama ini yaitu faktor kelembaban, kotoran dari sisa pangkal/bonggol atau tangkai jamur dan jamur yang tidak terpanen, serta lingkungan yang tida bersih.
Hama ulat muncul ketika kelembaban udara berlebihan. Oleh alasannya ialah itu, hama ulat sering dijumpai ketika animo hujan. Pencegahan menjadi solusi terbaik untuk mengatasi hama ini ialah dengan mengatur sirkulasi udara. Caranya dengan membuka lubang sirkulasi dan untuk sementara proses penyiraman keumbung dihentikan.
Pangkal jamur yang tertinggal di baglog ketika pemanenan sanggup menimbulkan hewan kecil ibarat kepik. Kepik inilah yang menjadi penyebab munculnya hama ulat. Sementara jamur yang tidak terpanen kemungkinan terjadi lantaran jamur tidak muncul keluar sehingga luput ketika pemanenan dan menjadi busuk. Hal ini menimbulkan munculnya ulat. Sebaiknya, ketika melaksanakan pemanenan baglog telah dipastikan kebersihannya sehingga tidak ada pangkal atau batang dan jamur yang tidak terpanen.
Ulat bisa saja muncul lantaran rumah kumbung ataupun sekitar kumbung tidak berseih. Misalnya adanya sangkar ternak atau tumbuhan di sekitar rumah kumbung.
Untuk mencegah dan mengatasi serangan hama ulat, lakukan pembersihan rumah kumbung dan sekitar rumah kumbung dengan melaksanakan penyemprotan formalin.
Semut, Laba-laba, dan Kleket (sejenis moluska)
Secara mekanis hama semut dan laba-laba sanggup diatasi dengan membongkar sarangnya dan menyiramnya dengan minyak tanah. Sedangkan secara kemis hama tersebut sanggup dikendalikan dengan penyemprotan insektisida. Cara ini merupakan cara terakhir dan usahakan untuk menghindari penggunaan insektisida bila serangan tidak parah lantaran produk jamur merupakan produk organik. Keuntungan bila pemberantasan hama serangga dilakukan dengan cara mekanis antara lain, sanggup memangkas biaya selama perawatan dan juga ramah lingkungan. Sementara itu hama kleket kerap dijumpai pada lisan baglog. Untuk mengendalikannya juga dilakukan dengan cara mekanis, yaitu mengambilnya dengan tangan.
Tumbuhnya Cendawan atau Jamur Lain
Jamur lain yang kerap mengganggu jamur tiram ialah Mucor sp., Rhizopus sp., Penicillium sp., dan Aspergillus sp. pada substrat atau baglog. Serangan jamur-jamur tersebut bersifat patogen yang ditandai dengan timbulnya miselium berwarna hitam, kuning, hijau, dan timbulnya lendir pada substrat. Miselium-miselium tersebut menimbulkan pertumbuhan jamur tiram terhambat atau bahkan tidak tumbuh sama sekali. Penyakit ini sanggup disebabkan lantaran lingkungan dan peralatan ketika pembuatan media penanaman kurang higienis atau lantaran lingkungan kumbung yang terlalu lembab. Untuk mengatasi penyakit ini, lingkungan dan peralatan ketika pembuatan media dan penanaman perlu dijaga kebersihannya. Kelembaban di dalam kumbung juga diatur biar tidak berlebihan. Penyakit ini sanggup menyerang baglog yang sudah dibuka ataupun masih tertutup. Jika baglog sudah terjangkit maka harus segera dilakukan pemusnahan dengan cara dikeluarkan dari kumbung kemudian dibakar.
Tangkai Memanjang
Penyakit ini merupakan penyakit fisiologis yang ditandai dengan tangkai jamur memanjang dengan badan jamur kecil tidak sanggup berkembang maksimal. Penyakit tangkai memanjang disebabkan lantaran kelebihan CO2 akhir ventilasi udara yang kurang sempurna. Agar tidak terjangkit penyakit ini harus dilakukan pengaturan ventilasi dalam kumbung seoptimal mungkin.
Panen dan Pasca Panen
Pemanenan merupakan acara budidaya yang selalu ditunggu oleh pelaku usaha. Untuk mendapat hasil yang optimal maka penanaman selama panen dan pasca panen harus dilakukan dengan baik.
Waktu dan Cara Panen Jamur Tiram
Jamur tiram termasuk jenis tumbuhan budidaya yang mempunyai masa panen cukup cepat. Panen jamur tiram sanggup dilakukan dalam jangka waktu 4o hari sehabis pembibitan atau sehabis badan buah berkembang maksimal, yaitu sekitar 2-3 ahad sehabis badan buah terbentuk. Perkembangan badan buah jamur tiram yang maksimal ditandai pula dengan meruncngnya penggalan tepi jamur. Kriteria jamur yang layak untuk dipanen ialah jamur yang berukuran cukup besar dan bertepi runcing tetapi belum mekar penuh atau belum pecah. Jamur dengan kondisi demikian tidak gampang rusak bila dipanen. Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi ketika produk dipasarkan, contohnya keseragaman berat dan ukuran jamur tiram.
Penanganan Pasca Panen Jamur Tiram
Penanganan yang dilakukan usai pemanenan jamur tiram bertujuan untuk membuat hasil selesai yang berkualitas sehingga sesuai dengan usul pasar. Berikut beberapa tahapan biar produk jamur tiram yang dihasilkan berkualitas baik.
Penyortiran
Jamur yang telah dipanen harus segera dicuci dengan air bersih, kemudian penggalan badan buahnya dipisahkan deri pangkalnya. Proses pembersihan dan pemisahan ini penting untuk dilakukan lantaran bila selama proses budidaya petani menggunakan pestisida, biasaya racun pestisida akan mengendap pada penggalan pangkal dan masih memungkinkan terdapat residu yang tertinggal pada badan buah. Setelah diyakini kebersihannya, proses sortasi dilakukan untuk mengelompokkan jamur tiram menurut bentuk dan ukurannya. Hal ini bertujuan untuk memperoleh hasil yang seragam sehingga akan menarik minat konsumen ketika dipasarkan.
Pengemasan dan Transportasi Hasil Panen Jamur Tiram
Pengemasan jamur tiram segar biasanya menggunakan plastik kedap udara. Semakin sedikit udara yang ada di dalam plastik, jamur tiram semakin tahan usang untuk disimpan. Namun, idealnya penyimpanan dengan plastik kedap udara hanya sanggup mempertahankan kesejukan jamur tiram selama 2-4 hari. Oleh lantaran itu, biar jamur tiram segar yang dijual tetap dalam kondisi baik, proses pengangkutan/transportasi tidak boleh terlalu usang dari proses pengemasannya. Seandainya jarak pengangkutan cukup jauh, sebaiknya alat transportasi dilengkapi dengan ruangan berpendingin.
Persiapan Penanaman Jamur Tiram
Sebelum melaksanakan penanaman, hal-hal yang menunjang budidaya jamur tiram harus sudah tersedia, diantaranya rumah kumbung baglog, rak baglog, bibit jamur tiram, dan peralatan budidaya. (Bisa Anda lihat di artikel Persiapan Usaha Budidaya Jamur Tiram). Usahakan budidaya jamur tiram menggunakan bibit bersertifikat yang sanggup dibeli dari petani lain atau dinas pertanian setempat. Peralatan budidaya jamur tiram cukup sederhana, harga terjangkau, bahkan kita bisa memanfaat peralatan dapur.
Untuk mengoptimalkan hasil dalam perjuangan budidaya jamur tiram di dataran rendah sanggup dilakukan dengan modifikasi terhadap materi media dan takarannya, yakni dengan menambah atau mengurangi dosis tiap-tiap materi dari standar umumnya. Dalam perjuangan skala kecil, eksperimen dalam memilih dosis materi media merupakan hal yang sangat penting guna memperoleh dosis yang pas. Hal ini mengingat jamur yang dibudidayakan di lingkungan tumbuh berbeda tentu membutuhkan nutrisi dan media yang berbeda pula tergantung pada kondisi lingkungan setempat. Hingga ketika ini belum ada standar komposisi media untuk budidaya jamur tiram di dataran rendah, sehingga petani memodifikasi media dan lingkungan menurut pengalaman dan kondisi masing-masing.
Sebagai media tumbuh jamur tiram, serbuk gergaji berfungsi sebagai penyedia nutrisi bagi jamur. Kayu yang dipakai sebaiknya kayu keras lantaran serbuk gergaji kayu jenis tersebut sangat berpotensi dalam meningkatkan hasil panen jamur tiram. Hal ini lantaran kayu keras banyak mengandung selulosa yang diharapkan oleh jamur. Jenis-jenis kayu keras yang bisa dipakai sebagai media tanam jamur tiram antara lain sengon, kayu kampung, dan kayu mahoni. Untuk mendapat serbuk kayu pembudidaya harus memperolehnya ditempat penggergajian kayu. Sebelum dipakai sebagai media biasanya sebuk kayu harus dikompos terlebih dahulu biar bisa terurai menjadi senyawa yang lebih sederhana sehingga gampang dicerna oleh jamur. Proses pengomposan serbuk kayu dilakukan dengan cara menutupnya menggunakan plastik atau terpal selama 1-2 hari. Pengomposan berlangsung dengan baik bila terjadi kenaikan suhu sekitar 50 derajat C.
Alternatif materi yang bisa dipakai untuk mengganti serbuk kayu ialah banyak sekali macam ampas, misal ampas kopi, ampas kertas, ampas tebu, dan ampas teh. Namun, menurut pengalaman petani jamur tiram di dataran rendah, media yang baik untuk dipakai tetap serbuk gergaji kayu.
Media berupa dedak/bekatul dan tepung jagung berfungsi sebagai substrat dan penghasil kalori untuk pertumbuhan jamur. Sebelum membeli dedak dan tepung jagung, sebaiknya pastikan dahulu bahan-bahan tersebut masih baru. Jika menggunakan materi yang sudah usang dikhawatirkan sudah terjadi fermentasi yang sanggup berakibat pada tumbuhnya jenis jamur yang tidak dikehendaki. Berdasarkan hasil penelitian, penggunaan dedak maupun teung jagung menawarkan kualitas hasil jamur yang sama lantaran kandungan nutrisi kedua materi tersebut mirip. Namun, penggunaan dedak dianggap lebih efisien lantaran bisa memangkas biaya dan cenderung gampang dicari lantaran banyak dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Kapur (CaCo3) berfungsi sebagai sumber mineral dan pengatur pH. Kandungan Ca dalam kapur sanggup menetralisir asam yang dikeluarkan meselium jamur yang juga bisa menimbulkan pH media menjadi rendah.
Wadah yang dipakai untuk meletakkan adonan media ialah kantong plastik bening tahan panas (PE 0,002) berukuran 20 cm x 30 cm. Adapun komposisi media semai ialah serbuk gergaji 100 kg; tepung jagung 10 kg; dedak halus atau bekatul 10 kg; kompos 0,5 kg; kapur (CaCo3) 0,5 kg; dan air 50-60%. Ada dua hal yang harus diperhatikan sebelum melaksanakan penanaman bibit jamur, yaitu sterilisasi materi dan sterilisasi baglog.
Sterilisasi Bahan
Sebelum dicampur dengan media lain, serbu kayu dan dedak disterilisasi terlebih dahulu menggunakan panggangan selama 6-8 jam pada suhu 100 derajat C. Dengan sterilisasi tersebut selain mengurangi mikroorganisme penyebab kontaminsasi juga menguranngi kadar air pada serbuk gergaji kayu. Dengan demikian, media menjadi lebih kering. Kedua materi tersebut kemmudian dicampur dan diberi air sekitar 50—60% hingga adonan menjadi kalis dan bisa dikepal. Air berfungsi dalam peresapan nutrisi oleh miselium. Air yang dipakai harus air higienis untuk mengurangi resiko kontaminasi organisme lain dalam media. Dalam memasukkan media ke dalam plastik, media harus benar-benar padar biar jamur yang dihasilkan bisa banyak. Makara pastikan bahwa bahan-bahan telah cukup padat di dalam plastik dengan cara menekan—nekan adonan hingga benar-benar padat, kemudian penggalan atas kantong dipasang cincin paralon dan selanjutnya kantong plastik ditutup dengan sumbat kapas dan diikat dengan karet.
Sterilisasi Baglog
Sterilisasi baglog dilakukan dengan cara memasukkan baglog ke dallam autoclave atau pemanas/steamer dengan suhu 121 derajat C selama 15 menit. Untuk mengganti penggunaan autoclave atau streamer, sanggup menggunakan drum dengan kapasitas besar atau bisa menampung sekitar 50 baglog dan dipanasi di atas kompor minyak atau sanggup juga menggunakan oven. Memang, sterilisasi baglog menggunakan drum memakan waktu lebih lama, yaitu sekitar 8 jam, tetapi dianggap lebih menghemat biaya.
Setelah proses sterilisasi selesai, baglog kemudian didinginkan, yakni dengan mematikan alat sterilisasi dan membiarkan suhunya turun sedikit demi sedikit. Setelah proses pendinginan, gres kemudian dilakukan penanaman bibit jamur.
Penanaman Dan Pemeliharaan Jamur Tiram
Salah satu penentu keberhasilan budidaya jamur tiram ialah kebersihan dalam melaksanakan proses budidayanya, baik kebersihan tempat, alat, maupun pekerjanya. Hal ini lantaran kebersihan ialah hal yang mutlak harus dipenuhi. Untuk itu, tempat untuk penanaman sebaiknya harus dibersihkan dahulu dengan sapu, lantai dan dindingnya dibersihkan menggunakan disinfektan. Alat yang dipakai untuk menanam juga harus disterilisasi menggunakan alkohol dan dipanaskan di atas api lilin. Selain itu, selama melaksanakan penanaman para pekerja juga idealnya menggunakan masker. Hal ini bertujuan untuk memperkecil terjadinya kontaminasi.
Dalam budidaya jamur tiram hal yang juga harus diperhatikan ialah menjaga suhu dan kelembaban ruang biar tetap pada standar yang dibutuhkan. Jika cuaca lebih kering, panas, atau berangin, tentu akan mensugesti suhu dan kelembaban dalam kumbung sehingga air cepat menguap. Bila demikian, sebaiknya frekuensi penyiraman ditingkatkan. Jika suhu terlalu tinggi dan kelembaban kurang, bisa membuat badan jamur sulit tumbuh atau bahkan tidak tumbuh. Oleh lantaran itu, atur juga sirkulasi udara di dalam kumbung biar jamur tidak cepat layu dan mati. Pengaturan sirkulasi sanggup dilakukan dengan cara menutup sebagian lubang sirkulasi ketika angin sedang kencang. Sirkulasi sanggup dibuka semua ketika angin sedang dalam kecepatan normal. Namun, yang terpenting ialah jangan hingga jamur kekurangan udara segar.
Pengendalian Hama Penyakit Pada Budidaya Jamur Tiram
Selain pemeliharaan baglog, dalam budidaya jamur tiram juga perlu dilakukan perawatan untuk mencegah atau mengendalikan hama dan penyakit yang mungkin bisa menyerang jamur tiram. Hama dan penyakit yang menyerang jamur tiram tentu dipengaruhi oleh keadaan lingkungan maupun jamur itu sendiri. Sehingga antara tempat budidaya yang satu dan yang lain, serangan hama penyakit kemungkinan sanggup berbeda-beda.
HAMA PENYAKIT JAMUR TIRAM
Ulat
Ulat merupakan hama yang paling banyak ditemui dalam budidaya jamur tiram. Ada tiga faktor penyebab kemunculan hama ini yaitu faktor kelembaban, kotoran dari sisa pangkal/bonggol atau tangkai jamur dan jamur yang tidak terpanen, serta lingkungan yang tida bersih.
Hama ulat muncul ketika kelembaban udara berlebihan. Oleh alasannya ialah itu, hama ulat sering dijumpai ketika animo hujan. Pencegahan menjadi solusi terbaik untuk mengatasi hama ini ialah dengan mengatur sirkulasi udara. Caranya dengan membuka lubang sirkulasi dan untuk sementara proses penyiraman keumbung dihentikan.
Pangkal jamur yang tertinggal di baglog ketika pemanenan sanggup menimbulkan hewan kecil ibarat kepik. Kepik inilah yang menjadi penyebab munculnya hama ulat. Sementara jamur yang tidak terpanen kemungkinan terjadi lantaran jamur tidak muncul keluar sehingga luput ketika pemanenan dan menjadi busuk. Hal ini menimbulkan munculnya ulat. Sebaiknya, ketika melaksanakan pemanenan baglog telah dipastikan kebersihannya sehingga tidak ada pangkal atau batang dan jamur yang tidak terpanen.
Ulat bisa saja muncul lantaran rumah kumbung ataupun sekitar kumbung tidak berseih. Misalnya adanya sangkar ternak atau tumbuhan di sekitar rumah kumbung.
Untuk mencegah dan mengatasi serangan hama ulat, lakukan pembersihan rumah kumbung dan sekitar rumah kumbung dengan melaksanakan penyemprotan formalin.
Semut, Laba-laba, dan Kleket (sejenis moluska)
Secara mekanis hama semut dan laba-laba sanggup diatasi dengan membongkar sarangnya dan menyiramnya dengan minyak tanah. Sedangkan secara kemis hama tersebut sanggup dikendalikan dengan penyemprotan insektisida. Cara ini merupakan cara terakhir dan usahakan untuk menghindari penggunaan insektisida bila serangan tidak parah lantaran produk jamur merupakan produk organik. Keuntungan bila pemberantasan hama serangga dilakukan dengan cara mekanis antara lain, sanggup memangkas biaya selama perawatan dan juga ramah lingkungan. Sementara itu hama kleket kerap dijumpai pada lisan baglog. Untuk mengendalikannya juga dilakukan dengan cara mekanis, yaitu mengambilnya dengan tangan.
Tumbuhnya Cendawan atau Jamur Lain
Jamur lain yang kerap mengganggu jamur tiram ialah Mucor sp., Rhizopus sp., Penicillium sp., dan Aspergillus sp. pada substrat atau baglog. Serangan jamur-jamur tersebut bersifat patogen yang ditandai dengan timbulnya miselium berwarna hitam, kuning, hijau, dan timbulnya lendir pada substrat. Miselium-miselium tersebut menimbulkan pertumbuhan jamur tiram terhambat atau bahkan tidak tumbuh sama sekali. Penyakit ini sanggup disebabkan lantaran lingkungan dan peralatan ketika pembuatan media penanaman kurang higienis atau lantaran lingkungan kumbung yang terlalu lembab. Untuk mengatasi penyakit ini, lingkungan dan peralatan ketika pembuatan media dan penanaman perlu dijaga kebersihannya. Kelembaban di dalam kumbung juga diatur biar tidak berlebihan. Penyakit ini sanggup menyerang baglog yang sudah dibuka ataupun masih tertutup. Jika baglog sudah terjangkit maka harus segera dilakukan pemusnahan dengan cara dikeluarkan dari kumbung kemudian dibakar.
Tangkai Memanjang
Penyakit ini merupakan penyakit fisiologis yang ditandai dengan tangkai jamur memanjang dengan badan jamur kecil tidak sanggup berkembang maksimal. Penyakit tangkai memanjang disebabkan lantaran kelebihan CO2 akhir ventilasi udara yang kurang sempurna. Agar tidak terjangkit penyakit ini harus dilakukan pengaturan ventilasi dalam kumbung seoptimal mungkin.
Panen dan Pasca Panen
Pemanenan merupakan acara budidaya yang selalu ditunggu oleh pelaku usaha. Untuk mendapat hasil yang optimal maka penanaman selama panen dan pasca panen harus dilakukan dengan baik.
Waktu dan Cara Panen Jamur Tiram
Jamur tiram termasuk jenis tumbuhan budidaya yang mempunyai masa panen cukup cepat. Panen jamur tiram sanggup dilakukan dalam jangka waktu 4o hari sehabis pembibitan atau sehabis badan buah berkembang maksimal, yaitu sekitar 2-3 ahad sehabis badan buah terbentuk. Perkembangan badan buah jamur tiram yang maksimal ditandai pula dengan meruncngnya penggalan tepi jamur. Kriteria jamur yang layak untuk dipanen ialah jamur yang berukuran cukup besar dan bertepi runcing tetapi belum mekar penuh atau belum pecah. Jamur dengan kondisi demikian tidak gampang rusak bila dipanen. Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi ketika produk dipasarkan, contohnya keseragaman berat dan ukuran jamur tiram.
Penanganan Pasca Panen Jamur Tiram
Penanganan yang dilakukan usai pemanenan jamur tiram bertujuan untuk membuat hasil selesai yang berkualitas sehingga sesuai dengan usul pasar. Berikut beberapa tahapan biar produk jamur tiram yang dihasilkan berkualitas baik.
Penyortiran
Jamur yang telah dipanen harus segera dicuci dengan air bersih, kemudian penggalan badan buahnya dipisahkan deri pangkalnya. Proses pembersihan dan pemisahan ini penting untuk dilakukan lantaran bila selama proses budidaya petani menggunakan pestisida, biasaya racun pestisida akan mengendap pada penggalan pangkal dan masih memungkinkan terdapat residu yang tertinggal pada badan buah. Setelah diyakini kebersihannya, proses sortasi dilakukan untuk mengelompokkan jamur tiram menurut bentuk dan ukurannya. Hal ini bertujuan untuk memperoleh hasil yang seragam sehingga akan menarik minat konsumen ketika dipasarkan.
Pengemasan dan Transportasi Hasil Panen Jamur Tiram
Pengemasan jamur tiram segar biasanya menggunakan plastik kedap udara. Semakin sedikit udara yang ada di dalam plastik, jamur tiram semakin tahan usang untuk disimpan. Namun, idealnya penyimpanan dengan plastik kedap udara hanya sanggup mempertahankan kesejukan jamur tiram selama 2-4 hari. Oleh lantaran itu, biar jamur tiram segar yang dijual tetap dalam kondisi baik, proses pengangkutan/transportasi tidak boleh terlalu usang dari proses pengemasannya. Seandainya jarak pengangkutan cukup jauh, sebaiknya alat transportasi dilengkapi dengan ruangan berpendingin.
Sekian postingan perihal Proses Budidaya Jamur Tiram, semoga menambah warta bagi kita sehingga bisa mendorong timbulnya inspirasi bisnis gres yang sanggup kita kerjakan biar pengganguran di negeri kita berkurang dan ekonomi keluarga kita meningkat.
Postingan yang saya jabarkan mungkin saja secara detail kurang lengkap, saran saya bagi yang ingin serius berusaha ada baiknya bertanya kepada penyuluh TTG yang ada didaerah saudara atau membeli buku budidaya jamur Tiram yang dilengkapi gambar sehingga pada prakteknya tidak salah dan merugikan baik untuk pribadi (modal dan waktu) maupun bagi lingkungan
Sumber Artikel : http://petunjukbudidaya.blogspot.com
Sumber http://terapanteknologitepatguna.blogspot.com
No comments:
Post a Comment