Kali ini kita bahas sedikit perihal Angin Gunung (Katabatik) dan Angin Lembah (Anabatik). Kedua angin tersbeut merupakan tipe angin lokal yang terjadi di tempat pegunungan atau lembah. Inilah perbedaan angin gunung dan angin lembah. Baca juga: Jenis-jenis pencemaran lingkungan dan bahayanya
Angin Katabatik (Catabatic Winds)
Saat udara di kepingan atas puncak gunung mendingin oleh konduksi maka akan menciptakan udara lebih padat sehingga akan turun menuruni lembah. Angin ini biasa terjadi pada malam hari. Faktor yang memengaruhi terbentuknya angin katabatik adalah:
- Tingkat pendinginan di sepanjang lereng. Semakin masbodoh permukaan lereng maka potensi terbentuknya angin semakin besar.
- Kekasaran lereng. Semakin halus lereng maka potensi angin semakin besar dan besar lengan berkuasa lantaran tidak ada penghalang menyerupai vegetasi.
- Kecuraman lereng. Semakin curam lereng maka akan menaikan potensi terjadinya angin gunung dan bercampur dengan udara netral di sekitarnya.
Angin Gunung dan Angin Lembah |
Efek sebaliknya terjadi pada siang hari. Kontak udara dengan lereng yang hangat lantaran sinar matahari akan menghasilkan konduksi dan naik atau disebut Arus Anabatik (Anabatic Winds). Aliran angin ke atas sangat besar lengan berkuasa di sore hari ketika matahari mengahadap pribadi menuju lereng.
Baca juga:
Sebaran teladan curah hujan Indonesia
Contoh soal ulangan geografi
Baca juga:
Sebaran teladan curah hujan Indonesia
Contoh soal ulangan geografi
Angin sanggup berasal dari beberapa fenomena meteorologi yang berbeda baik itu disebabkan oleh tekanan dan suhu udara di atmosfer maupun suhu dan tekanan tempat tersebut. Setelah angin terbentuk akan ada beberapa fitur bumi yang sanggup memodifikasi arah dan kecepatan angin dan mendistorsi alat ukur cuaca dan menyulitkan meteorolog untuk memprediksi apa yang akan terjadi selanjutnya. Baca juga: Gerak semu harian dan tahunan matahari
Gambar: thecompetitionworld
No comments:
Post a Comment