Kabupaten Tasikmalaya merupakan salah satu wilayah yang didominasi oleh pegunungan terutama pegunungan Karst atau kapur. Libur lebaran kemarin untuk mengisi waktu luang aku dan keluarga mencoba untuk mengunjungi Curug Dengdeng yang berlokasi di Cikatomas. Pagi hari sekitar jam 10 kami berangkat dengan memakai motor dari Sukaraja. Sebelum berangkat, kami cek dulu lokasi di google map dan estimasi jarak dari rumah menuju Curug Dengdeng sekitar 30 km.
Kami memulai perjalanan jam 10 pagi menyusuri jalan Cibalanarik yang sudah aspal mulus. Sampai di Sukaraja jalanan mulai padat oleh pemudik. Kami ambil jalur ke kanan menuju arah Samsat Jatiwaras. Sepanjang jalan, hilir pulang kampung kendaraan sangat banyak dan kami pun berjalan santai saja. Dari jalan raya Karangnunggal kami kemudian belok ke arah Salopa melewati samsat Tasik. Jalanan masih mulus namun mulai menanjak dan berkelok.
Jalan menunju Cikatomas memang berkelok-kelok melintasi perbukitan, jadi anda harus waspada kalau melalui jalan ini jangan cepat-cepat. Perlahan-lahan kami melewati Jatiwaras-Salopa hingga Cikatomas. Ada beberapa titik jalan yang berlubang, amblas dan rusak jadi anda yang akan ke wilayah Tasik Selatan ini harus hati-hati. Setelah 2 jam perjalanan, kami hingga di depan Alun-Alun Cikatomas dan nyimpang dulu ke Al***art untuk ngadem, maklum cuaca panas sekali di trend kemarau ini.
Sekitar 5 menit kemudian kami melanjutkan perjalanan menuju arah Buniasih. Dari sini jalanan masih mulus dan cukup sepi jadi motor dapat dipacu agak cepat, namun tetap hati-hati. Sekitar 6 km dari jalan utama kami menjumpai papan lokasi Curug Dengdeng di sebelah kiri jalan. Masuk ke kiri jalanan mulai ancur pemirsa, nampaknya kegiatan Gerbang Desa tidak terlihat rimbanya disini alias gagal. Jalan hanya batuan dan sedikit cor yang sudah rusak. Dari jalan raya menuju Curug Dengdeng ini sekitar 1,5 km dan jalannya total buruk abis menyusuri perbukitan.
Sekitar 15 menitan, kami hingga di gerbang masuk Curug Dengdeng yang dijaga pemuda-pemudi desa. Kami bayar karcis masuk 5.000 rupiah per motor. Parkiran tidak mengecewakan luas namun masih seadanya. Dari atas parkiran kami sudah dapat melihat curug yang ternyata kering kerontang ketika trend kemarau namun masih unik untuk ditelusuri.
Kami kemudian turun ke bawah menyusuri tanah merah terarosa hasil pelapukan gamping. Disini sudah dibangun beberapa warung makan dan gardu pandang yang kemarin penuh oleh pengunjung. Kami kemudian turun ke curug dan terlihat tidak ada air terjun, hanya tebing-tebing yang tersusun dari kerikil gamping. Di beberapa titik terlihat lubang-lubang sinkhole yang mempunyai air dan dalam. Sinkhole ini merupakan hasil korosi air dengan batuan gamping. Jika tidak trend kemarau, lubang-lubang di Curug Dengdeng ini dapat tidak terlihat dan berbahaya. Bisa jadi kau akan masuk dalam lobang dan terseret ke dalam oleh arus, jadi anda harus hati-hati dan memahami morfologi Curug Dengdeng ini. Curug Dengdeng ini mempunyai tingkatan alias berundak-undak dengan pemandangan perbukitan pesawahan Tasik Selatan yang indah.
Jika anda lapar maka tidak ada salahnya untuk mampir ke warung makan untuk pesan ikan bakar sambil menikmati pemandangan dari atas. Beberapa kekurangan dari objek wisata Curug Dengdeng ini yakni jalan yang rusak parah dan tidak ada gosip atau guidance wacana citra umum Curug. Wisatawan harus diberi peringatan wacana keamanan curug terutama terkait lubang-lubang di atas teras curug yang sangat berbahaya kalau tidak mengetahuinya. Lubang-lubang tersebut saling terhubung di bawah dan dibangun oleh arus sungai yang kuat. Jika ada orang masuk ke sana maka akan sangat berbahaya dan dapat terseret masuk ke dalam. |
Berjalan di atas tebing curug yang mengering |
|
Curug Dengdeng kering di ketika kemarau |
|
Sinkhole yang berbahaya |
|
Curug Dengdeng ketika kemarau |
Sumber http://www.gurugeografi.id
No comments:
Post a Comment