Monday, January 8, 2018

√ Pengembangan Instrumen Penelitian Tindakan Kelas

Pengembangan Instrumen Penelitian Tindakan Kelas. Keberadaan Instrumen dalam penelitian tindakan kelas mempunyai fungsi yang sangat strategis. Dikatakan demikian  karena instrumen merupakan alat yang digunakan untuk mengukur keberhasilan tindakan dan atau digunakan untuk mengumpulkan data-data yang dibutuhkan dalam penelitian.  Pemilihan instrumen yang akan digunakan harus diubahsuaikan dengan mekanisme dan langkah-langkah PTK.

 Baca : Prosedur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas

Selain itu, pemilihan instrumen juga harus diubahsuaikan aspek apa saja yang mau dicapai ketika seorang guru mau melaksanakan PTK.  Instrumen untuk mengukur berhasil tidaknya sebuah tindakan sanggup dibedakan menjadi instrumen yang bekerjasama dengan proses dan yang bekerjasama dengan hal yang diamati. 

 Instrumen ditinjau dari Sisi Proses 

Dari sisi proses, instrumen dijelaskan melalui kerangka berpikir peneliti melaksanakan PTK. Telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam menciptakan kerangka pikir terdapat komponen komponen yaitu kondisi awal, tindakan dan kondisi akhir. Oleh karenanya, Instrumen ditinjau dari proses dalam PTK harus sanggup menjangkau masalah yang berkaitan dengan input (kondisi awal), proses (saat berlangsungnya tindakan), dan output (hasil/kondisi tamat yang diharapkan). 

 a.  Instrumen input



Instrumen untuk input sanggup dikembangkan dari hal-hal yang menjadi pangkal masalah beserta pendukungnya. Misalnya; pangkal masalah yaitu hal tertentu contohnya prestasi berguru dari siswa yang dianggap kurang. Maka tes awal sanggup menjadi instrumen yang paling tepat. Disamping itu mungkin dibutuhkan pula instrumen pendukung yang mengarah pada pemberdayaan tindakan yang akan dilakukan, misalnya; format peta kelas dalam kondisi awal, buku teks dalam kondisi awal, dan seterusnya. 

b.  Instrumen untuk proses

Instrumen yang digunakan pada ketika proses berlangsung berkaitan erat dengan tindakan yang dipilih. Dalam tahap ini banyak format yang sanggup digunakan. Akan tetapi format yang digunakan hendaknya yang sesuai dengan tindakan yang dipilih. 

Sebagai pola jika tindakan yang dipilih merupakan pendekatan pendidikan matematika relaistik maka instrumen dibentuk berdasarkan langkah langkah pelaksanaan pembelajaran matematika realistik.

c.   Instrumen untuk output

Instrumen untuk output berkaitan erat dengan penilaian pencapaian hasil berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. Misalnya; nilai 75 ditetapkan sebagai ambang batas peningkatan (pada ketika dilaksanakan tes bekal awal, nilai siswa berkisar pada angka 50), maka pencapaian hasil yang belum hingga pada angka 75 perlu untuk dilakukan tindakan lagi (ada siklus berikutnya).


Instrumen Ditinjau dari Sisi yang Diamati 



Selain dari sisi proses (bagan alir), instrumen sanggup pula dipahami dari sisi hal yang diamati. Dari sisi hal yang diamati, instrumen berdasarkan Reed & Bergerman (1992) dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu: instrumen untuk mengamati guru (observing teachers), instrumen untuk mengamati kelas (observing classroom), dan insrumen untuk mengamati sikap siswa (observing students).

a. Pengamatan terhadap sikap guru  (observing teachers)

Pengamatan merupakan alat yang terbukti efektif untuk mempelajari ihwal metode dan taktik yang diimplementasikan di kelas, misalnya; ihwal organisasi kelas, respon siswa terhadap lingkungan kelas, dan sebagainya. Salah satu bentuk instrument pengamatan yaitu catatan anekdotal  (anecdotal record).
Catatan anekdotal  memfokuskan pada hal-hal spesifik yang terjadi di dalam kelas atau catatan ihwal acara berguru siswa dalam pembelajaran. Catatan anekdotal mencatat insiden didalam kelas secara informal dalam bentuk naratif. Sejauh mungkin, catatan ini memuat deskripsi rinci dan lugas insiden yang terjadi di kelas. Catatan anekdotal tidak memerlukan latihan khusus. Suatu catatan anekdotal yang baik setidaknya mempunyai empat ciri, yaitu:
  1. Pengamat harus mengamati keseluruhan sekuensi insiden yang terjadi di kelas.
  2. Tujuan, batas waktu dan rambu-rambu pengamatan jelas.
  3. Hasil pengamatan dicatat lengkap dan hati-hati.
  4. Pengamatan harus dilakukan secara obyektif.
Beberapa model catatan anekdotal yang diusulkan oleh Reed & Bergerman (1992) dan sanggup digunakan dalam PTK, antara lain:
  1. Catatan anekdotal insiden dalam pembelajaran (anecdotal record for observing instructional event)
  2. Catatan anekdotal interaksi guru-siswa (anecdotal teachers-student interaction form)
  3. Catatan anekdotal pola pengelompokkan berguru (anecdotal record form for grouping patterns)
  4. Pengamatan terstruktur (structured observation)
  5. Lembar pengamatan administrasi kelas (checklist for management model)
  6. Lembar pengamatan ketrampilan bertanya (checklist for examining questions)
  7. Catatan anekdotal acara pembelajaran (anecdotal record of pre-, whilst-, and post- teaching activities)
  8. Catatan anekdotal membantu siswa berpartisipasi (checklist for routine involving student)

b.   Pengamatan terhadap kelas (observing classrooms)

Catatan anekdotal sanggup dilengkapi sambil melaksanakan pengamatan terhadap segala insiden yang terjadi di kelas. Pengamatan ini sangat bermanfaat sebab sanggup mengungkapkan praktek-praktek pembelajaran yang menarik di kelas. Disamping itu, pengamatan itu sanggup memperlihatkan taktik strategi yang digunakan guru dalam menangani hambatan dan hambatan pembelajaran yang terjadi di kelas. Catatan anekdotal kelas meliputi deskripsi ihwal lingkungan phisik kelas, tata letak, dan administrasi kelas.
Beberapa model catatan anekdotal kelas yang diusulkan oleh Reed & Bergerman (1992) dan sanggup digunakan dalam PTK, antara lain:
  1. format anekdotal organisasi kelas (form for anecdotal record of classroom organization)
  2. Format peta kelas (form for classroom map)
  3. Observasi kelas terstruktur (structured observation of classrooms)
  4. Format pengkodean lingkungan social kelas (form for coding scale of classroom social and environment)
  5. Lembar cek wawancara personalia sekolah (checklist for school personal interview)
  6. Lembar cek kompetensi (checklist of competencies)

c.   Pengamatan terhadap siswa (observing students)

Pengamatan terhadap sikap siswa sanggup mengungkapkan banyak sekali hal yang menarik. Masing-masing individu siswa sanggup diamati secara individual atau berkelompok sebelum, ketika berlangsung, dan setelah usai pembelajaran. Perubahan pada setiap individu juga sanggup diamati, dalam kurun waktu tertentu, mulai dari sebelum dilakukan tindakan, ketika tindakan diimplementasikan, dan seusai tindakan.
Beberapa model pengamatan terhadap sikap siswa diusulkan oleh Reed & Bergerman (1992) yang sanggup digunakan dalam PTK antara lain:
  1. Tes diagnostic (diagnostic test)
  2. Catatan anekdotal sikap siswa (anecdotal record for observing students)
  3. Format bayangan (shadowing form)
  4. Kartu profil siswa (profil card of students)
  5. Kartu deskripsi profil siswa (descriptive profil card)
  6. Sistem koding partisipasi siswa (coding system to observe student participation in lessons)
  7. Inventori kalimat tak lengkap (incomplete sentence inventory)
  8. Pedoman wawancara untuk refleksi (interview guide for reflection)
  9. Sosiogram, dan sebagainya.

 Instrumen Lainnya 


Adapun instrumen lain selain catatan anekdotal yang telah dijelaskan diatas, ada beberapa instrumen lain yang sanggup digunakan untuk mengumpulkan data-data yang dibutuhkan dalam PTK, antara lain berbentuk ; pedoman pengamatan, pedoman wawancara, angket, pedoman pengkajian data dokumen, serta tes dan asesmen alternatif.

1.      Pedoman Pengamatan

Pengamatan partisipatif dilakukan oleh orang yang terlibat secara aktif dalam proses pelaksanaan tindakan. Pengamatan ini sanggup dilaksanakan dengan pedoman pengamatan (format, daftar cek), catatan lapangan, jurnal harian, observasi acara di kelas, penggambaran interaksi dalam kelas, alatperekam elektronik, atau pemetaan kelas (Mills, 2004:19). 

Pengamatan sangat cocok untuk merekam data kualitatif, misalnya; perilaku, aktivitas, dan proses lainnya. Catatan lapangan sebagai salah satu wujud dari pengamatan sanggup digunakan untuk mencatat data kualitatif, masalah istimewa, atau untuk melukiskan suatu proses, menyerupai melukiskan bagaimana sekelompok siswa menemukan konsep mengenai hewan memamah biak, bagaimana komentar siswa terhadap pemakaian metode pembelajaran yang sebelum tidak pernah digunakan. 

Baca Juga: 
Contoh Pedoman Observasi Sikap Jujur 
Contoh Pedoman Observasi Sikap Disiplin

 2.      Pedoman Wawancara

Untuk memperoleh data atau informasi yang lebih rinci dan untuk melengkapi data hasil observasi, tim peneliti sanggup melaksanakan wawancara kepada guru, siswa, kepala sekolah dan fasilitator yang berkolaborasi. Wawancara digunakan untuk mengungkap data yang berkaitan dengan sikap, pendapat, atau wawasan. Misalnya dengan pertanyaan semacam “ tolong ceritakan ihwal ….. ? (Stringer. 2004:67).
Secara garis besar wawancara sanggup dilakukan dengan;
  1. Tak terencana, contohnya percakapan secara informal di antara para pelaku penelitian dengan responden/subyek penelitian.
  2. Terencana tetapi tak terstruktur, contohnya dimulai dari satu atau dua pertanyaan pembukaan dari pewancara, setelah itu pewawancara memperlihatkan kesempatan seluas-luasnya kepada responden untuk menentukan ihwal apa yang akan dibicarakan. Pewawancara boleh mengajukan pertanyaan untuk menggali atau memperjelas.
  3. Terstruktur, contohnya pewawancara telah menyusun serangkaian pertanyaan yang akan diajukan untuk mengendalikan percakapan atau tanggapan sesuai dengan arah pertanyaan yang diinginkan.
Agar diperoleh data yang lengkap, mendalam dan sesuai kebutuhan penelitian, maka sebaiknya wawancara sanggup dilakukan dalam situasi informal, wajar, dan peneliti berperan sebagai mitra.

Wawancara hendaknya dilakukan dengan mempergunakan pedoman supaya semua informasi yang dibutuhkan sanggup diperoleh secara lengkap. Jika dianggap masih ada informasi yang kurang, sanggup pula dilakukan secara bebas. Guru yang berkolaborasi sanggup berperan sebagai pewawancara terhadap siswanya. Namun harus sanggup menjaga supaya hasil wawancara mempunyai objektivitas yang tinggi.  

3.      Angket atau Kuesioner

Angket terdiri atas serangkaian pertanyaan tertulis yang memerlukan tanggapan tertulis pula. Jenis pertanyaan dalam angket sanggup dibedakan menjadi dua macam.
Angket terbuka, yaitu meminta informasi atau pendapat dengan kata-kata responden sendiri. Pertanyaan macam ini mempunyai kegunaan bagi tahap-tahap eksplorasi, tetapi sanggup menghasilkan jawaban-jawaban yang sulit untuk disatukan. Jumlah angket yang dikembalikan mungkin juga sangat rendah.

Angket tertutup atau pilihan ganda, yaitu meminta responden menentukan kalimat atau deskripsi yang paling erat dengan pendapat, perasan, penilaian, atau posisi mereka.
Pertanyaan harus secara cermat diungkapkan dan tujuannya harus terperinci dan tidak bermakna ganda. Mengujicobakan pertanyaan dengan teman atau cuplikan (sample) kecil responden akan meningkatkan kualitasnya. Membatasi lingkup topik yang dicakup merupakan cara yang bermanfaat untuk meningkatkan jumlah angket yang kembali dan kualitas informasi yang diperoleh.

4.      Pedoman Pengkajian Data Dokumen

Dokumen yang sanggup dikaji untuk keperluan PTK sanggup berupa; daftar hadir, silabus, daftar kemampuan, hasil karya siswa, hasil karya guru, arsip, lembar kerja, dan sebagainya.

5.      Tes dan Asesmen Alternatif

Pengambilan data yang berupa informasi mengenai pengetahuan, sikap, bakat, dan lainnya sanggup dilakukan dengan tes atau pengukuran bekal awal atau hasil berguru dengan banyak sekali mekanisme asesmen (Tim PGSM, 1999; Sumarno, 1997; Mills, 2004).

Instrumen-instrumen ini dikembangkan pada ketika penyusunan proposal/usulan penelitian atau dikembangkan setelah usulan penelitian disetujui dan dilaksanakan. Keuntungannya bila instrumen dikembangkan pada ketika penyusunan usulan, peneliti tentunya telah mempersiapkan diri lebih dini, sehingga peneliti sanggup lebih cepat mengimplementasikannya di lapangan.

6.    Deskripsi Perilaku Ekologis

Teknik ini kurang terarah pada duduk kasus jikalau dibandingkan dengan teknik pertama di atas. Teknik ini berusaha untuk mencatat observasi dan pemahaman terhadap urutan sikap yang lengkap. Tingkat-tingkat deskripsi yang berbeda sanggup dipakai, contohnya dalam situasi belajar-mengajar :
  1. Kelas dalam suasana serius, tetapi tawa meledak …
  2. Seorang siswa berjulukan Toni mendeskripsikan hobinya dalam program “tunjukkan dan katakan”
  3. Dengan kakinya diseret di lantai dan kedua tangannya saling menggenggam di punggung seorang siswa …
Deskripsi sebaiknya mengurangi penafsiran psikologis dan terminologis, seperti  telah disinggung di atas. Misalnya, ketika seorang siswa diamati tertawa terbahak-bahak, peneliti dihentikan memberi komentar ihwal maksud tertawa siswa tersebut. Atau ketika beberapa siswa menolak mengerjakan tugas, peneliti dihentikan menafsirkan bahwa penolakan tersebut sebab malas atau alasan lain. Kecenderungan untuk memperlihatkan penilaian menyerupai ini banyak dialami oleh peneliti pemula. Mereka belum terlatih untuk menunda penilaian hingga refleksi dilakukan.

7.  Catatan Harian

Catatan harian yaitu riwayat pribadi siswa yang dilakukan secara teratur seputar topik yang diminati atau yang diperhatikan. Catatan harian mungkin memuat observasi, perasaan, reaksi, penafsiran, refleksi, dugaan, hipotesis, dan penjelasan. Persoalan mungkin berkisar dari riwayat ihwal latar belakang siswa hingga pemantauan diri ihwal perubahan dalam metode mengajar atau metode pengawasan.
Siswa sanggup didorong untuk menciptakan catatan harian ihwal topik yang sama untuk memperoleh perspektif alternatif. Catatan harian sanggup digunakan untuk salah satu atau beberapa tujuan berikut:
  1. Merekam secara teratur informasi faktual ihwal peristiwa, tanggal dan orang, dengan pembagian terstruktur mengenai judul. Misalnya; kapan? Dimana ? Siapa ? yang mana ? bagaimana ? mengapa ? Data yang terekam sanggup digunakan untuk membantu peneliti merekonstruksi urutan waktu atau insiden sebuah kejadian.
  2. Aide mémoire untuk merekam catatan pendek ihwal penelitian yang sedang dilakukan untuk refleksi kemudian.
  3. ·Memotret secara rinci insiden dan situasi tertentu yang memperlihatkan data deskriptsi lengkap yang akan digunakan untuk laporan lengkap tertulis.
  4. Sebagai pencatatan introspeksi dan evaluasi-diri, dimana peneliti mencatat semua pengalaman, pemikiran, dan perasaan pribadi dalam rangka memahami penelitiannya.

8.   Logs

Teknik ini intinya sama dengan catatan harian tetapi biasanya disusun dengan mempertimbangkan alokasi waktu untuk kegiatan tertentu, pengelompokan kelas, dan sebagainya. Kegunaannya ditingkatkan jikalau meliputi komentar menyerupai yang terdapat dalam catatan harian ihwal sekolah dan insiden lain.

9.   Kartu Cuplikan Butir

Teknik kartu cuplikan butir ini menyerupai dengan catatan harian, tetapi sekitar enam kartu digunakan untuk mencatat kesan ihwal sejumlah topik. Pada jenis ini satu kartu untuk satu topik. Misalnya: satu set kartu boleh meliputi topik-topik menyerupai pendahuluan pelajaran, disiplin, kualitas pekerjaan siswa, efisiensi penilaian, kontak individual dengan siswa, dan sikap seorang siswa.  Kartu tersebut dikocok dan catatan harian dibentuk untuk satu topik setiap harinya, dengan demikian akan membangun citra ihwal semua duduk kasus sebagai dasar refleksi yang mempunyai resiko sangat rendah serta tidak memperlihatkan tekanan terlalu berat atau mengakibatkan kebosanan pada aspek-aspek tertentu.

10.  Portfolio

Teknik ini digunakan untuk menciptakan koleksi materi yang disusun dengan tujuan tertentu. Portofolio mungkin memuat semua dokumen yang relevan dengan duduk kasus perbaikan pembelajaran itu.

11.  Metode Sosiometrik

Metode ini digunakan untuk mengetahui apakah individu-individu disukai atau saling menyukai. Pertanyaan-pertanyaan sering diajukan dengan niat untuk mengetahui  dengan siapa subyek tertentu ingin bekerja sama, atau bekerjasama dalam suatu  kegiatan bersama. Pertanyaan juga mengungkapkan dengan siapa subyek tertentu tidak suka bekerja sama atau berhubungan. Hasilnya biasanya diungkapkan dengan diagram pada sosiogram, yang mencatat korelasi seluruh kelompok.


12.  Jadwal Dan Daftar Tilik (Checklist) Interaksi


Kedua teknik ini sanggup digunakan oleh peneliti atau pengamat. Teknik-teknik ini boleh berdasarkan waktu, atau berdasarkan peristiwa, yang pencatatannya dilakukan kapan saja insiden tertentu terjadi. Berbagai sikap dicatat dalam kategori waktu sikap itu terjadi untuk membangun citra ihwal urutan sikap yang diteliti. Misalnya dalam situasi sekolah, kategori jadual dan daftar tilik (checklist) sanggup menunjuk pada:

  1. Perilaku ekspresi guru: contohnya bertanya, menjelaskan, mendisiplinkan (individu atau kelompok), memberi pola melafalkan kata/frasa/kalimat.
  2. Perilaku ekspresi siswa: misalnya, menjawab, bertanya, menyela, berkelakar, mengungkapkan diri, menyanggah, menyetujui.
  3. Perilaku nonverbal siswa: contohnya menoleh, mondar-mandir, menulis, menggambar, menulis cepat, tertawa, menangis, mengerutkan dahi, mengatupkan bibir.
  4. Perilaku nonverbal guru: misalnya, tersenyum, mengerutkan kening, memberi isyarat, menulis, berdiri erat siswa pandai, duduk dengan siswa lamban.

13.   Rekaman Audio


Merekam banyak sekali insiden menyerupai pelajaran, rapat diskusi, seminar, lokakarya, sanggup menghasilkan banyak informasi yang bermanfaat yang tertakluk (tunduk) pada analisis yang cermat. Metode ini khususnya mempunyai kegunaan bagi kontak satu lawan satu dan kelompok kecil di mana perekam jinjing sanggup digunakan atau analisis satu sikap sanggup dilakukan. Jika transkripsi ekstensif diperlukan, prosesnya mungkin menjadi sangat panjang dari segi waktu.

14.   Rekaman video


Perekam video sanggup dioperasikan oleh peneliti untuk merekam satuan kegiatan/peristiwa untuk dianalisis kemudian, contohnya kegiatan pembelajaran di kelas. Akan lebih baik jikalau satuan rekamannya pendek sebab pemutaran ulang akan memakan waktu. Bila ada ajun yang membantu, lebih banyak perhatian sanggup diberikan pada reaksi dan sikap subyek secara perorangan (guru dan siswa), yang aspek-aspeknya disepakati sebelum perekaman. Peneliti sendiri sanggup merekam aspek tertentu dari pelaksanaan pekerjaannya sendiri. Subyek-subyek terpilih mungkin juga sanggup merekam beberapa aspek pelaksanaan pekerjaan mereka untuk dianalisis kemudian.

15.   Foto dan slide


Foto dan slide mungkin mempunyai kegunaan untuk merekam insiden penting, contohnya aspek kegiatan kelas, atau untuk mendukung bentuk rekaman lain. Peneliti dan pengamat boleh memakai rekaman fotografik. Karena daya tariknya bagi subyek penelitian, foto sanggup diacu dalam wawancara berikutnya dan diskusi ihwal data.

16.Penampilan subyek penelitian pada kegiatan penilaian


Teknik ini digunakan untuk menilai prestasi, penguasaan, untuk mendiagnosis kelemahan dsb. Alat penilaian tersebut sanggup dibentuk oleh peneliti atau para ahlinya. Pemilihan teknik pengumpulan data ini tentu saja diubahsuaikan dengan jenis data yang akan dikumpulkan.
Pemilihan teknik pengumpulan data hendaknya dipilih sesuai dengan ciri khas data yang perlu dikumpulkan untuk mendukung tercapainya tujuan penelitian. Untuk keperluan trianggulasi, data yang sama sanggup dikumpulkan dengan teknik yang berbeda.

Untuk mengetahui sumbernya silakan dilihat di : Literatur Penelitian Tindakan Kelas



Sumber http://www.tipsbelajarmatematika.com

No comments:

Post a Comment

Laptop Graphic Terbaik Untuk Desain Grafis 2014

Mereview Laptop Desain Grafis tahun 2014 OPOSIP - Ketika saya bekerja dari rumah saya mempunyai sebuah PC yang didedikasikan yang sang...