Metode Ilmiah sebagai Metode Dasar IPA. Manusia sebagai makhluk hidup melalui panca inderanya memperlihatkan tanggapan terhadap semua rangsangan, termasuk tanda-tanda di alam semesta ini. Tanggapan terhadap gejala-gejala atau peristiwa-peristiwa alam merupakan suatu pengalaman. Pengalaman tersebut dari zaman ke zaman akan terakumulasi alasannya yakni insan mempunyai rasa ingin tahu atau kuriositas terhadap segalanya di alam semesta ini. Pengalaman merupakan salah satu cara terbentuknya “pengetahuan,” yakni kumpulan fakta-fakta. Pengalaman ini akan bertambah terus selama insan ada di muka bumi dan mewariskan pengetahuan itu kepada generasi berikutnya. Bertambahnya pengetahuan ibarat yang telah dikemukakan didorong oleh 1) keingingan memuaskan diri yang bersifat non mudah atau teoritis guna memenuhi kuriositas atau memehami hakikat alam semesta dan isinya, dan 2) dorongan praktis, yang memanfaatkan pengethuan itu untuk meningkatkan taraf hidup yang lebih tinggi. Kedua dorongan itu menumbuhkan kemajuan ilmu pengetahuan. Dorongan pertama menuju ilmu pengetahuan murni (pure science) dan dorongan kedua menuju ilmu pengetahuan terapan (applied science). Ilmu alamiah merupakan aktivitas insan yang bersifat aktif dan dinamis. Artinya, aktivitas insan yang tiada hentinya dari hasil percobaan yang akan menghasilkan konsep., selanjutnya konsep tersebut mendorong dilakukannya percobaan berikutnya dan seterusnya.
Sumber http://www.tipsbelajarmatematika.com
Tujuan ilmu alamiah berdasarkan beberapa hebat yakni mencari kebenaran wacana objeknya, dan kebenaran itu bersifat relative. Alam semesta sebagai objek penyelidikan mempunyai aspek yang sangat luas, contohnya aspek fisis, aspek kimiawi, aspek biologis, aspek hemat dan sebagainya. Oleh alasannya yakni itu, mustahil ilmu alamiah sanggup mencapai seluruh kebenaran mengenai objeknya. Kebenaran yang sanggup dicapai oleh ilmu alamiah hanya satu atau beberapa aspek saja sehingga aspek lain belum diketahui. Meskipun demikian, yang penting yakni sesuai dengan tujuan ilmu alamiah, yaitu mencari kebenaran yang sesuai dengan objeknya. Secara umum, sanggup dikatakan bahwa ilmu pengetahuan harus objektif.
Untuk mencapai kebenaran, yakni persesuaian antara pengetahuan dan objeknya, tidaklah terjadi secara kebetulan, tetapi harus memakai mekanisme atau metode yang tepat, yaitu mekanisme atau metode ilmiah (scientific method). Dengan mekanisme atau metode ilmiah tersebut akan dicapai kebenaran yang merupakan keputusan atas objeknya, dan dirumuskan secara tertentu. Namun, keputusan mengenai keadaan, sifat, tingkah laku, dan lain-lain tidaklah khusus alasannya yakni hal itu bukuan tujuan ilmu pengetahuan yang mencari kebenaran yang bersifat umum. Misalnya, logam yang dipanasi akan memuai. Peristiwa itu tidak hanya berlaku untuk logam besi, tetapi berlaku juga untuk semua logam dan berlaku di semua daerah di alam semesta ini. Dengan demikian, hukum itu berlaku secara umum mengenai suatu objek, walaupun hanya meliputi salah satu aspek saja, tetapi dicapai dengan memakai metode ilmiah yang dirumuskan, diorganisasikan, dan diklasifikasikan , yang terbukti secara signifikan. Segala kebenaran yang terkandung dalam ilmu alamiah terletak pada metode ilmiah. Kelebihan dan kekurangan ilmu alamiah ditentukan oleh metode ilmiah, maka pemecahan segala duduk kasus yang tidak sanggup diterapkan metode ilmiah, tidaklah ilmiah. Sebagai langkah pemecahan atau mekanisme ilmiah sanggup dirinci sebagai berikut :
Penginderaan
Penginderaan merupakan langkah pertama metode ilmiah dan segala sesuatu yang tidak sanggup diindera, maka sanggup diselidiki oleh ilmu alamiah walaupun penginderaan tidak selalu langsung. Misalnya, mengenai magnetisme dan inti atom yang tidak sanggup kita indera secara langsung, tetapi efek-efeknya sanggup ditunjukkan melalui alat-alat. Seperti halnya pikiran, tidak sanggup kita indera secara langsung, tetapi efeknya sanggup ditunjukkan dalam bentuk tingkah laku. Agar penginderaan tepat dan benar, maka perlu pengulangan, dan pengulangan itu sanggup dilakukan juga oleh orang lain. Penginderaan yang tepat yakni sulit, memerlukan waktu yang lama, dan sehabis dicoba berkali-kali sering mengalami kegagalan. Sedangkan untuk meminimalkan subjektivitas penginderaan, seringkali pengamatan memakai instrument standar. Contohnya, untuk mengetahui suhu air, tidak cukup dengan kulit/tangan, tetapi perlu dibantu dengan thermometer.
Masalah atau Problem
Setelah penginderaan dan perenungan dilakukan, langkah kedua yakni menemukan masalah. Dengan kata lain, menciptakan pertanyaan : apakah yang ditemukan melalui penginderaan itu? Mengapa begitu? Bagaimana hal itu terjadi? Dan seterusnya.Secara umum, untuk menemukan duduk kasus dipakai pertanyaan “Bagaimana?” atau “Apa.?” Pertanyaan “Mengapa?” menimbulkan kesukaran, dan sering diganti “Bagaimana?” atau “Apa?” Pertanyaan “Mengapa alam itu ada?” termasuk kategori yang tidak sanggup diuji sehingga hal tersebut tidak termasuk bidang ilmua alamiah.
Hipotesis
Pertanyaan yang tepat akan melahirkan suatu tanggapan dan tanggapan itu bersifat sementara yang merupakan suatu dugaan. Dalam ilmu alamiah dugaan sementara itu disebut hipotesis. Untuk mengambarkan apakah dugaan itu benar atau tidak, diharapkan fakta atau data. Fakta itu sanggup dikumpulkan melalui survey atau eksperimen. Bila data tidak mendukung hipotesis, harus disusun hipotesis baru.Hipotesis, kecuali didukung oleh data, biar gampang dibuktikan harus bersifat sederhana dan mempunyai jangkauan yang jauh. Keadaan yang ideal untuk mengambarkan kebenaran hipotesis yakni melalui pengujian dengan eksperimen.
Eksperimen
Eksperimen atau percobaan merupakan langkah ilmiah keempat. Pada titik ini, ilmu alamiah dan non ilmu alamiah.dapat dipisahkan secara sempurna. Sebagian besar orang mengadakan penginderaan, menyusun pertanyaan, dan menduga jawabannya. Namun orang biasa akan berhenti hingga disitu saja. Sebaliknya, seorang ilmuwan tidak akan berhenti hingga di situ, tetapi akan meneruskan pertanyaan, “Mana buktinya?” Dalam sejarah, cara demikian merupakan suatu cara untuk menghilangkan pendapat umum yang emosional, tidak didukung oleh bukti, merupakan delusi dan tidak bijaksana. Eksperimen sanggup memperlihatkan bukti, sehingga tanggapan yang bersifat dugaan itu menjadi tanggapan yang benar atau ilmiah. Eksperimen yang baik harus dirancang dengan secama sehingga semua faktor sanggup dikendalikan dan hipotesis sanggup diuji kebenarannya.
Teori
Bukti eksperimen merupakan dasar langkah ilmiah berikutnya, yaitu teori. Apabila suatu hipotesis telah didukung oleh bukti atau data yang meyakinkan dan bukti itu diperoleh dari banyak sekali eksperimen yang dilakukan di laboratorium, dimana eksperimen itu dilakukan oleh banyak sekali peneliti dan bukti-bukti memperlihatkan hal yang dipercaya dan valid, walaupun dengan keterbatasan tertentu, maka disusun suatu teori. Beberapa teori memperlihatkan validitas yang umum sehingga mempunyai rangkuman yang tinggi, maka teori itu menjadi hukum alam. Hukum gravitasi juga ditemukan dari penginderaan semacam itu, yakni insiden jatuhnya buah apel ke bawah oleh Newton. Berdasarkan aturan gravitasi itulah insan sanggup meninggalkan bumi dengan roket menuju ke benda-benda angkasa lainnya.
No comments:
Post a Comment