Friday, December 8, 2017

√ Pembelajaran Matematika Berbasis Budaya

Pembelajaran Matematika Berbasis Budaya. Penemuan matematika oleh para matematisi banyak diantaranya diispirasi oleh budaya dan tuntutan penyelesaian dilema yang mereka hadapi. Artinya, matematika yang mereka temukan merupakan solusi bagi permasalahan yang mereka hadapi, melibatkan abstraksi dan proses generalisasi. Matematika yang mereka temukan tidak tiba secara tiba-tiba namun merupakan solusi dari permasalahan (kontekstual) yang ada pada mereka dan masalah-masalah tersebut merupakan pecahan dari apa yang mereka alami. Selain sebab tuntutan penyelesaian masalah, matematika formal ketika ini juga ditemukan dari budaya dimana para matematisi hidup. 



Baca Juga: Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik

Agar pembelajaran matematika bermakna bagi siswa, siswa harus merasa bahwa bahan matematika yang mereka pelajari merupakan pecahan dari hidup mereka. Tentu saja, guru tidak harus berharap bahwa siswa sanggup membuatkan konsep matematika secara tiba-tiba dan ajaib. Pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan permasalahan kontekstual yang siswa alami setiap hari, atau paling tidak sanggup mereka bayangkan. Guru sanggup juga memasukan unsur budaya dalam pembelajaran. Budaya yang paling dikenal siswa yaitu budaya tempat siswa tersebut berada, oleh sebab itu tahap yang harus ditempuh guru matematika dalam memasukkan bahan budaya tersebut yaitu memakai pembelajaran matematika berbasis budaya lokal, dilanjutkan dengan budaya nasional dan terakhir yaitu ragam budaya internasional.


Baca Juga: Pembelajaran Matematika Bermakna


Sebagai misalnya adalah, seorang guru yang berada di tempat Wulandoni NTT sanggup saja memulai pembelajaran wacana uang memakai kebiasaan masyarakat Wulandoni yang masih memakai sistem barter. Pasar Wulandoni termasuk salah satu pasar di NTT yang masih menerapkan sistem tukar barang dalam transaksi antara penjual dan pembeli. Pasar itu terletak sekitar 47 KM dari Lewoleba, ibu kota Kabupaten Lembata. Selain pembelajaran wacana uang, permasalahan kontekstual terkait kebiasaan tukar barang ini sanggup dikembangkan untuk pengembangan konsep matematika yang lain ibarat penjumlahan, pengurangan perkalian dan pembagian. 


Selain dilema tukar barang di pasar tradisional, guru juga sanggup memakai permainan-permainan tradisional yang ada di sekitar anak yang sedang berguru matematika. Permainan tradisional yang mempunyai fenomena matematis tertentu sanggup dipakai guru dalam membuatkan konsep matematika yang sesuai dengan fenomena matematis permainan tradisional tersebut.

Baca Juga : Pembelajaran Matematatika yang Memanfaatkan Konflik Kognisi

Pembelajaran matematika berbasis budaya sangat penting dikembangkan dalam pembelajaran matematika. Alasannya yaitu ketika siswa ke sekolah, siswa mempunyai pengetahuan informal atau konsep impulsif terkait bahan matematika (matematika formal atau konsep formal) yang akan mereka pelajari di sekolah. Kadang-kadang konsep impulsif yang telah dibawa siswa dari lingkungan budayanya bertentangan dengan konsep formal matematika. Pertentangan ini akan menyebabkan konflik kognisi pada siswa. Konflik kognisi inilah yang harusnya dimanfaatkan guru untuk memotivasi siswa untuk berguru matematika secara bermakna. Siswa akan memetik manfaat dalam berguru matematika bila jurang pemisah antara matematika keseharian (matematika informal yang membentuk konsep spontan) dan matematika formal tidak terlalu lebar.

Sumber http://www.tipsbelajarmatematika.com

No comments:

Post a Comment

Laptop Graphic Terbaik Untuk Desain Grafis 2014

Mereview Laptop Desain Grafis tahun 2014 OPOSIP - Ketika saya bekerja dari rumah saya mempunyai sebuah PC yang didedikasikan yang sang...