Dalam kegiatan berkomunikasi ada tiga komponen yang terlibat didalamnya. Komponen pertama, komunikator atau penyampai pesan. Komponen kedua, komunikas atau peserta pesan. Komponen ketiga, pesan yang akan disampaikan. Tanpa ada komunikator, komunikasn, dan pesan maka tidak akan terjadi komunikasi. Hal ini menyerupai yang dikemukakan oleh Yunus (Suparno, 2004: 3), bahwa menulis merupakan suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan memakai bahasa tulis sebagai alat atau medianya.
Menurut Semi (2007: 14) “Menulis merupakan suatu proses kreatif memindahkan gagasan ke dalam bentuk tulisan”. Dengan kata lain, menulis yakni menuangkan wangsit atau gagasan dalam bentuk tulisan. Pada akhirnya, kegiatan menulis akan menghasilkan sesuatu, yaitu tulisan. Oleh alasannya itu, menulis dikatakan sebagai sebuah kegiatan yang produktif.
Pendapat lain mengenai pengertian menulis dikemukakan oleh Tarigan (2008: 22). Menurutnya, menulis yakni menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain sanggup membaca lambang-lambang grafik tersebut apabila mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu.
Dari beberapa pengertian menulis sanggup ditemukan bahwa seseorang sanggup dikatakan melaksanakan kegiatan menulis apabila hal tulisannya sanggup dibaca dan dipahami oleh orang lain yang memahami lambang bahasa dalam goresan pena tersebut. Meskipun begitu, lambang-lambang yang dimaksud bukan asal melukiskan lambang secara sembarangan, melainkan lambang-lambang yang diluksikan itu harus mengandung makna yang sanggup dipahami oleh orang-orang yang berada dalam lingkungan lambang yang digunakan.
Dalam praktiknya, komunikasi sanggup dilakukan dengan banyak sekali macam cara. Dari segi media bahasanya komunikasi sanggup dibedakan menjadi komunikasi verbal dan komunikasi tertulis. Komunikasi verbal memakai bahasa verbal sedangkan komunikasi tertulis memakai bahasa tertulis. Penggunaan kedua komunikasi ini secara terus menerus akan memunculkan apa yang disebut dengan budaya verbal dan tulisan.
Berdasarkan uraian di atas sanggup disimpulkan bahwa pengertian menulis yakni suatu kegiatan kreatif yang mengungkapkan gagasan atau wangsit secara tertulis ke dalam lambang-lambang bahasa yang bermakna dan sanggup dipahami oleh pembaca.
B. Tujuan Menulis
Terdapat empat tujuan menulis menyerupai yang dikemukan oleh Tarigan (2008: 24). Tujaun-tujuan tersebut antara lain : a) memberitahukan atau mengajar; b) meyakinkan atau mendesak; c) menghibur atau menyenangkan; dan d) mengutarakan atau megekspresikan perasaan dan emosi yang berapi-api.
Tujuan menyerupai yang dikemukakan di atas dapai diuraikan sebagai berikut. Tulisan yang bertujuan untuk memberitahukan atau mengajar disebut wacana informatif (informative discourse). Tulisan yang bertujuan untuk meyakinkan atau mendesak disebut wacana persuasif (persuasive discourse). Tulisan yang bertujuan untuk menghibur atau menyenangkan atau mengandung tujuan estetik disebut goresan pena literer (wacana kesastraan atau literary discourse).
Hal senada dikemukankan oleh Hugo Hartig (Tarigan, 2008: 25) terdapat tujuh tujuan menulis. Ketujuh tujuan menulis tesebut yakni :
a) Tujuan Penugasan (assignment purpose)
b) Tujuan Altruistik (altruistic purpose)
c) Tujuan Persuasif (persuasive purpose)
d) Tujuan Informasional (informational purpose)
e) Tujuan Pernyataan Diri (self-expressive purpose)
f) Tujuan Kreatif (creative purpose)
g) Tujuan Pemecahan Masalah (problem-solving purpose)
Apabila diamati, terdapat beberapa tujuan yang berpadanan di antara kedua andal tersebut. Tujuan untuk memberitahu atau mengajar senada dengan yang diutarakan Hugo Hartig yaitu tujuan informasional atau tujuan penerangan. Tujuan untuk meyakinkan atau mendesak sepadan dengan tujuan persuasif yang diuraikan oleh Hugo. Tujuan untuk mengibur atau menyenangkan sepadan dengan tujuan altruistik. Tujuan mengutarakan atau mengekspresikan emosi berpadanan dengan tujuan pemecahan masalah.
Pendapat lain dikemukakan Ahmadi (1990: 28), menulis intinya dilaksanakan untuk mencapai tujuan-tujuan : a) mendorong siswa untuk menulis dengan jujur dan bertanggungjawab, dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa secara hati-hati, intergritas dan sensitif; b) merangsang imajinasi dan daya pikir siswa, c) menghasilkan goresan pena yang anggun organisasinya, tepat, jelas, dan hemat penggunaan bahasanya dalam membebaskan sesuatu yang terkandung dalam hati dan pikiran.
Dengan demikian tujuan menulis yakni untuk memberitahukan, menerangkan, dan mengekspresiakan perasaan dalam bentuk goresan pena sehingga orang yang membaca merasa yakin dan terhibur dengan apa yang kita tuangkan dalam goresan pena tersebut.
C. Ragam Tulisan
Suatu goresan pena atau karangan secara umum mengandung dua hal, yaitu isi dan cara pengungkapan atau penyajian. Keduanya sangat mensugesti substansi sebuah goresan pena dan tujuan penulisan akan menentukan cara pengungkapan apakah lebih bersifat formal atau informal dan ragam tulisan yang dipakai apakah lebih bersifat naratif, ekspositoris, argumentatif atau persuasif. Begitu pula ragam goresan pena yang dipilih akan mempengaruhi isi, jenis informasi dan pengorganisasian, pengungkapan, dan tata saji tulisan.
Sehubungan dengan hal itu Yunus (Suparno, 2004: 10) mengemukakan bahwa karangan sanggup disajikan dalam lima bentuk yaitu narasi, deskrispi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi. Namun dalam kenyataannya karangan tersebut tidak sanggup beridiri sendiri. Misalnya dalam karangan narasi mungkin saja terdapat bentuk deskripsi atau eksposisi. Dalam karangan eksposisi sanggup saja terkandung bentuk deskripsi dan narasi dan begitulah seterusnya. Secara singkat akan dijelaskan masing-masing dari bentuk karangan di atas.
a) Deskripsi
Deskripsi yakni ragam tulisan yang melukiskana atau menggambarkan sesuatu berdasarkan kesan-kesan dari pengamatan, pengalaman, dan perasaan penulisnya. Sasarannya yakni membuat atau memungkinkan terciptanya imajinasi (daya khayal) pembaca sehingga beliau seperti melihat, mengalami, dan mencicipi sendiri apa yang dialami penulisnya Yunus (Suparno, 2004: 10). Pengertian di ini diperjelas lagi dengan pengertian deskripsi menyerupai yang dikemukakan oleh Semi (2007: 66). Menurutnya deskripsi yakni goresan pena yang bertujuan menunjukkan rincian atau detail ihwal objek sehingga sanggup memberi imbas pada emosi dan membuat imajinasi pembaca bagaikan melihat, mendengar, atau mencicipi pribadi apa yang disampaikan penulis.
Dalam goresan pena deskripsi pada umumnya objek yang digambarkan yakni sesuatu yang sanggup diindera manusia, menyerupai alam, benda, tempat, atau manusia. Tulisan deskripsi dimaksudkan untuk memberi pengalaman kepada pembaca ihwal objek yang dilukiskan sehingga pembaca akan sanggup mengenalinya pada ketika bertemu atau berhadapan dengan objek tersebut. Dengan demikian goresan pena deskripsi yakni goresan pena yang menggambarkan atau melukiskan secara detail ihwal suatu objek berdasarkan pengamatan, pengalaman, dan perasaan penulis.
b) Narasi
Narasi yakni jenis goresan pena yang menceritakan proses insiden atau insiden Yunus (Suparno, 2004: 10). Sasarannya yakni menunjukkan citra yang sejelas-jelasnya kepada pembaca mengenai fase, langkah, urutan, atau rangkaian terjadinya sesuatu hal. Senada dengan pendapat Semi (2007: 53), narasi yakni goresan pena yang bertujuan menceritakan kronologis insiden kehidupan manusia.
Tulisan narasi merupakan goresan pena yang menceritakan proses insiden secara kronologis sebuah insiden atau insiden dalam lingkungan kehidupan manusia.
Dari kedua pendapat diatas sanggup disimpulkan bahwa narasi yakni goresan pena yang menceritakan atau mengisahkan insiden dalam kehidupan insan berdasarkan urutan waktu (kronologis).
Ciri-ciri goresan pena narasi menurutnya antara lain : a) berisi dongeng ihwal kehidupan manusia; b) sanggup merupakan insiden kehidupan yang nyata, imajinasi, atau campuran keduanya; c) mempunyai nilai keindahan, baik keindahan isi maupun penyajiannya; d) terdapat konflik ; e) sering juga terdapat dialog; f) disajikan dengan cara kronologis.
Bentuk goresan pena narasi sering kita jumpai pada karya prosa, drama, biografi atau autobiografi, laporan peristiwa, serta resep atau cara membuat atau melaksanakan sesuatu hal.
c) Eksposisi
Tulisan yang bertujuan untuk memberi informasi, menjelaskan, dan menjawab pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana disebut goresan pena eksposisi (Semi, 2007: 61). Pendapat lain menyampaikan bahwa eksposisi yakni ragam goresan pena yang bertujuan menerangkan, menyampaikan, atau menguraikan sesuatu yang sanggup memperluas atau menambah pengetahuan dan pandangan pembacanya Yunus (Suparno, 2004: 11).
Ciri-ciri yang sanggup dilihat dari goresan pena eksposisi antara lain : a) bertujuan menunjukkan informasi, pengertian, dan pengetahuan; b) bersifat menjawab pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana; c) disampikan dengan gaya yang lugas dan bahasa baku; d) umumnya disajikan dengan susunan logis; e) disajikan dengan netral dan tidak memancing emosi.
Dari pendapat di atas sanggup disimpulkan bahwa eksposisi adalah goresan pena yang bertujuan menjelaskan atau menguraikan sesuatu kepada pembaca dengan tujuan untuk menunjukkan informasi, pengertian, dan pengetahuan kepada pembaca yang di susun secara kronologis tetapi tidak mengundang emosi pembaca.
d) Argumentasi
Argumentasi yakni ragam goresan pena yang bertujuan untuk meyakinkan atau membujuk pembaca ihwal kebenaran pendapat penulis (Semi, 2007: 74). Sementara Yunus (Suparno, 2004: 12) menuliskan pengertian argumentasi yakni ragam wacana yang dimaksudkan untuk meyakinkan pembaca mengenai kebenaran yang disampaikan oleh penulisnya.
Dari pendapat tersebut terlihat keduanya sama-sama mendefiniskan bahwa tujuan dari goresan pena argumentasi yakni meyakinkan pembaca ihwal apa yang ditulis oleh penulis.
Berdasarkan uraian di atas, argumentasi sanggup diartikan sebagai suatu jenis goresan pena yang bertujuan mengambarkan kebenaran suatu pendapat atau pernyataan dengan menunjukkan alasan, data, dan fakta yang sanggup meyakinkan pembacanya. Alasan yang diberikan tentu harus berdasarkan kecerdikan sehat yang sanggup dipertanggungjawabkan kelogisannya. Dengan demikian, penulis argumentasi harus sanggup menunjukkan alasan yang logis biar pembaca merasa yakin akan kebenaran pendapat yang dikemukakannya.
Tulisan argumentasi sanggup diidentifikasi dengan beberapa ciri antara lain:
- Bertujuan meyakinkan pembaca
- Berusaha mengambarkan kebenaran suatu pendapat atau pernyataan
- Menampilkan fakta sebagai materi pembuktian
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penulisan argumentasi: a) kumpulkan data dan fakta; b) tentukan perilaku atau posisi penulis; c) kembangkan argumen atau kecerdikan sehat dengan urutan yang jelas; d) hindari kata-kata atau istilah yang terlalu umum dan menjadikan keraguan-raguan.
e) Persuasi
Karangan persuasi yakni karangan yang ditujukan untuk mensugesti perilaku dan pendapat pembaca mengenai sesuatu hal yang disampaikan penulisannya Yunus (Suparno, 2004: 12). dalam karangan yang berbentuk persuasi pendekatan emosional lebih ditonjolkan. Seperti halnya argumentasi, persuasi juga memakai bukti atau fakta. Hanya saja dalm persuasi bukti-bukti digunaklan seperlunya atau kadang kala dimanipualsi untuk menjadikan kepercayaan pada pembaca bahwa apa yang disampaikan oleh penulis itu benar. Contoh karangan jenis ini contohnya propaganda, iklan, selebaran, atau kampanye.
D. Langkah-Langkah Menulis
Sebagai suatu proses menulis merupakan serangkaian kegiatan yang terjadi dan melibatkan beberapa fase yaitu fase prapenulisan (persiapan), penulisan (pengembangan isi karangan), dan pascapenulisan (telaah atau penyempurnaan tulisan), Proett dan Gill Yunus (Suparno, 2004: 15).
No comments:
Post a Comment