1.1 Latar Belakang Masalah
Qur’an berdasarkan bahasa ialah “bacaan”. Adapun definisi al-quran ialah kalam Allah SWT. yang merupakan mu’jizat yang diturunkan (diwahyukan) kepada Nabi Muhammad SAW. dan membacanya adalah ibadah. Dengan definisi ini, maka kalam Allah yang diturunkan kepada nabi-nabi selain Nabi Muhammad Saw tidak dinamakan Al-quran.
Al-Qur’an ialah kitab suci yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad Saw, sebagai salah satu rahmat yang tidak ada taranya bagi alam semesta. Di dalamnya terkumpul wahyu illahi yang menjadi petunjuk, pedoman, dan pelajaran bagi siapa yang mempercayainya serta mengamalkannya. Bukan itu saja, tetapi juga Al-quran itu adalah kitab suci paling terakhir yang diturunkan Allah, yang isinya mencakup segala pokok-pokok syariat yang terdapat dalam kitab-kitab suci yang diturunkan sebelumnya. Karena itu, setiap orang yang mempercayai Al-quran, akan bertambah cinta kepadanya, cinta untuk membacanya, untuk mempelajari dan memahaminya serta pula untuk mengamalkan dan mengajarkannya.
Setiap mukmin yakin, bahwa membaca Al-quran termasuk amal yang sangat mulia dan akan mendapatkan pahala. Al-quran adalah sebaik-baik bacaan bagi orang mukmin, baik di kala senang maupun dikala susah dikala gembira ataupun dikala sedih, bahkan membaca al quran menjadi obat dan penawar bagi orang yang gelisah jiwanya.
Setiap mukmin yang mempercayai Al-quran, mempunyai kewajiban dan tanggung jawab terhadap kitab sucinya itu. Diantara tanggung jawab itu ialah mempelajarinya dan mengajarkannya. Belajar dan mengajarkan Al-quran adalah kewajiban suci dan mulia. Rasulullah SAW. bersabda “Yang sebaik-baik kamu ialah orang yang mempelajari Al-quran dan mengajarkannya”.
Kini kita hidup di dunia yang tanpa batas (borderless), kala globalisasi. Berbagai informasi baik itu diperlukan atau tidak, jelek atau baik menghampiri rumah-rumah kita setiap saat tanpa dapat dibendung. Banjir informasi yang sebagian besar tidak diperlukan ini bagi sebagian kecil orang merupakan anugerah, namun bagi sebagian besar lainya lebih sering berakibat buruk walaupun kadang kurang disadarinya.
Era informasi yang oleh Alvin Tofler disebut dengan istilah gelombang ketiga “third wave” ini melanda seluruh dunia. “Barang siapa yang menguasai informasi maka dia akan menguasai dunia” bukanlah isapan jempol.
Sayangnya, yang menguasai pusat-pusat informasi adalah mereka yang bermodal besar namun minim tanggung jawab moral, sehingga program-program yang disuguhkan sebagian besar program yang tidak mendidik bahkan cenderung merusak moral. Bagi mereka tidak duduk kasus apapun program yang disajikan selama itu disukai masyarakat dan mendatangkan keuntungan yang banyak. Akibat selanjutnya adalah terjadinya dekadensi moral melanda sebagian besar masyarakat. Pergaulan bebas, gaya hidup yang serba bebas, obat-obatan terlarang, minum-minuman keras, dan efek-efek negatif lainnya.
Untuk mengantisipasi dampak negatif media informasi yang merusak perlu adanya gerakan kembali kepada Al-quran dalam rangka menggali nilai-nilai Al-quran sebagai perisai guna membentengi diri dalam menghadapi budaya-budaya yang merusak moral.
Belajar Al-quran hendaknya dilakukan dari semenjak dini sekitar 5 atau 6 tahun, sehingga ketika beranjak remaja anak diharapkan familiar dengan bacaan-bacaan Al-quran bahkan sudah mampu menghafal surat-surat pendek.
Belajar Al-quran dapat dibagi kepada beberapa tingkatan, yaitu belajar membacanya sampai lancar dan baik, menuruti qaedah-qaedah yang berlaku dan qiraat dan tajwid, belajar arti dan maksudnya sampai mengerti akan maksud-maksud yang terkandung di dalamnya dan belajar menghafalnya di luar kepala.
Tidak dapat dipungkiri masih terlalu banyak anak-anak yang belum bisa membaca dan menulis Al-quran dengan berbagai alasan padahal Al- quran merupakan rujukan utama bagi umat Islam. Bagaimana bisa menggali nilai-nilai Al-quran dalam rangka membentengi diri dalam menghadapi budaya-budaya yang merusak moral jika anak tidak dapat membaca dan menulis Al-quran.
Berdasarkan uraian tersebut di atas penulis tertarik untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas dengan judul : “Meningkatkan kemampuan membaca dan menulis Al-quran siswa dengan menggunakan metode demonstrasi di Kelas V SD”.
1.2 Identifikasi Masalah
Bertolak dari latar belakang duduk kasus tersebut di atas, maka pokok-pokok duduk kasus yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Kemampuan siswa kelas V SD dalam membaca Al-Qur’an kurang lancar
2. Kemampuan siswa kelas V SD dalam menulis Al-Qur’an masih kurang.
3. Penggunaan metode pembelajaran masih terlalu sulit, sehingga prestasi yang dicapai masih rendah.
1.3 Pembatasan dan Rumusan Masalah
1.3.1 Pembatasan Masalah
Agar pembahasan dalam penelitian ini tidak terlalu meluas, maka penulis akan membatasinya pada : Penggunaan metode demonstasi dalam meningkatkan kemampuan membaca dan menulis Al-Quran siswa kelas V SD.
1.3.2 Rumusan Masalah
Masalah ialah pertanyaan-pertanyaan yang sengaja diajukan untuk dicari jawabannya melalui penelitian, Sudjana N. (1997:21). Menurut pendapat di atas masalah yaitu masalah-masalah yang sengaja diajukan jawabannya diperoleh melalui penelitian. Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka masalah penelitian ini ialah :
a. Apakah metode demonstrasi sanggup meningkatkan aktifitas siswa membaca dan menulis Al quran di kelas V SD?
b. Apakah metode demonstrasi dapat meningkatkan kemampuan membaca dan menulis Al quran siswa di SD?
c. Apakah metode demonstrasi dapat meningkatkan prestasi membaca dan menulis Al quran siswa di SD?
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian tindakan kelas ini ialah sebagai berikut :
1. Untuk Meningkatkan aktifitas mencar ilmu siswa dalam pembelajaran PAI aspek Al quran melalui metode demonstrasi di SD.
2. Untuk mengetahui efektifitas metode demonstrasi dalam meningkatkan kemampuan membaca dan menulis siswa dalam pembelajaran PAI aspek Al quran
3. Meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran PAI aspek Al quran melalui metode demonstrasi di SD.
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan memperlihatkan manfaat terhadap perbaikan kualitas pendidikan dan pembelajaran, di antaranya :
1. Bagi siswa, sanggup lebih meningkatkan pemahaman dan penghayatan siswa, berani bertanya, mengemukakan pendapat dan sanggup meningkatkan hasil mencar ilmu PAI aspek AlQur’an
2. Bagi guru, sebagai salah satu alternatif dalam upaya meningkatkan hasil mencar ilmu PAI dengan metode demonstrasi.
Berdasarkan uraian tersebut di atas penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas dengan judul : Meningkatkan kemampuan membaca dan menulis Al-Qur’an siswa melalui metode demonstrasi di kelas 5 pada semester 2 di SD.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Membaca
Membaca ialah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis. Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas, dan semoga makna kata-kata secara individual akan sanggup diketahui. Kalau hal ini tidak terpenuhi, maka pesan yang tersurat dan yang tersirat tidak akan tertanggkap atau dipahami, dan proses membaca itu tidak terealisasi dengan baik (Hodson, 1960:43-44).
Dari segi linguistik, membaca ialah suatu proses penyandian kembali dan pembacaan sandi (a recording and decoding process), berlainan dengan berbicara dan menulis yang justru melibatkan penyandian (encoding). Sebuah aspek pembacaan sandi (decoding) ialah menghubungkan kata-kata tulis (written word) yang meliputi pengubahan tulisan/cetakan (oral language meaning) yang meliputi pengubahan tulisan/cetakan menjadi suara yang bermakna. (Andrson, 972 : 202-210).
2.2 Tujuan Membaca
Tujuan utama membaca adakah untuk mencari serta memperoleh informasi, meliputi isi, memahami makna bacaan. Makna, arti (meaning) akrab sekali berafiliasi dengan maksud tujuan, atau intensif kita dalam membaca.
2.3 Pengertian Menulis
Menulis sanggup didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan memakai bahasa tulis sebagai alat atau medianya. Pesan ialah isi atau muatan yang terkandung dalam suatu tulisan. Tulisan merupakan sebuah simbol atau lambang bahasa yang sanggup dilihat dan disepakati pemakaiannya. Dengan demikian, dalam komunikasi tulis paling tidak terdapat empat unsur yang terlibat : Penulis sebagai penyampai pesan (penulis), pesan atau isi tulisan, salursan atau media berupa tulisan, dan pembaca sebagai peserta pesan.
2.4 Manfaat Menulis
Adapun manfaat dari kegiatan menulis ini di antaranya ialah sebagai berikut :
meningkatkan kecerdasan;
mengembangkan daya inisiatif dan kreativitas;
menumbuhkan keberanian; dan
mendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi.
2.5 Hakikat Belajar dan Mengajar
Berbicara wacana pendidikan selalu berkenaan dengan upaya pembinaan manusia, maka keberhasilan pendidikanpun tergantung pada unsur manusianya. Adapun unsur insan yang paling menentukan berhasilnya pendidikan ialah pelaksana pendidikan, yaitu guru. Karena gurulah yang secara pribadi mempengaruhi, membina, menyebarkan kemampuan siswa semoga menjadi insan yang bertaqwa, cerdas dan terampil.
Agar proses mencar ilmu mengajar berjalan dengan lancar maka guru harus menguasai bahan yang akan diajarkan dan terampil pula dalam hal menyajikannya. Guru diharapkan sanggup menentukan dan memakai metode-metode pembelajaran yang sesuai dengan pokok-pokok bahasan atau sub pokok bahasan.
Adapun mencar ilmu ialah “Proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses mencar ilmu sanggup ditunjukkan dalam banyak sekali bentuk perubahan menyerupai perubahan pengetahuan, pemahaman, perilaku dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar” (Sudjana, 1989:5).
Selanjutnya, “Mengajar adalah bimbingan kegiatan siswa belajar. Mengajar ialah mengatur dan mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar siswa, sehingga sanggup mendorong dan menumbuhkan siswa melaksanakan kegiatan mencar ilmu mengajar.” (Sudjana, 1987:7)
2.6 Metode Demonstrasi
Metode adalah cara guru menyampaikan materi pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan. Depdiknas (2003) menurut Syaepul Sagala (2005:210) metode demonstrasi adalah pertunjukan tentang proses terjadinya suatu peristiwa atau benda pada penampilan tingkah laku yang dicontohkan agar dapat diketahui dan dipahami oleh peserta didik secara nyata.
Yang dimaksud dengan metode demonstrasi dalam belajar dan mengajar yaitu metode yang digunakan oleh seorang guru atau orang luar yang sengaja didatangkan atau murid sekalipun untuk mempertunjukkan gerakan-gerakan suatu proses dengan peraturan yang benar. Menurut Sudirman (1991:113), demonstrai adalah cara penyajian pelajaran dengan meragakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan yang sering disertai dengan penjelasan lisan, metode ini baik digunakan untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang hal-hal yang berhubungan dengan proses mengatur sesuatu, membuat sesuatu, proses bekerjanya sesuatu, membandingkan suatu cara dengan cara lain, untuk mengetahui atau melihat kebenaran sesuatu.
Ada beberapa kelebihan dan kekurangan dalam menggunakan metode demontrasi :
a. Kelebihan
1. Metode ini dapat membuat pengajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkrit, dengan demikian dapat menghindarkan verbalisme.
2. Siswa diharapkan lebih mudah dalam memahami apa yang dipelajari
3. Proses pelajaran akan lebih menarik
4. Siswa dirancang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori dengan kenyataan dan mencoba melakukannya sendiri
5. Melalui metode ini dapat sajikan materi pelajaran yang tidak mungkin atau kurang sesuai dengan menggunakan metode lain
b. Kelemahannya
Kelemahan metode ini antara lain :
1. Metode ini memerlukan keterampilan guru secara khusus, karena tanpa ditunjang dengan hal itu, pelaksanaan demonstrasi tidak akan efektif
2. Fasilitas seperti peralatan, tempat dan biaya yang memadai tidak selalu tersedia dengan baik
3. Demonstrasi memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang disamping sering memerlukan waktu yang cukup panjang yang mungkin terpaksa mengambil waktu jam pelajaran lain.
2.7 Cara Pelaksanaan
Untuk memakai metode demonstrasi dengan baik, beberapa langkah perlu ditempuh antara lain :
Penentuan tujuan demonstrasi yang akan dilakukan. Dalam hal ini pertimbangkan apakah tujuan yang akan dicapai dengan mencar ilmu melalui demonstrasi itu sempurna dengan memakai metode demonstrasi.
Materi yang akan didemonstrasikan terutama hal-hal yang penting ingin ditonjolkan
Siapkan akomodasi penunjang demonstrasi menyerupai peralatan, tempat, dan mungkin juga biaya yang dibutuhkan
Penataan peralatan dan kelas pada posisi yang baik
Pertimbangkan jumlah siswa yang dihubungkan dengan hal yang akan didemonstrasikan semoga siswa sanggup melihatnya dengan jelas
Buatlah garis besar langkah atau pokok-pokok yang akan didemonstrasikan secara berurutan dan tertulis pda papan tulis atau padakertas lembar semoga sanggup dibaca siswa dan gurunya secara keseluruhan
Untuk menghindari kegagalan dalam pelaksanaan, sebaiknya demonstrasi yang direncanakan dicoba terlebih dahulu. Tak jarang demonstrasi gagal hanya sebab hal kecil menyerupai kabel listrik yang kurang panjang, penerangan (lampu) yang kurang terang, atau penempatan peralatan yang kurang strategis.
2.8 Pelaksanaan Demonstrasi
Setelah segala sesuatu direncanakan dan disiapkan, langkah berikutnya ialah mulai melaksanakan demonstrasi. Beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain :
1. Sebelum memulai, periksalah sekali lagi kesiapan peralatan yang akan didemonstrasikan, pengaturan tempat, keterangan tentang garis besar langkah dan pokok-pokok yang akan didemonstrasikan.
2. Siapkan siswa, barangkali ada hal yang perlu mereka catat
3. Mulailah demonstrasi dengan menarik perhatian siswa
4. Ingatlah Pokok-pokok materi yang didemonstrasikan agar demonstrasi mencapai sasaran
5. Pada waktu berjalannya demonstrasi, sekali-kali perhatikan keadaan, apakah semua mengikuti dengan baik
6. Untuk menghindarkan ketegangan, ciptakan suasana yang harmonis
7. Berikanlah kesempatan kepada siswa untuk secara aktif memikirkan lebih lanjut tentang apa yang dilihat dan didengarnya dalam bentuk pertanyaan, membandingkannya dengan yang lain serta mencoba melakukannya sendiri dengan bimbingan guru.
BAB IIIMETODE PENELITIAN
Waktu Penelitian dan Tempat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan selama 3 bulan, yaitu dari Januari s/d Maret 2009. Siklus I dilaksanakan tanggal 04 Februari 2009, sedangkan siklus II dilaksanakan tanggal 11 Februari 2009.
Tempat penelitian ini dilakukan di SD Subjek penelitian adalah siswa kelas V yang berjumlah 38 orang. Penelitian ini dilaksanakan dengan dua siklus dan setiap siklus terdiri dari dua pertemuan.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode deskriptif karena dalam pelaksanaannya tidak terbatas pada pengumpulan data, melainkan dilanjutkan dengan pengolahan data yaitu dengan cara mengumpulkan data, menyusun, mengolah dan menginterpretasikan data.
Prosedur Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, adapun tahapan-tahapan yang dilakukan dalam tindakan kelas ini menggunakan model yang digunakan oleh Kurt Lewin. Tahapan-tahapan penelitian tindakan kelas ini dibagi menjadi 4 tahapan pada setiap siklus yaitu :
1. Perencanaan (planning)
2. Aksi atau tindakan (acting)
3. Obervasi (Observing)
4. Refleksi (reflecting). Dikdasmen (h. 16.2003).
Prosedur pelaksanaan penelitian tindakan kelas meliputi 2 siklus yang terdiri dari : a. perencanaan, b. tindakan, c. pengamatan, dan refleksi.
1. Perencanaan meliputi aktivitas sebagai berikut :
a. Mendiskusikan dan menetapkan rancangan pembelajaran yang akan diterapkan sebagai tindakan dalam siklus
b. Menyusun rencana pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi sesuai materi yang telah ditetapkan
c. Mengembangkan skenario pembelajaran
d. Mengembangkan format observai dan format evaluasi
2. Pelaksanaan
Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini ialah melaksanakan sekenario pembelajaran yang telah direncanakan, melaksanakan penilaian dalam bentuk tes
3. Pengamatan
Pada tahap ini dilaksanakan pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan dengan memakai lembar observasi yang disiapkan
4. Refleksi
a. Melakukan penilaian tindakan yang telah dilakukan pada skenario pembelajaran
b. Melakukan pertemuan untuk membahas hasil penilaian wacana skenario, tes kemampuan pemahaman dan lain-lain
c. Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil penilaian untuk dipakai pada pertemuan berikutnya.
Tahap pelaksanaan ini terus dilakukan secara berulang dan berkesinambungan sesuai siklus.
o Indikator keberhasilan
Yang menjadi indikator keberhsilan penelitian ini ialah :
a. Instrumen-instrumen yang telah disiapkan pada tiap-tiap siklus sanggup dilaksanakan dengan baik
b. Aktivitas siswa dalam mencar ilmu meningkat
c. Lebih dari 70% siswa yang mendapat nilai 65 ke atas
3.4 Teknik Pengumpulan Data
1) Data
Sumber data pada penelitian ini seluruh siswa, sedangkan data yang dikumpulkan ialah data kuantitatif dan kualitatif. Data yang dikumpulkan meliputi :
a. Data tes kemampuan pada siklus 1 dan 2
b. Data observasi pada waktu proses pembelajaran
c. Jurnal harian (catatan harian)
d. Foto, diambil pada waktu proses pembelajaran
2) Teknik pengumpulan data
Data yang dikumpulkan diperoleh melalui observasi, tes kemampuan pemahaman dan catatan harian
3) Obervasi
Observasi dilakukan untuk memperolah informasi kegiatan acara siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Di dalam observasi pengamatan, kita akan memperoleh masukan wacana akitifitas siswa, cara belajar, kerjasama antar siswa dan sebagainya.
4) Jurnal harian
Jurnal harian semacam catatan harian yang dikumpulkan selama proses pembelajaran baik itu aktifitas maupun kegiatan guru di dalam pelaksanaan proses mencar ilmu mengajar
5) Data tes kemampuan pemahaman
Data ini diambil dari pertemuan pertama maupun pertemua kedua, ini dilakukan untuk mengetahui perkembangan hasil selama kegiatan dilakukan dan memakai data kuantitatif.
6) Foto
Foto dipakai untuk melengkapi informasi data semoga insiden yang tejadi dalam kegiatan penelitian sanggup direkam dan dijadikan sebagai alat bukti dalam pengumpulan data.
3.5 Analisis Data
a. Data observasi
Data tes observasi ini diambil dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti selama kegiatan berjalan dengan memakai ceklis kemudian dipersentasikan
b. Data tes kemampuan
Data tes ini untuk menemukan nilai setiap siswa dari hasil tes dengan skala nilai 100 untuk menentukan banyaknya siswa yang mendapat nilai 65 ke atas.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Dari uraian tersebut di atas penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Pembelajaran membaca dan menulis Al-Qur’an dengan menggunakan metode demonstrasi sanggup membuat pengajaran lebih atraktif dan kelas tampak lebih hidup, sehingga siswa lebih dapat memahami apa yang dipelajari.
2. Pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi sanggup meningkatkan pemahaman dan meningkatkan acara siswa, hal ini sanggup dibuktikan dari hasil perbedaan nilai rata-rata pretes dan postes.
Saran
Untuk keberhasilan dalam pembelajaran ini penulis mengemukakan beberapa saran sebagai berikut :
1. Guru hendaknya mengkondisikan kelas sebelum memulai pembelajaran
2. Selama proses pembelajaran guru hendaknya bisa membangkitkan motivasi dan acara siswa dengan menentukan metode dan teknik yang tepat.
3. Dalam proses mencar ilmu mengajar guru hendaknya sanggup membuat kondisi kelas yang menyenangkan sehingga interaksi antara guru dan murid berjalan harmonis, merangsang siswa untuk bertanya dan menyatakan pendapatnya.
4. Pada dikala memperlihatkan materi pengajaran guru hendaknya tidak terpaku pada buku paket saja, tetapi hendaknya menggali materi pengajaran dari pengalaman siswa atau buku lain yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan.
KEPUSTAKAAN
Henry Guntur Tarigan. (1979). Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung : Angkasa.
Suparno dan Muhamad Yunus. (2006). Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta : Universitas Terbuka
Sujana N. (1995) Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah. Bandung : Sinar Baru
Suhardjono, Azis Hoesein, dkk. (1996). Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah di Bidang Pendidikan dan Angka Kredit Pengembangan Profesi Widyaiswara. Jakarta : Depdikbud, Dikdasmen.
Suhardjono (2006). Laporan Penelitian sebagai KTI, makalah pada training peningkatan mutu guru dalam pengembangan profesi di Pusdiklat Diknas Sawangan, Jakarta, Februari 2006.
Suharsimi Arikunto, Suhardjono dan Supardi (2006) Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Tim Bina Karya Guru (2004) Pendidikan Agama Islam untuk SD kelas V. Penerbit : Erlangga.
MAU CARI JUDUL PENELITIAN TINDAKAN KELAS YANG LAINNYA (KLIK DISINI)
MAU CARI JUDUL PENELITIAN TINDAKAN KELAS YANG LAINNYA (KLIK DISINI)
No comments:
Post a Comment