Belajar yaitu aktifitas mental atau psikhis yang terjadi lantaran adanya interaksi aktif antara ndividu dengan lingkungannya yang menghasilkan perubahan-perubahan yang bersifat relativ tetap dalam aspek-aspek : kognitif, psikomotor dan afektif. Perubahan tersebut sanggup berubah sesuatu yang sama sekali gres atau penyempurnaan / peningkatan dari hasil mencar ilmu yang telah di peroleh sebelumnya.
Menurut Slavin dalam Catharina Tri Anni (2004), mencar ilmu merupakan proses perolehan kemampuan yang berasal dari pengalaman. Menurut Gagne dalam Catharina Tri Anni (2004), mencar ilmu merupakan sebuah sistem yang didalamnya terdapat aneka macam unsur yang saling terkait sehingga menghasilkan perubahan perilaku.
Sedangkan berdasarkan Bell-Gredler dalam Udin S. Winataputra (2008) pengertian mencar ilmu yaitu proses yang dilakukan oleh insan untuk mendapatkan aneka ragam competencies, skills, and attitude. Kemampuan (competencies), keterampilan (skills), dan sikap (attitude) tersebut diperoleh secara sedikit demi sedikit dan berkelanjutan mulai dari masa bayi hingga masa renta melalui rangkaian proses mencar ilmu sepanjang hayat.
Sedikit berbeda dengan belajar, pembelajaran yaitu upaya yang dilakukan untuk membantu seseorang atau sekelompok orang sedemikian rupa dengan maksud semoga di samping tercipta proses mencar ilmu juga sekaligus semoga proses mencar ilmu menjadi lebih efesien dan efektif.
Menurut Gagne, Briggs, dan wagner dalam Udin S. Winataputra (2008) pengertian pembelajaran yaitu serangkaian acara yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses mencar ilmu pada siswa. Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 ihwal Sisdiknas, pembelajaran yaitu proses interaksi akseptor didik dengan pendidik dan sumber mencar ilmu pada suatu lingkingan belajar.
Untuk mengetahui perkembangan hingga di mana hasil yang telah dicapai oleh seseorang dalam belajar, maka harus dilakukan evaluasi. Untuk memilih kemajuan yang dicapai maka harus ada kriteria (patokan) yang mengacu pada tujuan yang telah ditentukan sehingga sanggup diketahui seberapa besar efek seni administrasi mencar ilmu mengajar terhadap keberhasilan mencar ilmu siswa. Hasil mencar ilmu berdasarkan W. Winkel (dalam buku Psikologi Pengajaran 1989:82 yaitu keberhasilan yang dicapai oleh siswa, yakni yaitu prestasi mencar ilmu siswa di sekolah yang mewujudkan dalam bentuk angka.
Menurut Winarno Surakhmad (dalam buku, Interaksi Belajar Mengajar, (Bandung: Jemmars, 1980:25) mengemukakan, bahwa hasil mencar ilmu yang diperoleh siswa bagi kebanyakan orang berarti hasil atau nilaiulangan, ujian atau tes. Maksud ulangan tersebut ialah untuk memperoleh suatu indek dalam memilih keberhasilan siswa.
Pengertian dan konsep hasil mencar ilmu yang dikemukakan oleh ahli-ahli sedikit banyak dipengaruhi oleh aliran/teori yang dianutnya. Skinner dengan teori kondisioningnya memaparkan bahwa hasil mencar ilmu itu berupa respon gres (tingkah laku) yang baru. Dalam hal ini hasil mencar ilmu siswa sanggup berupa respon atau tingkah laris gres yang membedakannya dengan sebelum siswa mengalami pembelajaran.
Menurut Abdurrahman yang dikutip oleh Asep Jihad, hasil mencar ilmu yaitu kemampuan yang diperoleh melalui acara belajar. Dalam pembelajaran guru tetapkan tujuan belajar, siswa yang berhasil mencar ilmu yaitu yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran. Menurut Benjamin S. Bloom ada tiga ranah (domain) hasil mencar ilmu yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Dari ketiga ranah tersebut sanggup dipaparkan sebagai berikut:
Ranah Kognitif
Tujuan kognitif yaitu tujuan yang lebih banyak berkenaan dengan sikap dalam aspek berfikir atau intelektual. Ada enam tingkatan dalam domain kognitif, antara lain :
1. Pengetahuan atau ingatan yang mengacu pada kemampuan mengenal atau mengingat materi yang sudah dipelajari.
2. Pemahaman, meliputi kemampuan untuk menangkap makna dari arti materi (materi) yang dipelajari.
3. Penerapan atau aplikasi, meliputi kemampuan untuk menarapkan suatu kaidah atau metode bekerja pada suatu kasus atau dilema yang konkrit.
4. Analisis, meliputi kemampuan untuk merinci suatu kesatuan kedalam bagian-bagian, sehingga struktur keseluruhannya atau organisasinya sanggup dipahami dengan baik.
5. Sintesis, meliputi kemampuan untuk membentuk suatu kesatuan atau teladan baru. Bagian-bagian dihubungkan satu sama lain sehingga tercipta suatu bentuk baru.
6. Evaluasi, mengacu pada kemampuan menawarkan pertumbuhan/penilaian terhadap tanda-tanda atau insiden berdasarkan norma.
Ranah Afektif
Berkenaan dengan moral sikap menyerupai keterampilan dan kemampuan bertindak sehabis seseorang mendapatkan pengalaman tertentu. Ranah afektif juga berkenaan dengan sikap dan nilai, yaitu tujuan-tujuan yang banyak berkenaan aspek perasaan, nilai, sikap dan minat sikap siswa. Tipe hasil mencar ilmu afektif tampak pada siswa dalam aneka macam tingkah laris menyerupai perhatian siswa, disiplin dan motivasi dalam pembelajaran.
Ada beberapa tingkatan bidang afektif antara lain :
1. Penerimaan, meliputi kepekaan akan adanya suatu perangsang dan kesediaan memperhatikan rangsangan itu, menyerupai buku pelajaran atau klarifikasi yang diberikan oleh guru.
2. Pemberian respon yakni reaksi seseorang terhadap stimulasi yang tiba pada siswa.
3. Penghargaan terhadap nilai, meliputi kemampuan untuk menawarkan penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai dengan penilaian itu.
4. Pengorganisasian, meliputi untuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan.
5. Karakteristik nilai, yakni keterpaduan dari semua sistem nilai yang telah di nilai seseorang. Pada tingkat ini siswa bukan saja telah mencapai perilaku-perilaku tingkah laris rendah, tetapi telah mengintegrasikan nilai-nilai tersebut kedalam kehidupan yang konsisten.
Ranah Psikomotor
Tujuan atau ranah psikomotor tampak dalam bentuk keterampilan dan kemampuan bertindak seseorang individu, ada tingkatannya antara lain:
1. Gerak refleks atau menjiplak (imitation) yaitu meliputi kemampuan untuk menjiplak sikap yang dilihatnya.
2. Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar.
3. Kemampuan gerakan di bidang fisik.
4. Kemampuan gerakan-gerakan skill.
5. Kemampuan yang berkenaan dengan non de cursve
Dari definisi di atas, maka sanggup diambil kesimpulan bahwa keberhasilan mencar ilmu yaitu prestasi mencar ilmu yang dicapai siswa dalam proses acara mencar ilmu mengajar dengan membawa suatu perubahan dan pembentukan tingkah laris seseorang. Untuk menyatakan bahwa suatu proses mencar ilmu sanggup dikatakan berhasil, setiap guru mempunyai pandangan masing-masing sejalan dengan filsafatnya. Namun untuk menyamakan persepsi sebaiknya kita berpedoman pada kurikulum yang berlaku dikala ini yang telah disempurnakan, antara lain bahwa suatu proses mencar ilmu mengajar ihwal suatu materi pengajaran dinyatakan berhasil apabila tujuan pembelajaran khususnya sanggup dicapai.
Untuk mengetahui tercapai tidaknya Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK), guru perlu mengadakan tes formatif pada setiap menyajikan suatu bahasan kepada siswa. Penilaian formatif ini untuk mengetahui sejauh mana siswa telah menguasai tujuan intruksional khusus yang ingin dicapai. Fungsi penelitian ini yaitu untuk menawarkan umpan balik pada guru dalam rangka memperbaiki proses mencar ilmu mengajar dan melakukan jadwal remedial bagi siswa yang belum berhasil. Karena itulah, suatu proses mencar ilmu mengajar dinyatakan berhasil apabila kesudahannya memenuhi tujuan intruksional khusus dari materi tersebut.
Indikator Hasil Belajar
Beberapa kriteria yang menjadi petunjuk bahwa suatu proses mencar ilmu mengajar itu dianggap berhasil, yaitu apabila:
1. Daya serap terhadap materi pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individual maupun kelompok.
2. Perilaku yang digariskan dalam tujuan intruksional khusus (TIK) telah dicapai oleh siswa, baik secara individual maupun kelompok.
Namun demikian, berdasarkan Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (dalam buku Strategi Belajar Mengajar 2002:120) indikator yang banyak digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan yaitu daya serap.
Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Hasil mencar ilmu di sekolah merupakan salah satu ukuran terhadap penguasaan materi pelajaran yang disampaikan. Peran guru dalam memberikan materi pelajaran sanggup menghipnotis keberhasilan mencar ilmu siswa. Faktor-faktor yang menghipnotis keberhasilan mencar ilmu siswa penting sekali untuk diketahui, artinya dalam rangka membantu siswa mencapai hasil mencar ilmu yang seoptimal mungkin.
Hasil mencar ilmu siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama, yakni faktor dari dalam diri siswa dan faktor yang tiba dari luar diri siswa, terutama kamampuan yang dimilikinya. Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap keberhasilan mencar ilmu siswa yang dicapai.
Di samping faktor kemampuan yang dimiliki oleh siswa, juga ada faktor lain menyerupai motivasi belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis. Adapun efek dari dalam diri siswa, merupakan hal yang logis dan wajar, alasannya hakekat perbuatan mencar ilmu yaitu perubahan tingkah laris individu yang diniati dan disadarinya, siswa harus mencicipi adanya suatu kebutuhan untuk mencar ilmu dan berprestasi. Ia harus mengerahkan daya dan upaya untuk mencapainya.
Namun demikian, hasil mencar ilmu yang sanggup diraih masih juga bergantung dari lingkungan, artinya ada faktor-faktor yang berada di luar dirinya yang sanggup memilih dan menghipnotis hasil mencar ilmu yang dicapai. Salah satu lingkungan pelajaran yang mayoritas menghipnotis keberhasilan mencar ilmu di sekolah yaitu kualitas pengajaran. Yang dimaksud dengan kualitas pengajaran ialah tinggi rendahnya atau pun efektif tidaknya proses mencar ilmu mengajar dalam mencapai tujuan pengajaran. Oleh alasannya itu, keberhasilan mencar ilmu siswa di sekolah dipengaruhi oleh kamampuan siswa dan kualitas pengajaran.
Penilaian Hasil Belajar Siswa
Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (hal 120-121) mengungkapkan, bahwa untuk mengukur dan mengevaluasi hasil mencar ilmu tersebut sanggup dilakukan melalui ter prestasi belajar. Berdasarkan tujuan dan ruang lingkunya, tes prestasi mencar ilmu sanggup digolongkan ke dalam jenis penilaian, sebagai berikut:
1. Tes Formatif, penilaian ini sanggup mengukur satu atau beberapa pokok bahasan tertentu dan tujuan untuk memperoleh citra ihwal daya serap siswa terhadap pokok bahasan tersebut. Hasil tes ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses mencar ilmu mengajar dalam waktu tertentu.
2. Tes Subsumatif, tes ini meliputi sejumlah materi pengajaran tertentu yang telah diajarkan dalam waktu tertentu. Tujuannya yaitu untuk memperoleh citra daya serap siswa untuk meningkatkan tingkat prestasi mencar ilmu siswa. Hasil tes subsumatif ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses mencar ilmu mengajar dan diperhitungkan dalam memilih nilai rapor.
3. Tes Sumatif, tes ini diadakan untuk mengukur daya serap siswa terhadap materi pokok-pokok bahasan yang telah diajarkan selama satu semester, satu atau dua materi pelajaran. Tujuannya yaitu untuk tetapkan tarap atau tingkat keberhasilan mencar ilmu siswa dalam satu periode mencar ilmu tertentu. Hasil dari tes sumatif ini dimanfaatkan untuk kenaikan kelas, menyusun peringkat (rangking) atau sebagai ukuran mutu sekolah.
Evaluasi hasil mencar ilmu sanggup dilakukan memakai alat penilaian yang berupa tes hasil belajar. Tes hasil mencar ilmu yaitu tes yang digunakan untuk menilai hasil-hasil pelajaran yang telah diberikan oleh guru kepada siswa dalam waktu tertentu. Untuk mengukur hasil mencar ilmu sanggup digunakan tes hasil mencar ilmu yang berdasarkan jenisnya sanggup dibagi dua yaitu tes hasil mencar ilmu bentuk uraian dan bentuk obyektif.
No comments:
Post a Comment