Monday, September 25, 2017

√ Ihwal Teknik Sampling

Tentang Teknik Sampling 

a. Probability Sampling

Teknik pengambilan sampel dengan memberi peluang yang sama untuk setiap unsur atau anggota populasi. Teknik ini sering jg disebut random sampling atau pengambilan sampel dengan cara acak. Lebih sanggup diterima daripada nonprobability sampling. Menentukan probabilitas atau besarnya kemungkinan setiap unsur dijadikan sampel. Dalam merencanakan sampling probabilitas, idealnya peneliti telah memenuhi beberapa persyaratan berikut:
1) Diketahui besarnya populasi induk
2) Besarnya sampel yang diinginkan telah ditentukan
3) Setiap unsur atau kelompok unsur harus mempunyai peluang yang sama untuk dijadikan sampel

Probability sampling selalu melibatkan proses seleksi acak pada tahap tertentu, terdiri dari :

a. Simple random sampling, ialah teknik pengambilan sampel yang dilakukan secara acak (random) sehingga setiap masalah atau elemen dalam populasi mempunyai kesempatan yang sama besar untuk dipilih sebagai sampel penelitian. Syarat:
· Anggota populasi dianggap homogen
· Cara pengambilan sampel bisa melalui undian
· Sampling ini mempunyai bias terkecil dan generalisasi tinggi
· Banyak dipakai dalam penelitian sains

Langkah-langkah Simple random sampling Pertama dilakukan ialah menciptakan kerangka sampel atau dikenal dengan “sampling frame” . Daftar yang berisikan setiap elemen populasi yang bisa diambil sebagai sampel. Elemen populasi bisa berupa data wacana orang/binatang, wacana kejadian, wacana tempat, dan lain-lain. Syarat penggunaan teknik sampling ini adalah, bahwa setiap elemen dari populasi harus sanggup diidentifikasi. Selanjutnya, dari sampling frame tersebut dipilih sampel yang dilakukan secara acak hingga terpenuhi jumlah sampel yang dibutuhkan.

b. Systematic Sampling

Susun sampling frame. Peneliti menetapkan sampling interval (k) dengan memakai rumus N/n; dimana N ialah jumlah elemen dalam populasi dan n ialah jumlah sampel yang diperlukan. Peneliti menentukan sampel pertama (s1)secara random dari sampling frame.
Peneliti menentukan sampel kedua (S2), yaitu S1 + k. selanjutnya, peneliti menentukan sampel hingga diperoleh jumlah sampel yang dibutuhkan dengan menambah nilai interval (k) pada setiap sampel sebelumnya.

c. Stratified Sampling

Sampling ini banyak dipakai untuk mempelajari karakteristik yang berbeda, keadaan populasi yang heterogen tidak akan terwakili, bila memakai teknik random. Karena alhasil mungkin satu kelompok terlalu banyak yang terpilih menjadi sampel.
 
Peneliti membagi populasi kedalam beberapa sub populasi atau strata berdasarkan isu yang didapat. Kedua, peneliti merumuskan sampling frame pada masing-masing subpopulasi atau strata. Ketiga, peneliti menentukan sampel pada masing-masing subpopulasi atau strata dengan memakai simple random atau systematic sampling. Dalam pemilihan sampel ini, proporsi jumlah sampel antar strata ialah sama dengan proporsi jumlah elemen antar strata.

d. Cluster Sampling

Teknik sampling ini biasanya dipakai untuk menentukan sampel bila obyek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas. Sampling ini gampang dan murah, tapi tidak efisien dalam hal ketepatan serta tidak umum. Digunakan jikalau objek yang akan diteliti sangat luas. Populasi biasanya dalam bentuk gugus atau kelompok-kelompok tertentu. Anggota gugusJ/kelompok mungkin tidak homogen

b. Non – Probability Sampling


Pemilihan sampel dengan cara ini tidak menghiraukan prinsip-prinsip probability. Pemilihan sampel tidak secara random. Hasil yang diharapkan hanya merupakan citra berangasan wacana suatu keadaan. Nonprobability sampling: peluang anggota populasi tidak diketahui lantaran pengambilan sampel tidak dilakukan secara acak.Cara ini dipergunakan : Bila biaya sangat sedikit , alhasil diminta segera,tidak memerlukan ketepatan yanq tingqi, lantaran hanya sekedar citra umum saja, terdiri dari 3 tipe yaitu:

1. Convenience Sampling

Sampel diambil berdasarkan faktor spontanitas, dengan kata lain sampel diambil/terpilih lantaran ada ditempat dan waktu yang tepat. Tanpa kriteria, peneliti bebas menentukan siapa saja yang ditemuinya untuk dijadikan sampel. Ini dipakai dikala peneliti berhadapan dengan kondisi karakteristik elemen populasi yang tidak sanggup diidentifikasikan dengan jelas. teknik penarikan sampel yang dilakukan lantaran alasan fasilitas atau kepraktisan berdasarkan peneliti itu sendiri. Dasar pertimbangannya ialah sanggup dikumpulkan data dengan cepat dan murah, serta menyediakan bukti-bukti yang cukup melimpah. Kelemahan utama teknik sampling ini yaitu kemampuan generalisasi yang amat rendah atau keterhandalan data yang diperoleh diragukan.

2. Purposive Sampling

Peneliti memakai expert judgement untuk menentukan kasus2 yang “representatif” atau “tipikal” dari populasi. Pertama, identifikasi sumber2 variasi yang penting dari populasi. Berikutnya menentukan kasus2 sesuai sumber2 variasi tersebut. Bisa dipilih satu masalah atau satu subpopulasi yang dianggap “representatif” atau “tipikal” yang mempunyai karakteristik tertentu. Atau menentukan beberapa masalah yang mewakili perbedaan2 utama dalam populasi Secara umum lebih “kuat” dibandingkan convenience sampling tapi sangat tergantung expert judgement-nya peneliti. Kelemahan utama: informed selection menyerupai itu memerlukan pengetahuan yang cukup mengenai populasi.

3. Quota Sampling

Quota sampling ialah sejenis purposive sampling yang ada kemiripan dengan stratified random sampling. Populasi dibagi-bagi menjadi strata yang relevan menyerupai usia, jenis kelamin, lokasi, dsb. Proporsi tiap strata diperkirakan atau ditentukan berdasarkan data eksternal kemudian total sampel dibagi-bagi sesuai proporsi ke tiap strata (kuota). Untuk memenuhi jumlah sampel untuk tiap strata, peneliti memakai expert judgement-nya. Bedanya dengan stratified random sampling, sampel diambil secara acak sedangkan dalam quota sampling, sampelnya dipilih berdasarkan pendapat subjektif peneliti pokoknya kuotanya terpenuhi (mirip convenience sampling).


Prosedur pengambilan sampling akan mempunyai dampak pada hasil penelitian. Ukuran sampel atau besarnya sampel yang diambil dari populasi, merupakan salah satu faktor penentu tingkat kerepresentatifan sampel yang digunakan. Efek sampel penelitian yakni;

a) Sample Size

Kebanyakan untuk menentukan ukuran sampel memakai rumus  n=N/1+ne^2  Dimana : n = ukuran sampel yang dibutuhkan, N = jumlah populasi, e=margin error yang diperkenankan (5% atau 10%)

b) Subject Motivation

Sejauh mana subjek termotivasi untuk merespon dengan cara tertentu sanggup mempunyai imbas yang substansial. Karakteristik khusus dari sampel sanggup mempengaruhi mereka untuk merespon dalam cara tertentu (misalnya, hanya guru menentukan memakai seni administrasi bahasa holistik kemungkinan akan mempengaruhi mereka untuk merespon baik untuk skala perilaku berfokus pada pengajaran bahasa holistik)

c) Sampling Bias

kesalahan Sampling yang dikendalikan atau dipengaruhi oleh peneliti untuk menghasilkan menyesatkan disebabkan oleh peneliti.

d) Volunteer samples

Karakteristik yang berbeda antara relawan dan non-relawan sanggup menjadikan respon yang berbeda.


Sumber :

McMillan, J.H., & Schumacher , S. (2010). Research in Education: Evidance-based Inquiry. New Jersey : Pearson Education.

Creswell, J.W. (2009). Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches. California : SAGE Publications.

Prof. Dr. Suharsimi Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.

Sumber http://www.tipsbelajarmatematika.com

No comments:

Post a Comment

Laptop Graphic Terbaik Untuk Desain Grafis 2014

Mereview Laptop Desain Grafis tahun 2014 OPOSIP - Ketika saya bekerja dari rumah saya mempunyai sebuah PC yang didedikasikan yang sang...