Tentang Sikap Belajar
a. Pengertian Sikap Belajar
Sikap berguru ialah kecenderungan sikap seseorang tatkala mempelajari hal-hal yang bersifat akademik. Sikap berguru ialah perasaan bahagia atau tidak senang, perasaan oke atau tidak setuju, perasaan suka atau tidak suka terhadap guru, tujuan materi dan tugas-tugas serta lainnya. Sikap berguru sanggup diartikan sebagai kecenderungan sikap dikala ia mempelajari hal-hal yang bersifat akdemik. Perubahan sikap sanggup diamati dalam proses pembelajaran, tujuan yang ingin dicapai, keteguhan, dan konsistensi terhadap sesuatu. Penilaian sikap ialah evaluasi yang dilakukan untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap mata pelajaran, kondisi pembelajaran, pendidik dan sebagainya.
Dengan demikian, sanggup disimpulkan bahwa sikap berguru merupakan dorongan dalam diri seseorang yang bekerjasama dengan akademik dimana sikap ini didapatkan dari pengalaman-pengalaman dalam hidupnya yang akan mengarah kepada sikap yang baik maupun yang tidak baik dan bahagia maupun tidak senang.
b. Indikator Sikap Belajar
Berdasarkan beberapa pengertian sikap berguru yang sudah dipaparkan di atas, secara umum sikap mengandung tiga komponen yang membentuk struktur sikap yang mencakup komponen kognitif, afektif dan konasi. Sebagai contoh dalam penelitian ini menggunakan teori Azwar terkait dengan struktur sikap, yaitu:
1) Komponen kognitif
Komponen kognitif yaitu berisi kepercayaan siswa mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap berupa pengetahuan, kepercayaan atau fikiran dan keyakinan yang didasarkan pada gosip yang bekerjasama dengan objek.
2) Komponen afektif
Komponen afektif yaitu komponen yang menyangkut dilema emosional subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap yang bekerjasama dengan perasaan-perasaan tertentu yang berupa perasaan bahagia dan tidak senang.
3) Komponen konasi
Komponen konasi yaitu komponen sikap yang menandakan bagaimana sikap atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri siswa berkaitan dengan sikap sikap yang dihadapinya.
Konsistensi antara kepercayaan sebagai komponen kognitif, perasaan sebagai komponen afektif, dengan tendensi sikap sebagai komponen konasi ibarat itulah yang menjadi landasan terhadap skala sikap. Maka dari itu sanggup disimpilkan bahwa komponen-komponen tersebut akan saling mensugesti saru sama lain untuk sanggup menghasilkan arah sikap yang sama.
c. Konsep Sikap Belajar
Konsep sikap berguru berdasarkan Brown dan Holtzman dibagi menjadi dua komponen, yakni:
1) Teacher Approval (TA): bekerjasama dengan pandangan siswa terhadap guru tingkah laris mereka di kelas dengan cara mengajar.
2) Education Acceptanc (AE): terdiri atas penerimaan dan penolakan siswa terhadap tujuan yang akan dicapai, materi yang disajiakan, praktik, tugas, dan persyaratan yang ditetapkan di sekolah.
Sikap berguru sangat bergantung pada guru sebagai pemimpin dalam proses berguru mengajar. Sikap berguru bukan sekedar sikap yang ditunjukan pada guru, tapi juga pada tujuan yang akan dicapai materi pelajaran kiprah dan lain-lain.
Sikap berguru siswa berwujud bahagia atau tidak senang, oke atau tidak setuju, suka atau tidak suka terhadap hal-hal tersebut. Sikap berguru akan mensugesti proses dan hasil dari belajarnya. Yang menjadikan rasa bahagia akan menjadikan rasa ingin mengulang.
d. Fungsi Sikap Belajar
Ada sesuatu yang melatarbelakangi mengapa siswa mengambil sikap. Hal ini berkaitan bersahabat dengan fungsi sikap belajar, sebagai berikut:
1) Sikap berguru sebagai instrumen atau alat ukur untuk mencapai tujuan (instrumental function). Seseorang mengambil sikap tertentu terhadap objek atas dasar pemikiran hingga sejauh mana objek sikap tersebut sanggup dipakai sebagai alat atau instrumen untuk mencapai tujuan yang ingin di capai. Kalau objek itu mendukung dalam pencapaian tujuan, maka orang akan memiliki sikap yang konkret terhadap objek yang bersangkutan. Fungsi ini juga sering disebut sebagai fungsi adaptasi (adjustment), alasannya dengan mengambil sikap tertentu seseorang akan sanggup mengikuti keadaan dengan keadaan lingkungannya.
2) Sikap berguru sebagai pertahanan ego, adakala sikap orang mengambil sikap tertentu terhadap suatu objek alasannya mempertahankan ego atau akunya. Apabila seseorang merasa egonya terancam maka ia akan mengambil sikap tertentu sebagai objek demi pertahanan egonya.
3) Sikap berguru sebagai ekpresi nilai yang dimaksud ialah bahwa sikap seseorang memperlihatkan bagaimana nilai-nilai pada orang tua. Sikap yang diambil oleh seseorang mencerminkan sistem nilai yang ada pada diri orang tersebut.
4) Sikap berguru sebagai pengetahuan. ini berarti bahwa bagaimana sikap seseorang terhadap suatu objek akan mencerminkan keadaan pengetahuan diri orang tarsebut.
e. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap Belajar
Sebagai contoh dalam penelitian ini menggunakan teori Azwar terkait dengan struktur sikap. Ada beberapa faktor yang mensugesti sikap belajar, antara lain:
1) Faktor Internal
Faktor internal ialah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu. Faktor-faktor internal ini mencakup faktor fisiologis dan faktor psikologis.
a) Fisiologis
Faktor fisiologis ialah faktor yang bekerjasama dengan kondisi fisik individu. Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
(1) Keadaan tonus jasmani
Keadaan tonus jasmani pada umumya sangat mensugesti acara berguru seseorang. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memperlihatkan imbas konkret terhadap kegiatan berguru individu. Sebaliknya kondisi fisik yang lemah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil berguru yang maksimal. Oleh alasannya itu keadaan tonus jasmani sangat mensugesti proses berguru makan perlu ada perjuangan untuk menjaga kesehatan jasmani.
(2) Keadaan fungsi jasmani/fisiologis
Keadaan fungsi jasmani/fisiologis selama proses berguru berlangsung, kiprah fungsi fisiologis pada badan insan sangat mensugesti hasil berguru terutama panca indra. Panca indra yang berfungsi dengan baik akan mempermudah acara berguru dengan baik pula. Dalam proses belajar, merupakan pintu masuk bagi segala gosip yang diterima dan ditangkap oleh manusia. Sehingga insan sanggup menangkap dunia luar. Panca indra yang memilki kiprah besar dalam acara berguru ialah mata dan telinga. Oleh alasannya itu baik guru maupun siswa perlu menjaga panca indra dengan baik, baik secara preventif maupun secara yang bersifat kuratif. Dengan menyediakan sarana berguru yang memenuhi persyaratan, menyidik kesehatan fungsi mata dan indera pendengaran secara periodik, mengonsumsi masakan bergizi, dan lain sebagainya.
b) Psikologis
Faktor-faktor psikologis ialah keadaan psikologis seseorang yang sanggup mensugesti proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama mensugesti proses berguru ialah kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap dan bakat.
2) Faktor Eksternal
Faktor ekternal yang mensugesti berguru sanggup digolongkan menjadi dua galongan, yaitu faktor lingkungan sisoal dan faktor lingkungan non sosial.
a) Lingkungan Sosial
(1) Lingkungan sosial sekolah ibarat guru, administrasi, dan teman-teman sekelas sanggup mensugesti proses berguru seorang siswa korelasi serasi antara ketiganya sanggup menjadi motivasi bagi siswa untuk berguru lebih baik di sekolah. Perilaku siswa yang simpatik dan sanggup menjadi teladan seorang guru atau manajemen sanggup menjadi pendorong bagi siswa untuk berguru
(2) Lingkungan sosial masyarakat. Kondisi lingkungan masyarakat kawasan tinggal siswa akan mensugesti berguru siswa. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran dan anak terlantar juga sanggup mensugesti acara berguru siswa, paling tidak siswa kesulitan dikala memerlukan sobat belajar, diskusi atau meminjam alat-alat berguru yang kebetulan belum dimilikinya.
(3) Lingkungan sosial keluarga. Lingkungan ini sangat mensugesti kegiatan belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat orang tua, demografi keluarga, pengalolaan keluarga, semuanya sanggup memberi dampak terhadap acara berguru siswa. Hubungan antara anggota keluarga, orang tua, anak, yang serasi akan membantu siswa melaksanakan acara berguru dengan baik.
b) Lingkungan Nonsosial
Lingkungan alamiah ibarat kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin, suasana yang sejuk dan tenang. Lingkungan alamiah tersebut merupakan faktor-faktor yang sanggup mensugesti acara berguru siswa. Sebaliknya, kalau kondisi lingkungan alam tidak mendukung maka proses berguru siswa akan terlambat. aciknadzirah.blogspot.com/search?q=sikap-belajar-peserta-didik diakses tanggal 14 Maret 2017 pada pukul 10.15
Sumber http://www.tipsbelajarmatematika.com
a. Pengertian Sikap Belajar
Sikap berguru ialah kecenderungan sikap seseorang tatkala mempelajari hal-hal yang bersifat akademik. Sikap berguru ialah perasaan bahagia atau tidak senang, perasaan oke atau tidak setuju, perasaan suka atau tidak suka terhadap guru, tujuan materi dan tugas-tugas serta lainnya. Sikap berguru sanggup diartikan sebagai kecenderungan sikap dikala ia mempelajari hal-hal yang bersifat akdemik. Perubahan sikap sanggup diamati dalam proses pembelajaran, tujuan yang ingin dicapai, keteguhan, dan konsistensi terhadap sesuatu. Penilaian sikap ialah evaluasi yang dilakukan untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap mata pelajaran, kondisi pembelajaran, pendidik dan sebagainya.
Dengan demikian, sanggup disimpulkan bahwa sikap berguru merupakan dorongan dalam diri seseorang yang bekerjasama dengan akademik dimana sikap ini didapatkan dari pengalaman-pengalaman dalam hidupnya yang akan mengarah kepada sikap yang baik maupun yang tidak baik dan bahagia maupun tidak senang.
b. Indikator Sikap Belajar
Berdasarkan beberapa pengertian sikap berguru yang sudah dipaparkan di atas, secara umum sikap mengandung tiga komponen yang membentuk struktur sikap yang mencakup komponen kognitif, afektif dan konasi. Sebagai contoh dalam penelitian ini menggunakan teori Azwar terkait dengan struktur sikap, yaitu:
1) Komponen kognitif
Komponen kognitif yaitu berisi kepercayaan siswa mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap berupa pengetahuan, kepercayaan atau fikiran dan keyakinan yang didasarkan pada gosip yang bekerjasama dengan objek.
2) Komponen afektif
Komponen afektif yaitu komponen yang menyangkut dilema emosional subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap yang bekerjasama dengan perasaan-perasaan tertentu yang berupa perasaan bahagia dan tidak senang.
3) Komponen konasi
Komponen konasi yaitu komponen sikap yang menandakan bagaimana sikap atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri siswa berkaitan dengan sikap sikap yang dihadapinya.
Konsistensi antara kepercayaan sebagai komponen kognitif, perasaan sebagai komponen afektif, dengan tendensi sikap sebagai komponen konasi ibarat itulah yang menjadi landasan terhadap skala sikap. Maka dari itu sanggup disimpilkan bahwa komponen-komponen tersebut akan saling mensugesti saru sama lain untuk sanggup menghasilkan arah sikap yang sama.
c. Konsep Sikap Belajar
Konsep sikap berguru berdasarkan Brown dan Holtzman dibagi menjadi dua komponen, yakni:
1) Teacher Approval (TA): bekerjasama dengan pandangan siswa terhadap guru tingkah laris mereka di kelas dengan cara mengajar.
2) Education Acceptanc (AE): terdiri atas penerimaan dan penolakan siswa terhadap tujuan yang akan dicapai, materi yang disajiakan, praktik, tugas, dan persyaratan yang ditetapkan di sekolah.
Sikap berguru sangat bergantung pada guru sebagai pemimpin dalam proses berguru mengajar. Sikap berguru bukan sekedar sikap yang ditunjukan pada guru, tapi juga pada tujuan yang akan dicapai materi pelajaran kiprah dan lain-lain.
Sikap berguru siswa berwujud bahagia atau tidak senang, oke atau tidak setuju, suka atau tidak suka terhadap hal-hal tersebut. Sikap berguru akan mensugesti proses dan hasil dari belajarnya. Yang menjadikan rasa bahagia akan menjadikan rasa ingin mengulang.
d. Fungsi Sikap Belajar
Ada sesuatu yang melatarbelakangi mengapa siswa mengambil sikap. Hal ini berkaitan bersahabat dengan fungsi sikap belajar, sebagai berikut:
1) Sikap berguru sebagai instrumen atau alat ukur untuk mencapai tujuan (instrumental function). Seseorang mengambil sikap tertentu terhadap objek atas dasar pemikiran hingga sejauh mana objek sikap tersebut sanggup dipakai sebagai alat atau instrumen untuk mencapai tujuan yang ingin di capai. Kalau objek itu mendukung dalam pencapaian tujuan, maka orang akan memiliki sikap yang konkret terhadap objek yang bersangkutan. Fungsi ini juga sering disebut sebagai fungsi adaptasi (adjustment), alasannya dengan mengambil sikap tertentu seseorang akan sanggup mengikuti keadaan dengan keadaan lingkungannya.
2) Sikap berguru sebagai pertahanan ego, adakala sikap orang mengambil sikap tertentu terhadap suatu objek alasannya mempertahankan ego atau akunya. Apabila seseorang merasa egonya terancam maka ia akan mengambil sikap tertentu sebagai objek demi pertahanan egonya.
3) Sikap berguru sebagai ekpresi nilai yang dimaksud ialah bahwa sikap seseorang memperlihatkan bagaimana nilai-nilai pada orang tua. Sikap yang diambil oleh seseorang mencerminkan sistem nilai yang ada pada diri orang tersebut.
4) Sikap berguru sebagai pengetahuan. ini berarti bahwa bagaimana sikap seseorang terhadap suatu objek akan mencerminkan keadaan pengetahuan diri orang tarsebut.
e. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap Belajar
Sebagai contoh dalam penelitian ini menggunakan teori Azwar terkait dengan struktur sikap. Ada beberapa faktor yang mensugesti sikap belajar, antara lain:
1) Faktor Internal
Faktor internal ialah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu. Faktor-faktor internal ini mencakup faktor fisiologis dan faktor psikologis.
a) Fisiologis
Faktor fisiologis ialah faktor yang bekerjasama dengan kondisi fisik individu. Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
(1) Keadaan tonus jasmani
Keadaan tonus jasmani pada umumya sangat mensugesti acara berguru seseorang. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memperlihatkan imbas konkret terhadap kegiatan berguru individu. Sebaliknya kondisi fisik yang lemah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil berguru yang maksimal. Oleh alasannya itu keadaan tonus jasmani sangat mensugesti proses berguru makan perlu ada perjuangan untuk menjaga kesehatan jasmani.
(2) Keadaan fungsi jasmani/fisiologis
Keadaan fungsi jasmani/fisiologis selama proses berguru berlangsung, kiprah fungsi fisiologis pada badan insan sangat mensugesti hasil berguru terutama panca indra. Panca indra yang berfungsi dengan baik akan mempermudah acara berguru dengan baik pula. Dalam proses belajar, merupakan pintu masuk bagi segala gosip yang diterima dan ditangkap oleh manusia. Sehingga insan sanggup menangkap dunia luar. Panca indra yang memilki kiprah besar dalam acara berguru ialah mata dan telinga. Oleh alasannya itu baik guru maupun siswa perlu menjaga panca indra dengan baik, baik secara preventif maupun secara yang bersifat kuratif. Dengan menyediakan sarana berguru yang memenuhi persyaratan, menyidik kesehatan fungsi mata dan indera pendengaran secara periodik, mengonsumsi masakan bergizi, dan lain sebagainya.
b) Psikologis
Faktor-faktor psikologis ialah keadaan psikologis seseorang yang sanggup mensugesti proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama mensugesti proses berguru ialah kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap dan bakat.
2) Faktor Eksternal
Faktor ekternal yang mensugesti berguru sanggup digolongkan menjadi dua galongan, yaitu faktor lingkungan sisoal dan faktor lingkungan non sosial.
a) Lingkungan Sosial
(1) Lingkungan sosial sekolah ibarat guru, administrasi, dan teman-teman sekelas sanggup mensugesti proses berguru seorang siswa korelasi serasi antara ketiganya sanggup menjadi motivasi bagi siswa untuk berguru lebih baik di sekolah. Perilaku siswa yang simpatik dan sanggup menjadi teladan seorang guru atau manajemen sanggup menjadi pendorong bagi siswa untuk berguru
(2) Lingkungan sosial masyarakat. Kondisi lingkungan masyarakat kawasan tinggal siswa akan mensugesti berguru siswa. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran dan anak terlantar juga sanggup mensugesti acara berguru siswa, paling tidak siswa kesulitan dikala memerlukan sobat belajar, diskusi atau meminjam alat-alat berguru yang kebetulan belum dimilikinya.
(3) Lingkungan sosial keluarga. Lingkungan ini sangat mensugesti kegiatan belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat orang tua, demografi keluarga, pengalolaan keluarga, semuanya sanggup memberi dampak terhadap acara berguru siswa. Hubungan antara anggota keluarga, orang tua, anak, yang serasi akan membantu siswa melaksanakan acara berguru dengan baik.
b) Lingkungan Nonsosial
Lingkungan alamiah ibarat kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin, suasana yang sejuk dan tenang. Lingkungan alamiah tersebut merupakan faktor-faktor yang sanggup mensugesti acara berguru siswa. Sebaliknya, kalau kondisi lingkungan alam tidak mendukung maka proses berguru siswa akan terlambat. aciknadzirah.blogspot.com/search?q=sikap-belajar-peserta-didik diakses tanggal 14 Maret 2017 pada pukul 10.15
No comments:
Post a Comment