Saturday, July 22, 2017

√ Pola Latar Belakang Penelitian Tindakan Kelas: Penggunaan Metode Kooperatif Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Prestasi Mencar Ilmu Ipa Bahan Penggolongan Tumbuhan Pada Siswa Kelas Iii Sdi Welamosa Kecamatan Wewaria Tahun Pelajaran 2014 / 2015

Contoh Latar Belakang Penelitian Tindakan Kelas: Penggunaan Metode Kooperatif Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar IPA Materi Penggolongan Tumbuhan Pada Siswa kelas III SDI Welamosa Kecamatan Wewaria Tahun Pelajaran 2014 / 2015 - UU no. 2 tahun 1989 wacana Sitem Pendidikan Nasional, Bab II pasal 4 dikemukaan : Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan banggsa dan menyebarkan insan Indonesia seutuhnya, yaitu insan yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, mempunyai pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan berdikari serta ras tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan, ( Purwanto, 2011 : 36 ).

Pendidikan merupakan sebuah proses dinamis dan berkelanjutan. Pendidikan mempunyai tanggung jawab untuk meningkatkan minat siswa, memperluas dan menyebarkan horizon keilmuan akseptor didik dan membantu akseptor didik semoga bisa menjawab tantangan dan gagasan gres pada masa mendatang.

Pendidikan, khususnya sekolah harus mempunyai sistem pembelajaran yang menekankan pada proses dinamis yang didasarkan pada upaya meningkatkan keingintahuan akseptor didik wacana dunia.

Pendidikan harus mendesain pembelajaran yang responsif dan berpusat pada akseptor didik semoga minat dan aktifitas akseptor didik terus meningkat. Dengan berinteraksi satu sama lain, akseptor didik akan mendapatkan semua acara yang mereka lakukan, mereka akan berguru bagaimana berperilaku dengan baik, dan mereka akan memahami apa yang harus dilakukan dalam kerja kelompok yang kooperatif, (Huda, 2011: 3-4).

Dalam situasi masyarakat yang selalu berubah, idealnya pendidikan tidak hanya berorientasi pada masa kemudian dan masa kini, tetapi sudah seharusnya merupakan proses yang mengantisipasi dan membicarakan masa depan. Pendidikan hendaknya melihat jauh kedepan dan memikirkan apa yang akan dihadapi akseptor didik dimasa yang akan datang, bahwa pendidikan yang baik yakni pendidikan yang tidak hanya mempersiapkan para siswanya untuk sesuatu profesi atau jabatan, tetapi untuk menuntaskan masalah-masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari.

Salah satu duduk masalah pokok dalam pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah) terpelajar balig cukup akal ini yakni masih rendahnya daya serap akseptor didik. Hal ini nampak rerata hasil berguru akseptor didik yang senantiasa masih sangat memprihatinkan (Trianto, 2007:1).

Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran kelompok-kelompok kecil dengan memperhatikan anggota kelompok sebagai wadah akseptor didik bekerja sama dan memecahkan suatu duduk masalah melalui interaksi sosial dengan teman sebaya. Memberikan kesempatan kepada akseptor didik untuk mempelajari sesuatu yang baik pada waktu yang bersamaan dan menjadi nara sumber bagi teman yang lain.. Kaprikornus pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kolaborasi diantara akseptor didik untuk mencapai tujuan pembelajaran, (Taniredja,dkk, 2011 : 56).

Para jago telah mengambarkan bahwa pembelajaran kooperatif sanggup meningkatkan kinerja akseptor didik dalam tugas-tugas akademik, dalam membantu akseptor didik memahami konsep-konsep yang sulit dan membantu akseptor didik menumbuhkan kemampuan berpikir kritis. Pembelajaran kooperatif sanggup memperlihatkan laba pada akseptor didik baik dalam kelompok maupun bekerja sama teman sebaya, (Trianto, 2007 : 44)

Beberapa unsur dasar yang perlu ditanamkan kepada akseptor didik semoga pembelajaran kooperatif sanggup lebih efektif, diterangkan oleh Lungren sebagai berikut : Pertama, pada akseptor didik harus mempunyai persepsi sama bahwa mereka mempunyai nasib dan tujuan sama. Kedua, para akseptor didik mempunyai tanggung jawab terhadap tiap akseptor didik lain dalam kelompok, disamping tanggung jawab terhadap diri sendiri, dalam mempelajari bahan yang dihadapi. Ketiga, akseptor didik harus membagi kiprah dan tanggung jawab yang sama besarnya diantara sesama anggota kelompok. Keempat, para akseptor didik akan diberikan penilaian atau penghargaan yang ikut besar lengan berkuasa terhadap penilaian seluruh anggota kelompok. Kelima, para akseptor didik akan diminta mempertanggung jawabkan secara individu bahan yang akan ditangani dalam kelompok kooperatif, (Trianto, 2007 : 47)

Salah satu duduk masalah yang dihadapi dunia pendidikan ketika ini yakni masalh lemahnya pelaksanaan proses pembelajaran yang diterapkan para guru di sekolah. Proses pembelajaran yang terjadi selama ini kurang bisa menyebarkan kemampuan berpikir akseptor didik. Proses pembelajaran yang berlangsung di kelas hanya diarahkan pada kemampuan siswa untuk menghafal informasi, otak siswa hanya untuk mengingat dan menimbun banyak sekali isu tanpa dituntut untuk memahami isu yang diperoleh untuk menghubungkanya dengan situasi dalam kehidupan sehari-hari.

Kondisi ini juga menimpa pada pembelajaran IPA, yang memperlihatkan bahwa selama ini proses pembelajaran IPA di sekolah dasar masih banyak yang dilaksanakan secara konvensional (ceramah). Para guru belum sepenuhnya melakukan pembelajaran secara aktif dan kreatif dalam melibatkan siswa serta belum memakai banyak sekali pendekatan atau taktik pembelajaran yang berfariasi menurut abjad bahan pelajaran, (Susanto, 2013 : 166) Berdasarkan observasi dan pengelaman peneliti mengajar pada kelas III SDI Welamosa, di ketahui bahwa penguasaan konsep IPA masih rendah. Rendahnya pemahaman siswa terhadap konsep merupakan suaru masalh dalam pembelajaran. Agar masalh ini tidak berkelanjutan, perlu solusi yaitu menentukan teknik penyajian yang sempurna dalam mengajar. Salah satu faktor yang sanggup menentukan tingkat pemahaman siswa terhadap suatu konsep yakni model pembelajaran yang dipakai oleh guru.

Salah satu model pembelajaran efektif yang sanggup dipakai yakni model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Model Jigsaw sangat cocok dalam pembelajaran IPA khususnya bahan penggolongan tumbuhan menurut bunga, biji, batang, akar, dan daunnya.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti sebagai guru ingin menuntaskan masalh rendahnya prestasi berguru IPA siswa dalam sebuah penelitian denga judul “ Penggunaan Metode Kooperatif Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar IPA Materi Penggolongan Tumbuhan Pada Siswa kelas III SDI Welamosa Kecamatan Wewaria Tahun Pelajaran 2014 / 2015”

Sumber http://www.tipsbelajarmatematika.com

No comments:

Post a Comment

Laptop Graphic Terbaik Untuk Desain Grafis 2014

Mereview Laptop Desain Grafis tahun 2014 OPOSIP - Ketika saya bekerja dari rumah saya mempunyai sebuah PC yang didedikasikan yang sang...