Proses Pembelajaran yang Sesuai dengan Kurikulum 2013- Proses pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Menengah untuk pelaksanaan Kurikulum 2013 tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 103 Tahun 2014 yang dinaungi dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016 ihwal Standar Proses beserta lampirannya. Dalam lampiran Peraturan Menteri tersebut dinyatakan ihwal konsep dasar mengenai proses pembelajaran yaitu bahwa penerima didik dipandang sebagai subjek yang mempunyai kemampuan untuk secara aktif mencari, mengolah, mengkonstruksi, dan memakai pengetahuan. Sejalan dengan pandangan tersebut, pembelajaran harus berkenaan dengan kesempatan yang diberikan kepada penerima didik untuk mengkonstruksi pengetahuan dalam proses kognitifnya. Selanjutnya, supaya benar-benar memahami dan sanggup menerapkan pengetahuan, penerima didik perlu didorong untuk bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, dan berupaya keras mewujudkan ide-idenya. Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi maka prinsip pembelajaran yang dipakai dalam kurikulum 2013 ialah sebagai berikut ini.
1. Pembelajaran memfasilitasi penerima didik untuk mencari tahu;
2. mencar ilmu berbasis aneka sumber belajar;
3. pendekatan proses sebagai penguatan penggunaan pendekatan ilmiah;
4. pembelajaran berbasis kompetensi;
5. pembeljaran terpadu;
6. pembelajaran dengan balasan yang kebenarannya multi dimensi;
7. pembelajaran menuju keterampilan aplikatif;
8. peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal (hardskills) dan keterampilan mental (softskills);
9. pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan penerima didik sebagai pembelajar sepanjang hayat;
10. pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan menyebarkan kreativitas penerima didik dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani);
11. pembelajaran yang berlangsung di rumah di sekolah, dan di masyarakat;
12. pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja ialah guru, siapa saja ialah penerima didik, dan di mana saja ialah kelas;
13. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran; dan
14. Pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya penerima didik.
Sasaran pembelajaran dalam menerapkan kurikulum 2013 meliputi pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan. Ketiga ranah kompetensi tersebut mempunyai lintasan perolehan (proses psikologis) yang berbeda. Sikap diperoleh melalui acara “menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan”. Pengetahuan diperoleh melalui acara “mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, mencipta”. Keterampilan diperoleh melalui acara “mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta”. Karaktersitik kompetensi beserta perbedaan lintasan perolehan turut serta mempengaruhi karakteristik standar proses.
Untuk memperkuat pendekatan ilmiah (scientific), tematik terpadu (tematik antar matapelajaran), dan tematik (dalam suatu mata pelajaran) perlu diterapkan pembelajaran berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry learning). Untuk mendorong kemampuan penerima didik untuk menghasilkan karya kontekstual, baik individual maupun kelompok maka sangat disarankan memakai pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan problem (problem based learning).
Berikut ini akan diuraikan beberapa desain pembelajaran yang selaras dengan prinsip pembelajaran memakai kurikulum 2013.
1. Pendekatan saintifik (dalam pembelajaran) dan metode saintifik
1. Pembelajaran memfasilitasi penerima didik untuk mencari tahu;
2. mencar ilmu berbasis aneka sumber belajar;
3. pendekatan proses sebagai penguatan penggunaan pendekatan ilmiah;
4. pembelajaran berbasis kompetensi;
5. pembeljaran terpadu;
6. pembelajaran dengan balasan yang kebenarannya multi dimensi;
7. pembelajaran menuju keterampilan aplikatif;
8. peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal (hardskills) dan keterampilan mental (softskills);
9. pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan penerima didik sebagai pembelajar sepanjang hayat;
10. pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan menyebarkan kreativitas penerima didik dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani);
11. pembelajaran yang berlangsung di rumah di sekolah, dan di masyarakat;
12. pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja ialah guru, siapa saja ialah penerima didik, dan di mana saja ialah kelas;
13. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran; dan
14. Pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya penerima didik.
Sasaran pembelajaran dalam menerapkan kurikulum 2013 meliputi pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan. Ketiga ranah kompetensi tersebut mempunyai lintasan perolehan (proses psikologis) yang berbeda. Sikap diperoleh melalui acara “menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan”. Pengetahuan diperoleh melalui acara “mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, mencipta”. Keterampilan diperoleh melalui acara “mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta”. Karaktersitik kompetensi beserta perbedaan lintasan perolehan turut serta mempengaruhi karakteristik standar proses.
Untuk memperkuat pendekatan ilmiah (scientific), tematik terpadu (tematik antar matapelajaran), dan tematik (dalam suatu mata pelajaran) perlu diterapkan pembelajaran berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry learning). Untuk mendorong kemampuan penerima didik untuk menghasilkan karya kontekstual, baik individual maupun kelompok maka sangat disarankan memakai pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan problem (problem based learning).
Berikut ini akan diuraikan beberapa desain pembelajaran yang selaras dengan prinsip pembelajaran memakai kurikulum 2013.
1. Pendekatan saintifik (dalam pembelajaran) dan metode saintifik
Dalam Permendikbud No. 103 Tahun 2014 dinyatakan bahwa pembelajaran dengan pendekatan saintifik terdiri atas lima langkah kegiatan mencar ilmu yakni mengamati (observing), menanya (questioning), mengumpulkan informasi/mencoba (experimenting), menalar atau mengasosiasi (associating), dan mengomunikasikan (communicating)
Pendekatan saintifik disebut juga pendekatan berbasis proses keilmuan. Artinya, proses untuk memperoleh pengetahuan (ilmiah) secara sistematis. Dalam konteks ini, tidak sulit untuk menyatakan bahwa pendekatan saintifik ini berakar pada metode ilmiah (saintific method), sebuah konsep yang menekankan ilmu pengetahuan lebih sebagai kata kerja ketimbang kata benda. Metode saintifik sendiri merupakan mekanisme atau proses, yakni langkah-langkah sistematis yang perlu dilakukan untuk memperoleh pengetahuan (ilmiah) yang didasarkan pada persepsi inderawi dan melibatkan uji hipotesis serta teori secara terkendali (Sudarminta, 2002 : 164). Karena pengamatan inderawi biasanya mengawali maupun mengakhiri proses kerja ilmiah, maka cara kerja atau proses ilmiah sering juga disebut bulat atau siklus empiris.
Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik ialah sebagai berikut.
a. Meningkatkan kemampuan intelektual, khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi penerima didik,
b. Membentuk kemampuan penerima didik dalam menuntaskan suatu problem secara sistematik,
c. Memperoleh hasil mencar ilmu yang tinggi, d. Melatih penerima didik dalam mengkomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis karya ilmiah, serta e. Mengembangkan huruf penerima didik. Secara umum pembelajaran dengan pendekatan saintifik dilakukan melalui sejumlah langkah sebagai berikut.
a. Mengamati. Siswa memakai panca inderanya untuk mengamati fenomena yang relevan dengan apa yang dipelajari. Fenomena yang diamati pada mata pelajaran satu dan lainnya berbeda. Siwa sanggup mengamati fenomena secara eksklusif maupun melalui media audio visual. Hasil yang dibutuhkan dari langkah pembelajaran ini ialah siswa menemukan masalah, yaitu gap of knowledge – apapun yang belum diketahui atau belum sanggup dilakukan terkait dengan fenomena yang diamati. Pada langkah ini guru sanggup membantu siswa menginventarisasi segala sesuatu yang belum diketahui (gap of knowledge) tersebut. Agar kegiatan mengamati sanggup berlangsung dengan baik, sebelum pembelajaran dimulai guru perlu menemukan/mempersiapkan fenomena yang akan diamati siswa dan merancang kegiatan pengamatan untuk siswa menemukan masalah.
b. Menanya. Siswa merumuskan pertanyaan ihwal apa saja yang tidak diketahui atau belum sanggup dilakukan terkait dengan fenomena yang diamati. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan sanggup meliputi pertanyaan-pertanyaan yang menghendaki balasan berupa pengetahuan faktual, konseptual, maupun prosedural, hingga ke pertanyaan yang bersifat hipotetik. Hasil kegiatan ini ialah serangkaian pertanyaan siswa yang relevan dengan indikator-indikator KD. Guru Membantu siswa merumuskan pertanyaan menurut daftar hal-hal yang perlu/ingin diketahui supaya sanggup melakukan/menciptakan sesuatu.
c. Mengumpulkan informasi/mencoba. Siswa mengumpulkan data melalui banyak sekali teknik, contohnya melaksanakan eksperimen, mengamati obyek/kejadian/aktivitas, wawancara dengan nara sumber, membaca buku pelajaran, dan sumber lain di antaranya buku referensi, kamus, ensiklopedia, media massa, atau serangkaian data statistik. Guru menyediakan sumber-sumber belajar, lembar kerja (worksheet), media, alat peraga/peralatan eksperimen, dan sebagainya. Guru juga membimbing dan mengarahkan siswa untuk mengisi lembar kerja, menggali informasi pelengkap yang sanggup dilakukan secara berulang-ulang hingga siswa memperoleh informasi atau data yang dibutuhkan. Hasil kegiatan ini ialah serangkaian data atau informasi yang relevan dengan pertanyaan-pertanyaan yang siswa rumuskan.
d. Menalar/mengasosiasi. Siswa memakai data atau informasi yang sudah dikumpulkan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mereka rumuskan. Pada langkah ini guru mengarahkan supaya siswa sanggup menghubung-hubungkan data/informasi yang diperoleh untuk menarik kesimpulan. Hasil selesai dari tahap ini ialah simpulan-simpulan yang merupakan balasan atas pertanyaan yang dirumuskan pada langkah menanya.
e. Mengomunikasikan. Siswa memberikan balasan terhadap pertanyaan-pertanyaan mereka ke kelas secara verbal dan/atau tertulis atau melalui media lain. Pada tahapan pembelajaran ini siswa sanggup juga memajang/memamerkan akibatnya di ruang kelas, atau mengunggah (upload) di blog yang dimiliki. Guru memperlihatkan umpan balik, meluruskan, memperlihatkan penguatan, serta memperlihatkan penjelasan/informasi lebih luas. Guru membantu penerima didik untuk memilih butir-butir penting dan simpulan yang akan dipresentasikan, baik dengan atau tanpa memanfaatkan teknologi informasi.
Pendekatan saintifik disebut juga pendekatan berbasis proses keilmuan. Artinya, proses untuk memperoleh pengetahuan (ilmiah) secara sistematis. Dalam konteks ini, tidak sulit untuk menyatakan bahwa pendekatan saintifik ini berakar pada metode ilmiah (saintific method), sebuah konsep yang menekankan ilmu pengetahuan lebih sebagai kata kerja ketimbang kata benda. Metode saintifik sendiri merupakan mekanisme atau proses, yakni langkah-langkah sistematis yang perlu dilakukan untuk memperoleh pengetahuan (ilmiah) yang didasarkan pada persepsi inderawi dan melibatkan uji hipotesis serta teori secara terkendali (Sudarminta, 2002 : 164). Karena pengamatan inderawi biasanya mengawali maupun mengakhiri proses kerja ilmiah, maka cara kerja atau proses ilmiah sering juga disebut bulat atau siklus empiris.
Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik ialah sebagai berikut.
a. Meningkatkan kemampuan intelektual, khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi penerima didik,
b. Membentuk kemampuan penerima didik dalam menuntaskan suatu problem secara sistematik,
c. Memperoleh hasil mencar ilmu yang tinggi, d. Melatih penerima didik dalam mengkomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis karya ilmiah, serta e. Mengembangkan huruf penerima didik. Secara umum pembelajaran dengan pendekatan saintifik dilakukan melalui sejumlah langkah sebagai berikut.
a. Mengamati. Siswa memakai panca inderanya untuk mengamati fenomena yang relevan dengan apa yang dipelajari. Fenomena yang diamati pada mata pelajaran satu dan lainnya berbeda. Siwa sanggup mengamati fenomena secara eksklusif maupun melalui media audio visual. Hasil yang dibutuhkan dari langkah pembelajaran ini ialah siswa menemukan masalah, yaitu gap of knowledge – apapun yang belum diketahui atau belum sanggup dilakukan terkait dengan fenomena yang diamati. Pada langkah ini guru sanggup membantu siswa menginventarisasi segala sesuatu yang belum diketahui (gap of knowledge) tersebut. Agar kegiatan mengamati sanggup berlangsung dengan baik, sebelum pembelajaran dimulai guru perlu menemukan/mempersiapkan fenomena yang akan diamati siswa dan merancang kegiatan pengamatan untuk siswa menemukan masalah.
b. Menanya. Siswa merumuskan pertanyaan ihwal apa saja yang tidak diketahui atau belum sanggup dilakukan terkait dengan fenomena yang diamati. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan sanggup meliputi pertanyaan-pertanyaan yang menghendaki balasan berupa pengetahuan faktual, konseptual, maupun prosedural, hingga ke pertanyaan yang bersifat hipotetik. Hasil kegiatan ini ialah serangkaian pertanyaan siswa yang relevan dengan indikator-indikator KD. Guru Membantu siswa merumuskan pertanyaan menurut daftar hal-hal yang perlu/ingin diketahui supaya sanggup melakukan/menciptakan sesuatu.
c. Mengumpulkan informasi/mencoba. Siswa mengumpulkan data melalui banyak sekali teknik, contohnya melaksanakan eksperimen, mengamati obyek/kejadian/aktivitas, wawancara dengan nara sumber, membaca buku pelajaran, dan sumber lain di antaranya buku referensi, kamus, ensiklopedia, media massa, atau serangkaian data statistik. Guru menyediakan sumber-sumber belajar, lembar kerja (worksheet), media, alat peraga/peralatan eksperimen, dan sebagainya. Guru juga membimbing dan mengarahkan siswa untuk mengisi lembar kerja, menggali informasi pelengkap yang sanggup dilakukan secara berulang-ulang hingga siswa memperoleh informasi atau data yang dibutuhkan. Hasil kegiatan ini ialah serangkaian data atau informasi yang relevan dengan pertanyaan-pertanyaan yang siswa rumuskan.
d. Menalar/mengasosiasi. Siswa memakai data atau informasi yang sudah dikumpulkan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mereka rumuskan. Pada langkah ini guru mengarahkan supaya siswa sanggup menghubung-hubungkan data/informasi yang diperoleh untuk menarik kesimpulan. Hasil selesai dari tahap ini ialah simpulan-simpulan yang merupakan balasan atas pertanyaan yang dirumuskan pada langkah menanya.
e. Mengomunikasikan. Siswa memberikan balasan terhadap pertanyaan-pertanyaan mereka ke kelas secara verbal dan/atau tertulis atau melalui media lain. Pada tahapan pembelajaran ini siswa sanggup juga memajang/memamerkan akibatnya di ruang kelas, atau mengunggah (upload) di blog yang dimiliki. Guru memperlihatkan umpan balik, meluruskan, memperlihatkan penguatan, serta memperlihatkan penjelasan/informasi lebih luas. Guru membantu penerima didik untuk memilih butir-butir penting dan simpulan yang akan dipresentasikan, baik dengan atau tanpa memanfaatkan teknologi informasi.
2. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-based Learning)
Pembelajaran Berbasis Masalah ialah pembelajaran yang memakai problem nyata dalam kehidupan sehari-hari (otentik) yang bersifat terbuka (open-ended) untuk diselesaikan oleh penerima didik untuk menyebarkan keterampilan berpikir, keterampilan menuntaskan masalah, keterampilan sosial, keterampilan untuk mencar ilmu mandiri, dan membangun atau memperoleh pengetahuan baru. Pembelajaran ini berbeda dengan pembelajaran konvensional yang jarang memakai problem nyata atau memakai problem nyata hanya di tahapakhir pembelajaran sebagai penerapan dari pengetahuan yang telah dipelajari. Pemilihan problem nyata tersebut dilakukan atas pertimbangan kesesuaiannya dengan pencapaian kompetensi dasar. Tujuan utama PBM ialah menyebarkan keterampilan menuntaskan masalah, keterampilan berpikir, keterampilan sosial, keterampilan untuk mencar ilmu mandiri, dan membentuk atau memperoleh pengetahuan baru.
Prinsip-prinsip PBM ialah sebagai berkut.
a. Penggunaan problem nyata (otentik)
b. Berpusat pada penerima didik (student-centered)
c. Guru berperan sebagai fasilitator
d. Kolaborasi antarpeserta didik
e. Sesuai dengan paham konstruktivisme yang menekankan penerima didik untuk secara aktif memperoleh pengetahuannya sendiri.
Sumber : Prof. Dr. Sunardi, M.Sc & Dr. Imam Sujadi, M.Si (2017). SUMBER BELAJAR CALON PESERTA PROGRAM PLPG : Kompetensi Pedagogik. Jakarta: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
Sumber http://www.tipsbelajarmatematika.com
Prinsip-prinsip PBM ialah sebagai berkut.
a. Penggunaan problem nyata (otentik)
b. Berpusat pada penerima didik (student-centered)
c. Guru berperan sebagai fasilitator
d. Kolaborasi antarpeserta didik
e. Sesuai dengan paham konstruktivisme yang menekankan penerima didik untuk secara aktif memperoleh pengetahuannya sendiri.
Sumber : Prof. Dr. Sunardi, M.Sc & Dr. Imam Sujadi, M.Si (2017). SUMBER BELAJAR CALON PESERTA PROGRAM PLPG : Kompetensi Pedagogik. Jakarta: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
No comments:
Post a Comment