Contoh Artikel PTK: PENGGUNAAN MEDIA FILM KARTUN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK SISWA KELAS IV SDK WOLOLANU- Abstrak. Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui kemampuan menyimak siswa kelas IV SDK Wololanu sehabis diterapkan media film kartun. Penelitian ini merupakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) model Kemmis dan Taggart dan memakai pendekatan kualitatif. Data dikumpulkan dengan teknik tes, observasi, catatan lapangan dan dokumentasi. Hasil penelitian ini memperlihatkan media film kartun sanggup meningkatkan kemampuan menyimak siswa. Kata kunci: media Film kartun, kemampuan menyimak
PENDAHULUAN
Bahasa merupakan media komunikasi dalam proses interaksi manusia. Bahasa mempunyai tugas sentral dalam perkembangan intelektual, sosial dan emosional akseptor didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua mata pelajaran. Hal ini sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006 yang menyatakan bahwa: Pembelajaran bahasa dibutuhkan membantu akseptor didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan berpartisipasi dalam masyarakat dan memakai bahasa imaginatif yang ada dalam dirinya (dalam Depdiknas, 2006).
Pembelajaran Bahasa Indonesia menekankan empat aspek keterampilan berbahasa, yakni aspek menyimak, aspek berbicara, aspek menulis dan aspek membaca. Aspek menyimak dalam pembelajaran di sekolah dasar bertujuan biar siswa bisa memahami pembicaraan orang lain, baik secara pribadi maupun melalui media. Menurut Dole (2014), keberhasilan aktivitas menyimak salah satunya ditentukan oleh konsentrasi atau perhatian siswa. Konsentrasi dan perhatian penuh menciptakan siswa sanggup mendapatkan informasi, pendapat ataupun gagasan dalam aktivitas menyimak.
Konsentrasi dan perhatian merupakan hal penting dalam aktivitas menyimak, namun adakalanya guru tidak bisa memfokuskan perhatian dan konsentrasi siswa. Permasalahan ini ditemukan dalam aktivitas menyimak di kelas IV SDK Wonolalu. Setelah diwawancara, siswa merasa kurang tertarik untuk menyimak alasannya ialah guru hanya membacakan dongeng yang sama di dalam buku teks. Hal ini kuat terhadap perilaku siswa yang enggan dan hambar dalam aktivitas menyimak.
Untuk mengatasi permasalahan mencar ilmu di SDK Wonolalu, guru perlu mengubah proses aktivitas menyimak. Salah satunya dengan mengganti media dan sumber dongeng untuk aktivitas menyimak. Solusi terhadap permasalahan tersebut ialah dengan menerapkan media film kartun. Penggunaan film kartun sanggup menarik perhatian siswa sekolah dasar yang pada umumnya familiar dan gemar dengan hal tersebut.
Film kartun merupakan bab dari media audio-visual, yakni sebuah media berbasis teknologi yang interaktif dan memungkinkan terjadinya two way traffic dalam proses pembelajaran (Haryoko, 2009). Dengan adanya film kartun, sanggup mengubah suasana pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan menciptakan perhatian siswa lebih terfokus dalam aktivitas menyimak. Film kartun juga bermanfaat untuk menyebarkan keterampilan mendengar dan mengevaluasi apa yang telah didengar (Arsyad, 2001:149). Manfaat media tersebut sangat sesuai dengan defenisi pembelajaran menyimak yang menekankan pada pemahaman bukan sekedar mendengar bunyi-bunyi bahasa melalui alat telinga (Mulyati, 2015).
METODE PENELITIAN
Penelitian ini memakai jenis penelitian tindakan kelas dimana peneliti berupaya menangkap data perihal keterampilan menyimak siswa sehabis diterapkan media film kartun. Subyek penelitian ialah siswa kelas IV SDK Wonolalu. Data diambil dengan teknik tes yang mencakup indicator: 1) bisa menangkap kata-kata yang dipakai, 2) bisa memahami dan mengenal bentuk kalimat serta, 3) bisa menangkap isi dan maksud percakapan dengan teratur. Selain itu juga digunakan teknik dokumentasi dan catatan lapangan untuk merekam proses pembelajaran. Data-data tersebut dianalisis melalui tahapan reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Sedangkan sasaran dalam penelitian ini yakni apabila ketuntasan klasikal mencapai 80%, maka media film kartun berhasil meningkatkan keterampilan menyimak siswa sehingga tidak perlu dilakukan penelitian pada siklus selanjutnya.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini merupkan penelitian tindakan kelas yang memakai tahapan perencanaan, tahap tindakan dan observasi serta tahapan refleksi. Proses awal penelitian dilakukan melalui tahap perencanaan terlebih dahulu. Tahap perencanaan siklus I mencakup persiapan perangkat pembelajaran, persiapan media film kartun serta persiapan instrument tes dan observasi. Film kartun yang disiapkan merupakan film yang diunduh dari aplikasi youtube dengan panjang durasi 8 – 10 menit. Judul film kartun yang dipilih ialah Doraemon. Namun dalam tahap persiapan juga ditemukan sebuah hambatan yakni sekolah tidak mempunyai peralatan audio-visual yang sanggup menayangkan film. Untuk mengatasi hal tersebut, peneliti akan menyiapkan beberapa laptop dan akan mengkondisikan pembelajaran menyimak ke dalam kelompok kooperatif.
Setelah tahapan persiapan matang, penelitian siklus I dilanjutkan ke tahap tindakan. Proses tindakan dilakukan sesuai langkah dalam RPP. Pada awal pembelajaran, guru memperlihatkan sekilas citra mengenai mekanisme aktivitas menyimak yang akan dilakukan siswa. Kemudian siswa dibagi ke dalam 4 kelompok dimana masing-masing kelompok beranggotakan 4-5 orang. Tiap kelompok kemudian diberi instruksi untuk menyimak film kartun yang sudah disiapkan dalam laptop. Setelah selesai, tiap kelompok diminta untuk mendiskusikan pertanyaan-pertanyaan seputar film kartun yang telah disiapkan guru. Selanjutnya, guru secara acak meminta beberapa kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi sambil ditanggapi kelompok lain. Proses pembelajaran diakhiri dengan sumbangan tes secara individu untuk mengukur pemahaman siswa. Hasil tes memperlihatkan 74% siswa telah mencapai ketuntasan sesuai criteria ketuntasan minimum.
Selama proses tindakan, aktivitas pembelajaran diobservasi oleh dua orang observer. Hasil observasi dan catatan lapangan observer menemukan beberapa hal positif antara lain meningkatnya antusias dan fokus akseptor didik dalam aktivitas menyimak. Siswa juga sangat bahagia alasannya ialah film yang ditampilkan ialah film kartun favoritnya yakni Doraemon. Selain itu,juga ditemukan kelemahan ibarat laptop yang kehabisan baterai sehingga satu kelompok harus tertinggal beberapa menit oleh kelompok lain. Sedangkan kelompok yang terlebih dahulu menuntaskan aktivitas menyimak sibuk mengomentari kembali isi film kartun sehingga cukup mengganggu konsentrasi kelompok lain yang masih menyimak.
Berdasarkan hasil pelaksanaan siklus I, sanggup direfleksi antara lain pertama, ketuntasan klasikal belum mencapai sasaran penelitian sehingga perlu dilakukan kembali penelitian pada siklus II. Kedua, peneliti perlu menyelidiki kondisi laptop dalam keadaan baik sebelum diberikan tindakan. Ketiga, ketika proses menyimak dimulai guru harus memastikan setiap kelompok harus memulainya bersamaan sehingga tidak ada kelompok yang tertinggal ataupun selesai lebih dahulu.
Pada siklus II guru melaksanakan tahapan persiapan sesuai hasil refleksi siklus I. sehabis memastikan persiapan telah optimal, tahap tindakan kembali dilakukan. Agar menghindari siswa yang kemungkinan telah menghafal jalan dongeng kartun Doraemon pada siklus I, guru mengganti seri lain dari film Doraemon sehingga berbeda dengan film kartun yang ditayangkan pada siklus I. Guru juga memastikan biar setiap kelompok memulai serentak ketika mulai menyimak. Hal ini dilakukan guru dengan memperlihatkan aba-aba. Pada tahap final guru kembali memperlihatkan tes yang bentuk pertanyaannya ibarat siklus I. Hasil memperlihatkan adanya peningkatan persentase dari 74% di siklus I menjadi 82% pada siklus II.
Keterampilan menyimak merupakan bab penting dalam kemampuan berbahasa. Proses menyimak membutuhkan konsentrasi dan focus untuk sanggup memahami hal yang disimak. Film kartun merupakan media yang sempurna dalam membantu siswa meningkatkan keterampilan menyimak. Menurut Ariyanti (2014), film kartun merupakan media hiburan yang sanggup melatih daya tangkap siswa. Film kartun yang sederhana menciptakan bawah umur lebih gampang mencerna dan mengerti jalan dongeng kartun tersebut. Dalam konteks penelitian ini, proses tersebut terekam dalam mulut siswa ketika menyimak ibarat siswa terlihat tertawa pada ketika melihat adegan yang lucu. Hal ini semakin didukunung oleh perolehan persentase ketuntasan dari 74% di siklus I menjadi 82% pada siklus II. Peningkatan ini menandakan bahwa media film kartun sanggup meningkatkan keterampilan menyimak pada siswa kelas V SDK Wololanu.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian siklus I memperlihatkan persentase rata-rata ketuntasan sebesar 74% pada siklus I dan 82% pada siklus II. Hasil ini memperlihatkan telah terjadi peningkatan keterampilan menyimak yang mencakup aspek bisa menangkap kata-kata yang dipakai, aspek bisa memahami dan mengenal bentuk kalimat serta, aspek bisa menangkap isi dan maksud percakapan dengan teratur yang telah terangkum dalam pertanyaakn tes. Sehingga sanggup disimpulkan bahwa media film kartun sanggup meningkatkan keterampilan menyimak siswa.
Masih terdapat banyak kelemahan yang ditemukan dalam penelitian ini. Disarankan untuk mengatur dan memakai peralatan audio-visual yang baik apabila hendak menerapkan media ini. Penelitian ini hanya dibatasi pada aspek menyimak, untuk penelitian selanjutnya disarankan biar sanggup diterapkan pula pada aspek menulis ataupun aspek berbicara.
DAFTAR PUSTAKA
Ariyanti. 2014. Dampak Postitif Menonton Film kartun. Artikel. Tersedia: ww.kesekolah.com (diakses 10 November 2017)
Arsyad, Azhar. 2001. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Dole, E. Ferdinandus. 2004. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di kelas tinggi sekolah dasar. Solobaru: Qinant
Haryoko, Sapto. 2009. Efektivitas Pemanfaatan Media Audio-VisualSebagai ALternatif Optimalisasi Model Pembelajaran. Jurnal Edukasi@elektro. Vol.5, No.1. Tersedia: www.googlescholar.co.id
Mulyati, Yeti. 2015. Keterampilan Berbahasa Indonesia SD. Modul. Tersedia: repository.ut.ac.id
No comments:
Post a Comment