Menurut Weiser dalam Santrock (2004), kini ini kita berada di era komputer pribadi (PC) di mana satu orang punya satu komputer. Tetapi generasi komputer berikutnya akan berupa ubiquitous computing, yang menekankan pada distribusi komputer ke lingkungan, ketimbang ke personal. Dalam lingkungan ini, teknologi akan menjadi latar belakang. Ringkasnya, ubiquitous computingakan berupa dunia pasca-PC. Perangkat teknologi umum, seperti telepon dan perangkat elektronik lainnya akan terkoneksi dengan internet dan pengguna mungkin tidak menyadari perangkat mana di lingkungannya yang terkoneksi. Perangkat komputer baru yang kecil, portable,mobile, dan murah diperkirakan akan menggantikan komputer desktop.
Ubiquitous adalah kebalikan dari realitasvirtual. Jika realitas virtual menempatkan orang di dalam dunia yang diciptakan orang di dalam dunia yang diciptakan komputer, ubiquitouscomputing akan memaksa komputer eksis didunia manusia. Perangkat komputer baru yang kecil, portable, mobile, dan murah ini dapat disediakan kepada lebih banyak siswa ketimbang komputer desktop.Perangkat baru ini, dipasangkan dengan jaringan murah, dapat memampukan siswa untuk membawa perangkat informasi personal ke lapangan untuk membantu mengerjakan suatu tugas dan bisa dibawa pulang.Mereka bisa meningkatkan kolaborasi dan memudahkan penggunaan tanpa dibatasi lokasi.
TIK memberikan peluang bagi berkembangnya kreativitas dan kemandirian peserta didik. Pembelajaran dengan pertolongan TIK memung-kinkan akseptor didik menghasilkan karya-karya baru yang orisinil, memiliki nilai tinggi, dan dapat dikembangkan lebih jauh untukkepentingan yang lebih bermakna. Melalui TIK, akseptor didik akan memperoleh aneka macam informasi dalam lingkup yang lebih luas dan mendalam sehingga meningkatkan wawasannya. Hal ini menawarkan peluang untuk mengembangkan dan memanfaatkan TIK dalam pembelajaran.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan TIK dalam pembelajaran menjadi tuntutan yang mendesak di abad 21, mengingat semakin derasnya arus informasi dan tuntutan zaman yang semakin maju setidaknya kecil kemungkinan bagi guru untuk menjadi satu-satunya sumber belajar paling sahih.Namun tidak sanggup dipungkiri bahwa dalam satuan pendidikan sekolah guru mempunyai peranan yang strategis.Oleh karena itu, penggunaan TIK di sekolah hendaknya dimulai dari titik pangkal yang strategis pula yaitu guru.
Di samping itu, TIK dalam dunia pendidikan juga digunakan untuk menunjang proses pembelajaran, dimana pemanfaatan TIK dalam pembelajaran sanggup dilakukan dengan:
a. Memanfaatkan fasilitas multimedia yang sudah tersedia untuk mempermudah kegiatan yang dilakukan selama proses pembelajaran. Misalnya, untuk presentasi. Jika dahulu presentasi hanya menggunakan media OHP yang monoton, sekarang presentasi sudah dapat ditampilkan dengan LCD projector dan dibuat lebih kreatif dengan menampilkan berbagai konten multimedia, seperti gambar, video, suara, dan sebagainya;
b. Memanfaatkan internet untuk proses pembelajaran jarak jauh (kelas virtual). Kelas virtual ini sudah menjadi tren di era globalisasi sekarang. Karena kelas virtual mmiliki beberapa keuntungan, seperti: peserta didik sanggup mengekspresikan diri, bersosiali-sasi, saling membuatkan pengetahuan, meningkatkan kreativitas, dan menumbuhkan cara berguru yang mandiri;
c. Memungkinkan akseptor didik untuk berdemonstrasi dengan perangkat multimedia yang ada. Misalnya, menampilkan suatu kegiatan eksperimen dengan tujuan untuk memperlihatkan bagaimana cara yang dilakukan dalam ekseperimen tersebut.
Menurut pemanfaatannya, TIK di dalam pendidikan sanggup dikategorisasikan menjadi 4 (empat) kelompok manfaat, yaitu:
1) TIK sebagai gudang ilmu pengetahuan, di kelompok ini TIK dimanfaatkan sebagai referensi ilmu pengetahuan terkini, manajemen pengetahuan, jaringan pakar beragam bidang ilmu, jaringan antar institusi pendidikan, sentra pengembangan materi ajar, wahana pengembangan kurikulum, dan komunitas perbandingan standar kompetensi.
2) TIK sebagai alat bantu pembelajaran, di kelompok ini sekurang-kurangnya ada 3 fungsi TIK yang sanggup dimanfaatkan sehari-hari di dalam proses belajar-mengajar, yaitu (a) TIK sebagai alat bantu guru yang meliputi: animasi peristiwa, alat uji peserta didik, sumber referensi ajar, evaluasi kinerja peserta didik, simulasi kasus, alat peraga visual, dan media komunikasi antar guru. Kemudian; (b) TIK sebagai alat bantu interaksi guru-peserta didik yang meliputi: komunikasi guru-peserta didik, kerja sama kelompok studi, dan manajemen kelas terpadu; (3) TIK sebagai alat bantu peserta didik meliputi: buku interaktif,belajar mandiri, latihan soal, media illustrasi, simulasi pelajaran, alat karya peserta didik, dan media komunikasi antar akseptor didik.
3) TIK sebagai Fasilitas Pembelajaran, di dalam kelompok ini TIK sanggup dimanfaat-kan sebagai: perpustakaan elektronik, kelas virtual, aplikasi multimedia, kelas teater multimedia, kelas jarak jauh, papan elektronik sekolah, alat ajar multi-intelejensia, pojok internet, dan komunikasi kerja sama kooperasi (intranet sekolah) dan,
4) TIK sebagai Infrastruktur Pembelajaran, di dalam kelompok ini TIK memberikan dukungan teknis dan aplikatif untuk pembelajaran, baik dalam skala menengah maupun luas, yang meliputi: ragam teknologi kanal distribusi, ragam aplikasi dan perangkat lunak, bahasa pemprogra-man, sistem basis data, komputer personal, alat-alat digital, sistem operasi, sistem jaringan dan komunikasi data, dan infrastruktur teknologi informasi (media transmisi).
Berangkat dari optimalisasi pemanfaatan TIK untuk pembelajaran tersebut, hal ini akan memberi sumbangsih besar dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia di Indonesia yang cerdas dan kompetitif melalui pembangunan masyarakat berpengetahuan (knowledge-based society). Masyarakat yang tangguh karena memiliki kecakapan: (a) ICT and Media literacy skills), (b) Critical thinking skills, (3) Problem solving skills, (4) Effective communication skills, dan (5) dalam Collaborative skills yang diperlukan untuk mengatasi setiap permasalahan dan tantangan hidupnya.
No comments:
Post a Comment